Jumat 16, Januari 2015
Hari ini tim SWADAYA VIII berangkat menuju aceh, dari Jogjakarta. Tim berangkat pukul 13.30 meninggalkan rifqi karena dia sedang menjalani uas terakhirnya pada hari jumat. Rifqi kemudian segera menyusul pukul 14.10 menit ke stasiun lempuyangan. Dengan seped motor diantar oleh mas novian. Sesampainya di lempuyangan, sudah ditunggu oleh tim dan beberapa pengurus SATU BUMI yang ikut mengantarkan, juga ada beberapa purna anggota, yatu mas ilham dan mas akoh. Berfoto sebentar dilempuyangan kemudian kami naik kereta api progo menuju Jakarta terlebih dulu. Berbekal beberapa wejangan dan pesan dari pengurus SATU BUMI. Kami lalu berangkat pukul 14.50 menuju Jakarta. Ikut pula bersama kami mas iqbal yang juuga ingin ke Jakarta.
Perjalanan menuju Jakarta cukup panjang, menempu waktu kurang lebih 9 jam. Tak banyak yang dapat kami lakukan selama di kereta, selain tidur dan menghabiskan bekal perjalanan. Kami tiba di stasiun besar senen sekitar pukul 23.43. di stasiun senen, kami istirahat sebentar, meluruskan kaki, karena naik kereta api progo memang terkenal dengan lelahnya duduk dengan kaki tertekuk selama Sembilan jam. Selang lima belas menit, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah rifqi dengan di jemput oleh ayah dan adikya menggunakan mobil menuju kediamannya di bilangan slipi, Jakarta barat.
Sabtu, 17 Januari 2015
Sesampainya di rumah rifqi sekitar pukul 00.13. Kami, kemudian menaruh barang kami di kamar yang sudah disiapkan. Kemudian kami lalu makan rendang daging yang sudah disiapkan. Setelah selesai makan, kami langsung istirahat.
Pagi harinya, kami langsung menata kembali bawaan kami, dengan harapan agar ketika naik pesawat, beban kami tidak berlebih yang menyebabkan kami harus membayar kelebihan beban itu. Setelah semua siap, kami kemudian makan nasi tumpeng dulu sebelum berangkat, karena adik rifqi habis merayakan uang tahunnya yang ke 14. Sekitar pukul 14.02 kami berangkat menuju bandara Soekarnoo-Hatta dengan diantar lagi oleh keluarga rifqi ke terminal 3. Oh iya, mas iqbal kemudian berpisah dari rombongan, karena dia hendak ke tanah abang karena suatu urusan. Pukul 14.42 kami tiba di bandara soekarno hatta. Kami langsung melakukan check-in terlebih dahulu. Setelah check-in kami langsung ke ruang tunggu pesawat. Masih bersama orang tua rifqi, sampai akhirnya pukul 15. 43 kami berpamitan dengan orang tua rifqi. Pukul 16.00 kami akhirnya naik pesawat. Nur terlihat sangat senang sekali karena ini adalah pertama kali dalam hidupnya naik pesawat terbang. Pukul 16.40 pesawat yang kami naiki lepas landas menuju bandara kualanamo, Medan. Nur yang baru pertama kali naik pesawat terlihat sangat ketakutan saat take off dan landing pesawat.
Pukul 19.02 kami tiba di bandara kualanamo, kemudian kami melanjutkan dengan menunggu bagasi dahulu, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan menuju Banda Aceh. Kami sebelum melanjutkan perjalanan menyempatkan diri untuk sholat terlebih dahulu. Setelah itu, tim agak lepas kontrol sedikit, karena langsung dicegat berbagai calo yang menawarkan diri untuk mengatarkan kami menuju Banda aceh dengan harga yang bervariasi. Tim sempat kewalahan menghadapi calo-calo ini, karena salah seorang dari mereka menawarkan ke banda aceh seharga 250.000 per kepala. Cukup menarik, namun ternyata dengan harga itu hanya untuk mencapai lhokseumawe. Tim kemudian memutuskan untuk tetap naik bus damri, namun harga yang ditawarkan oleh bus damri cukup mahal, yaitu 40.000 per orang. Karena mahal, akhirnya kami memutuskan untuk mencarter mobil dari bendara menuju PO bus sempati star yang seharga 170.000. kami berangkat dai bandara pukul 20.30. mengejar bus terakhir sempati star yang berangkat pukul 21.30 menuju banda aceh. Menaiki mobil Daihatsu xenia kami sampai tepat waktu di PO Bus sempati star di bilangan pinang baris, Medan. Kemudian kammi langsung berangkat menuju ke Banda Aceh dengan waktu tempuh kira-kira 10 jam.
Minggu 18 Januari 2015
Bus Sempati Star yang kami naiki menuju banda aceh seharga 190.000. Bus ini sangat mewah bagi kami yang baru pertama kali mencicipi bus Sumatra. Sangat berbeda dengan bus yang ada di jawa, bus ini sangat nyaman dengan kursi yang empuk dam hanya terdiri dari 2 baris kursi di kiri dan kanan. Di kursinya juga dilengkapi selimut dan bantal untuk tidur, namun sayang bus mewah ini dipenuhi banyak kutu yang sempat mengganggu tidur nyenyak kami dalam perjalanan menuju banda aceh.
Kami akhirnya tiba di terminal banda aceh pukul 10.00. Sesampainya di terminal kami cukup terkejut dengan keadaan terminal bus yang berbeda dari pandangan kami. Terminal bus ini sepi, sangat berbeda dengan terminl bus di jawa yang penuh dengan hiruk pikuk. Kami kemudian beristirahat sebentar menunggu Mapala leuser yang ingin menjemput kami di terminal.
Pukul 11.02 kami dijemput di terminal banda aceh ke mapala leuser dengan menaiki sepeda motor. Sesampainya di mapala leuser, kami mendapat sambutan yang cukup hangat. Untuk hari minggu ini, kami habiskan waktu dengan ngelincak di mapala leuser. Sementara itu, nur dan mbak rani ikut ke air terjun bersama beberapa anak mapala leuser. Sisanya, mencari info tentang tempat swadaya kami di desa Paroy. Menurut penuturan Bang jes, bang qodrat dan bang tanoga di Paroy memang terdapat banyak gua, namun belum semua mereka eksplor. Bang jes bercerita bahwa di gua urong banyak terdapat kutu babi, kami dianjurkan untuk berhati-hati dengan makhluk ini, karena efeknya menimbulkan gatal yang berlebihan sampai selama tiga bulan.
Kemudian di sore hari, kami berkunjung ke metalik, mapala fakultas ekonomi Unsyiah. Di metalik kami juga mendapat info yang sama tentang lokasi swadaya kami, yaitu tentang kutu babi. Kami berada di metalik sampai pukul 20.03. Kemudian kami kembali ke mapala leuser untuk membicarakan pergerakan kami untuk hari senin
Senin, 19 Januari 2015
Tim Swadaya VIII dipecah menjadi 3 pada pergerakan hari ini, Rifqi dan Yudha bergerak sebagai tim survey ditemani bang jes dan bang qodrat. Eldi dan bang andro mengurus perizinan ke polda ditemani bang reki dan rohmat. Kemudian nur dan mbak rani berbelanja di pasar untuk kebutuhan di desa Paroy.
Rifqi dan yudha bergerak sejak pukul 10.00 menuju desa Paroy untuk mengurus perizinan dan informasi dengan Keuchik desa Paroy. Pukul 11.00 mereka sampai di lokasi, bersama bang jes dan bang qodrat dengan mengendarai mobil pick up milik bang jes. Akan tetapi, pak Keuchik masih berada di kebun. Dan baru akan sampai kembali pada pukul 14.00. Oleh karena itu, kami berempat memutuskan untuk melihat gua urong yang berada tidak jauh dari desa.
Gua Urong memiliki trek yang cukup sulit, dengan jalan yang sangat menanjak dari tambak udang yang terletak di kaki bukit. Gua ini terletak pada midhill, yaitu pada pertengahan bukit. Sesampainya di mulut Gua sekitar pukul 11.30. Kami berempat kemudian beristirahat sejenak dan mengeplot mulut gua. Bang jes kemudian bercerita bahwa gua ini belum semua terpetakan oleh Mapal Leuser. Gua ini juga terdapat taman kutu babi, yaitu sebuah lorong yang didalamnya merupakan tempat kutu babi bersarang. Kami diharapkan lebih berhati-hati oleh bang jes. Pukul 12.00 kami mencoba mensurvey gua. Berbekal headlamp yudha dan bang jes memasuki gua. Kemudian setelah beberapa menit rifqi dan bang qodrat menyusul. Setelah 30 menit kami kembali keluar dan memutuskan untuk menuju polsek Lhoong untuk memberikan surat pemberitahuan dari kapolda Aceh.
Dalam perjalanan menuju polsek lhoong, kami tak lupa untuk makan siang di suatu rumah makan tak jauh dari desa Paroy, kemudian kami langsung menuju ke polsek lhoong. Di polsek lhoong juga tidak membutuhkan waktu lama, karena hanya menyrahkan surat pemberitahuan dari kapolda. Kami kemudian langsung kembali ke desa Paroy untuk menemui pak Keuchik.
Tepat pukul 14.00 kami tiba di rumah pak Keuchik, kami menunggu beberapa saat, kemudian pak Keuchik dating menemui kami bersama pak sekdes. Kami kemudian dipersilahkan masuk ke rumah pak Keuchik. Setelah kami dipersilahkan duduk, kami langsung mengutarakan maksud kami melakukan eksplorasi gua dan sosialisasi potensi gua di desa Paroy. Di sana juga pak Keuchik memberitahu di mana kami akan tinggal, yaitu di balai kantor desa. Pak Keuchik meminta kami untuk membawa sebuah peta tampak atas desa Paroy untuk mengetahui di mana saja posisi-posisi mulut gua yang diketahui oleh pak Keuchik. Pukul 15.00 kami kemudian berpamitan dengan pak Keuchik dan kembali ke banda aceh.
Pada perjalanan pulang, kami tidak langsung menuju ke banda aceh, kami diajak bang jes dan bang qodrat untuk mampir dulu ke sebuah tempat. Tempat itu merupakan sebuah tempat yang dicari oleh mas Farhan, ketua kami di SATU BUMI. Yaitu sebuah tebing dan boulder yang dibawahnya ada sebuah waduk. Di sana kami istirahat sejenak dan mengambil beberapa foto di tebing itu. DI tebing itu juga terdapat beberapa mulut gua, dimana air dari waduk itu berasal dari dalam gua.Kira-kira pukul 18.00 kami kemudian melanjutkan perjalanan pulang ke banda aceh. Setelah beberapa lama, kira-kira pukul 19.30 barulah kami sampai di Mapala Leuser. Kemudan kami berkumpul kembali untk merencanakan pergerakan kami pada hari selasa.
Selasa, 20 Januari 2015
Hari ini merupakan hari keberangkatan kami menuju lokasi SWADAYA kami, yaitu Desa Paroy.Setelah kami berenam memperispkan barang-barang dan packing. Kami haru smenunggu bang jes terlebih dahulu karena beliau kehabisa bensin selama perjalanan. Keberangkatan kami sempat tertunda sekitar satu jam. Pukul 10.00 di mapala leuser kami melakukan upacara pelepasan terlebih dahulu di secretariat mapala leuser, kemudian baru berangkat menuju desa Paroy. Sekitar pukul 11.00 kami berhenti di Indomaret untuk memlengkapi peralatan pribadi. Tak lupa juga untuk berhenti di atm terdekat untuk membayar uang SPP masing-masing anggota tim SWADAYA VIII, karena di desa Paroy lokasi ATM terdekat hanya di banda aceh. Setelah itu tim SWADAYA VIII kembali meneruskan perjalanan menuju desa Paroy.
Sekitar pukul 11.57 kami tiba di desa Paroy. Kami memutuskan untuk menemui pak Jaffaruddin selaku Keuchik di Desa Paroy di kediamannya. Di rumah ak Keuchik kami memperkenalkan diri masing-masing dan meminta izin serta petunjuk pak Keuchik tentang di mana kami tinggal dan lokasi titik-titik mulut gua yang pak Keuchik ketahui. Kami lalu menyodorkan sebuah foto udara yang kami unduh dari google maps yang kemudian diberikan tanda berupa titik-titik pada foto udara yang menunjukkan lokasi mulut gua. Pak Keuchik juga memberitahu akses bagaimana cara menuju gua tersebut. Tak lupa juga pak Keuchik menawarkan kepada kami untuk membantunya mencari lokasi mulut-mulut gua pada hari minggu.
Tentang tempat tinggal kami selama kami berada di desa Paroy adalah sebuah kantor desa milik desa Paroy. Untuk kuncinya pak Keuchik sedang tidak memegangnya, melainkan dipegang oleh pak sekretaris desa yang sedang berada di kecamatan Lhoong untuk mengurus Laporan Penanggung Jawaban Dana Desa.Pak Keuchik juga mengajak kami untuk turut hadir dalam rapat Pertanggungjawaban Dana Desa yang akan berlangsung nanti malam di Meunasah Desa Paroy sekaligus untuk memperkenalkan diri kami kepada masyarakat.
Pukul 13.17 kami pamit dengan pak Keuchik untuk mulai mensurvey mulut gua di pinggir pantai. Sesampainya di pantai, tim mengalami sedikit perdebatan tentang apa yang akan dilakukan yang akhirnya membuahkan kesepakatan untuk pergi mencari mulut gua dulu. Kami kemudian berangkat pukul 13.47 menuju lokasi. Kami kemudian memecah tim menjadi 2 bagian, yaitu tim support dan tim survey. Pukul 14.02 kemudian tim berangkat nak ke punggungan untuk mencari mulut gua. Setelah mencari cukup lama, akhirnya ditemukan 3 mulut gua baru, kami kemudian menamainya sendiri, yaitu gua kandang ayam 2, Gua Sarang burung, dan gua gotik. Pencarian mult gua berlangsung sampai dengan pukul 15.14. Kemudian tim masak bersama dan makan siang di bibir pantai. Sampai sekitar pukul 16.02 tim kemudian kembali ke tempat memarkirkan mobil. Di sana tim sudah ditunggu oleh pak sekretaris desa untuk diberikan kunci balai kantor desa. Kami kemudian tiba di alai kator desa parrot, kami langsung membereskan kantor balai desa yang semat terbengkalai.
Selesai melakukan bers-beres, tim kemudian melanjutkan dengan biefing dan evaluasi untuk kegiatan pada esok hari. Pada pukul 21.00 Tim SWADAYA VIII kemudian mengikuti forum masyarakat di meunasah untuk membahas laporan pertanggungjawaban dana desa. Pada rapat ini, kami juga turut serta untuk mendengarkan saja, karena mayoritas warga pada forum ini berbicara dengan bahasa adat aceh, sehingga kami kurang mengerti secara keseluruhan isi rapat. Pada rapat ini, kami juga kembali memperkenalkan diri kami kepada masyarakat dan juga menyampaikan tujuan kami berada di desa Paroy. Rapat tersebut berlangsung hingga pukul 23.47. Setelah rapat, tim SWADAYA lalu kembali ke base camp dan beritirahat.
Rabu, 21 Januai 2015
Pada hari rabu ini, tak banayak yang dapat kami lakukkan di sana, karena hari rabu ini merupakan hai rabu habis, dimana masyarakat menjadikan ini sebagai hari dimana mereka tidak melaut ataupun ke gunung. Pada hari ini, kami memutuskan untuk mempersiapkan logistic dan menusun ulang rundown kegiatan. Yudha juga kembali ke banda aceh ntuk membayar spp dan berbelanja beberapa kebutuhan untuk logistik.
Kamis, 22 Januari 2015
Hari ini, merupakan hari pertama kami untuk memulai mengeksplorasi gua di Desa Paroy, kami memilih 2 buah gua yang terdekat dari desa Paroy, yaitu gua urong dan gua baja. Setelah melakukan perispan, saya, eldi, dan yudha berangkat pukul 09.10 dengan diantar oleh bang qodrat menggunakan motornya. Pukul 09.36 setelah semua tim sampai pada jalur kendaraan terakhir kami bersama bang qodrat langsung mencari entrance gua baja. Kami mencari gua baja sampai sekitar satu jam, kemudian kami istirahat sebentar. Kami merasa cukup kelelahan karena medannya yang menanjak dan banyak terdapat tebing-tebing yang membuat kami juga harus melakukan boulder. Pada waktu istirahat juga kami menyadari kalau kami tersesat, karena menurut informasi dari bag jes. Dari gua urong ke gua baja tmaksimal 15 menit, jika lebih maka tersesat.
Kami lalu memutuskan untuk kembali ke entrance gua urong dan berniat untuk menelusur gua urong saja. Pada perjalanan kembali menuju gua urong, kami sempat berpisah dengan bang qodrat. Ketika terpisah ini lah, kami menemukan sebuah entrance gua vertikal yang berada tepat di atas gua baja. Hal itu dikarenakan pada saat kami menemukan gua vertical ini, bang qodrat posisinya tepat di bawah kami dan ia juga sudah menemukan entrance gua baja. Namun, karena sejak awal diputuskan untuk masuk gua baja, akhirnya kami berusaha menemui bang qodrat. Medan yang sulit menjadi kendala bagi kami untuk menemui bang qodrat. Saya sendiri kehilangan sebotol air minum karena air minum itu terjatuh ke sebuah jurang. Yudha juga melakukan climb down setinggi lima meter, namun tetap tidak menemukan bang qodrat.
Karena waktu sudah dirasa tidak mencukupi, akhirnya kami memutuskan untuk bertemu kembali di gua urong. Sesampainya di gua urong, kami beristirahat sejenak dan mengambil air di sumber air terdekat. Pukul 14.06 kami lalu mulai mengeksplor gua urong.
Gua urong, merupakan salah satu dari beberapa gua yang tergolong Luas di kawasan karst desa Paroy. Terletak di kaki gunung kulu, gua ini memiliki entrance yang hanya setinggi orang dewasa. Namun, apabila kita masuk lebih dalam kita akan takjub dengan keindahan prnamen-ornamen yang dimiliki juga luasnya ruangan (chamber) yang dimiliki. Di dalam gua ini, ruangan yang ada memiliki tinggi kira-kira lebih dari 5 meter. Dengan demikian kita tidak akan merasa sesak di dalam gue ini. Ornamen yang dimiliki juga sangat besar. Banyak ornament seperti draperist yang memiliki ukuran yang melebihi ukuran orang dewasa. Ornamen yang khas di gua ini adalah sebuah draperist yang berbentuk seperti tulang belakang manusia. Kami tidak sempat mendokumentasikan ornament ini, karena kehabisan baterai kamera. Organisme yang tinggal menghidupi gua ini juga masih sangat banyak. Sering terlihat jangkrik gua dan kelelawar yang berseliweran di dalam gua. Di gua urong sempat terkenal dengan kutu babi, yaitu sejenis kutu yang gigitannya konon sangat sakit dan menimbulkan gatal-gatal hebat selama tiga bulan. Namun, tim kami tidak sempat menemukan kutu babi di gua ini. Kami beranggapan bahwa pertambangan guano yang dilakukan warga sudah mengusir koloni kutu babi yang ada.
Dalam gua ini, masih sering kita jumpai bekas-bekas aktivitas pertambangan guano yang dulu dilakukkan warga. Perkakas-perkakas seperti karung, sekop, kapak, bahkan bohlam lampu berserakan di dalam gua urong ini. Bekas-bekas kerukan tanah juga sangat jelas terlihat, dari aslinya hingga waktu kami menelusur gua ini, kira-kira sudah kurang lebih setinggi 1 meter tanah yang dikeruk dari gua ini. Hal ini menyebabkan keindahan gua ini mulai pudar keindahannya.
Selama tiga jam kami menelusuri gua ini, karena percabangan yang kami temui cukup banyak. Dan juga pada setiap percabangan kami menemukan ruangan yang besar juga, hal ini tidak jarang membuat kami sedikit disorientasi saat menelusur gua. Ada juga beberapa lorong yang harus kami lalui dengan cara merangkak atau jalan jongkok yang harus dilewati tim satu per satu. Kami juga tak lupa untuk beristirahat sejenak di dalam gua.
Pukul 17.06 kami keluar gua, di luar bang qodrat sudah menunggu kami dan membuka beberapa cemilan. Dia bercerita bahwa handphonenya terjatuh pada saat dia mencarigua baja. Sesaat setelah kami masuk gua, dia berusaha mencari handphonenya, namun tetap tidak ketemu juga. Setelah 15 menit kami memutuskan untuk langsung kembali ke basecamp, karena pada hari kamis kegiatan naik gunung atau melaut dibatasi sampai pukul 17.00 untuk menghormati datangnya hari jumat. Kami kemudian langsung kembali ke basecamp.
Di basecamp, nur sudah mempersiapkan makan malam untuk kami. Setelah makan kami kemudian melakukan evaluasi kegiatan dan juga briefing untuk kegiatan besok. Target kami adalah 24 jam gelap, karena hari ini kami sudah melewati 3 jam, kami harus berusaha mencari lagi 21 jam sisanya. Masih sangat panjang, oleh karena itu kami harus tetap semangat.
Jumat, 23 Januari 2015
Hari ini hari jumat pertama kami di Nanggroe Aceh Darussalam. Pada hari jumat, dilarang melakukan kegiatan naik gunung ataupun melaut sebelum selesai sholat jumat. Oleh karena itu, kami mengisi waktu sebelum sholat jumat dengan packing barang bawaan kami. Menurut bang qodrat, bang jes akan menemani kami untuk menjadi tim stand by rescue bersama bang qodrat. Kami berencana untuk menghabiskan seluruh gua yang terdapat pada ujung teluk Paroy pada gunung kulu. Oleh karena itu, membuat flying camp di kompleks gua ini menjadi strategi kami. Kami juga meminta tolong pendamping kami, bang andro untuk menjadi drop logistik.
Selesai sholat jumat pukul 13.45, kami bersiap-siap untuk berangkat menuju flying camp yang sudah kami tentukan, yaitu di dekat entrance gua Raya. Kami berangkat agak telat, yaitu sekitar pukul 15.42 karena kami menunggu kedatangan bang jes dahulu. Setelah bang jes tiba di Basecamp, kami kemudian berangkat menuju gua raya. Dengan mengendarai sepeda motor, kami berkendara sampai rumah nelayan terakhir. Kemudian perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri pantai dan menaiki tebing menuju gua raya. Pukul 16.22 kami tiba di dekat entrance gua raya. Di sinilah kami mendirikan flying camp. Di tempat ini terdapat sebuah cerukan yang bias kami gunakan sebagai bivak alam, jadi kami hanya menggunakan matras sebagai alas kami, karena terdapat cerukan batu yang dapat melindungi kami ketika hujan. Kami kemudian bersiap-siap untuk memasuki gua raya. Pukul 16.45 kami mulai memasuki gua raya.
Pukul 17.10 kami kemudian menemui sebuah lorong vertical yang emiliki lubang yang berbentuk hati. Sangat menarik karena bias dijadikan sebuah tempat foto prawedding mungkin. Kami langsung mulai membuat lintasan yang dikomandoi oleh yudha. Cukup sulit dalam memasang lintasan di tempat ini, karena banyak sekali terdapat friksi antara talli kernmantel dengan bagian gua. Lintasan ini juga memiliki sebuah pitch di mana kami harus membuat variasi lintasan agar kami bisa turun dan menelusuri gua raya. Sampai dengan pukul 17.45, yudha baru selesai membuat lintasan untuk turun yang pertama. Ia kemudian menuruni lintasan itu menggunakan teknik SRT, kemudian diikutin dengan eldi, dan saya yang terakhir. Cukup sulit menuruni lintasan ini, karena terdapat banyak friksi dan harus memasang padding agar gesekan tali terhadap bagian gua berkurang.
Pukul 18.38 akhirnya kami semua berhasil menuruni lintasan. Kami kemudian mulai mengeksplor. Terdapat ruangan yang besar di bahwah sini, juga ornament-ornamen gua yang indah yang juga berukuran besar. Kami sempat mengambil gambar di sebuah ornament yang ada. Juga memotret ruangan gua. Di sini kita harus hati-hati dalam melangkah, karena tanahnya berlumpur dan licin. Pada saat memotret, saya tersadar bahwa sambungan antara kamera ke tripod hiang. Saya beranggapan benda tersebut hilang ketika kami memotret di gua urong. Walaupun demikian, kami tetap saja asyik memotret.
Sampai sekitar pukul 19.45 kami mulai kembali menaiki lintasan untuk keluar dari gua raya. Saya diminta untuk naik terleih dahulu, kemudian dilanjutkan oleh eldi, dan yang terakhir yudha agar sekaligus langsung di cleaning lintasannya. Tak lama ketika saya sudah naik ke atas. Bang jes selaku SBR menghampiri saya hanya untuk mengecek keadaan. Ketika dirasa semua masih dalam keadaan baik-baik saja, ia langsung kembali ke flying camp. Pukul 20.25 akhirnya kami selesai mengcleaning lintasan dan langsung keluar gua.
Kami berhasil keluar gua pukul 20.40 dan langsung menuju ke flying camp. Di sini, kami kemudian melakukan evaluasi dan makan malam yang sudah dibawakan oleh bang andro. Kami semua baru terlelap sekitar pukul 22.00.
Sabtu, 24 Januari 2015
Bangun jam 07.00, suasana di flying camp kami masih gelap. Padahal udah pukul 7, pengen sih tidur lagi. Jadinya saya akhirnya terbebas dari kekangan rasa kantuk dan mager pukul 07.50. Langsung bergerak menghangatkan sarapan dan bersiap-siap. Diikuti dengan bangunnya tim, kami akhirnya siap berangkat pukul 09.30. Berangkat menuju gua sarang walet yang terletak tidak jauh dari lokasi flying camp. Gua ini merupakan salah satu gua yang entrancenya kami temukan ketika survey pada hari selasa lalu. Berjalan selama satu jam dari flying camp, memakan waktu lama karena medan yang kami tempuh sulit. Variasi dari hiking-climbing mewarnai perjalanan kami dari flying camp juga medannya yang terjal. Oh iya, di punggungan gunung kulu ini tanah yang kami lalui juga rawan jeblos, karena memang tanahnya banyak yang berupa tumpukan-tumpukan sisa-sisa daun, sedangkan dibawah tumpukan ini merupakan batu-batu karst tektonik yang tajam dan banyak berlubang.
Sesampainya di entrance gua, saya menyadari sesuatu bahwa headlamp saya terjatuh ketika perjalanan menuju ke entrance gua sarang walet ini. Sedikit panik sih, tetapi bang jes meminjamkan saya headlampnya. Entrance gua ini sangat sempit, untuk masuk saja harus tiarap. Dari luar, sangat terasa hembusan angin yang sangat sejuk berasal dari dalam gua.
Karena sempitnya entrance, akhirnya diputuskan hanya saya dan eldi saja yang masuk menelusuri gua ini. Saya bertindak sebagai rigging man yang bertugas untuk membuat lintasan untuk menuruni gua ini. Pukul 10.50 saya mulai melakukan pemasangan lintasan. Yudha membantu saya untuk memasang sebuah back up pada batu di dekat entrance. Setelah terpasanga, barulah saya ulai masuk ke dalam untuk memasang main anchor. Pada awalnya, saya mengira bahwa akan menemukan sebuah lubang tembus, akan tetapi ternyata prediksi saya salah. Tidak ada lubang tembus sama sekali di gua ini, semua rata. Flat. Hanya ada rekahan-rekahan di dinding gua dekat entrance. Oleh karena itu, saya putuskan untuk memasang phyton sebagai main anchor. Untuk memasang phyton, harus menggunakan palu, karena cara memasangya memang ditancapkan pada sebuah rekahan. Setelah 20 menit mencari tempat yang pas untuk memasang phyton. Pukul 11.55 saya selesai rigging dan menuruni lintasan yang sya buat tadi, setelah itu diikuti oleh eldi. Yudha, bang qodrat, dan bang jes berjaga-jaga di entrance gua.
Langsung setelah turun setinggi kira-kira 10 meter, saya dan eldi menemukan lagi pitch vertical yang sedalam 5 meter. Langsung saja saya kembali memasang lintasan untuk menuruninya. Setelah selesai saya sendiri menuruni lintasan tersebut dan langsung menemui pit vertikal lagi. Karena saya beranggapan kalau pit ini pendek, maka saya mencoba untuk menuruninya dengan cara climb down. Ternyata pit ini sempit sekali dan juga ternyata pitnya masih jauh ke bawah. Saya sempat juga tersangkut ketika climb down, karena memang pit vertikal ini sangat sempit. Kemudian saya mencoba untuk memasang lintasan lagi di sini. Namun, ternyata webbing yang dibawa tim kurang. Setelah dikoordinasikan dengan tim permukaan dan juga saya piker-pikir kembali dengan sempitnya lintasan dan banyak friksi juga, akhirnya saya memutuskan untuk kembali naik ke tempat eldi untuk beristirahat. Sembari melakukan cleaning tentu saja saat naik. Selesai cleaning, saya dan eldi membuka snack dulu untuk beristirahat sejenak. Kami kemudian mendokumentasikan gua ini.
Gua sarang walet ini memang sangat sempit dan memiliki pit nyang banyak tau biasa disebut dengan multi pitch. Gua ini juga memiliki ornament yang sedikit, yah kalau di tempat biasa kami main di gua-gua di jawa hamper sama seperti gua branjang, yang ornamennya sedikit dan multipitch. Bedanya adalah di sini tidak menyebabkan hypoxia, karena ketersediaan oksigen yang cukup. Dalam mencari anchor untuk turun juga agak sedikit memutar otak, karena memang gua ini tidak memiliki banyak lubang tembus, harus melakukan rigging secara artificial. Penggunaan phyton memang baik, tapi lebih bagus lagi kalu melakukan bolting atau dibor dan dipasang runner pada dinding guanya.
Pukul 13.23 kami pun mulai naik kembali ke permukaan sekaligus melakukan cleaning. Selesai cleaning, pukul 13.55, langsung dlanjutkan untuk turun ke pantai untuk istirahat makan siang. Pada perjalanan menuruni punggungan ini, saya kembali menemukan headlamp saya. Sesampainya di pantai, kami beristirahat makan siang dahulu sebelum melanjutkan ke gua gotik yang lokasinya tidak jauh dari tempat kami istirahat juga searah menuju ke flying camp.
Pukul 15.06 kami memasuki gua gotik 1 ini. Gua ini sudah masuknya sempit harus tiarap, ternyata lorongnya tertutup pasir. Gua ini pendek sekali, paling pendek mungkin diantara semuanya. Hanya 5 menit tiarap masuk kemudian terdapat gundukan pasir yang menghalangi. Dengan membawa kamera, saya dokumentasikan juga lorong sempit ini. Kami lama di sini, sekitar 20 menit karena keluarnya yang agak susah untuk tiarap mundur. Kami memutuskan untuk kembali ke flying camp setelah selesai berurusan dengan gua gotik 1 ini.
Bang jes dan Bang Qodrat pamit undur diri, digantikan rohmat dan Bang Reki sebagai tim SBR. Sesampainya di Flying camp pukul 15.50. Kami kemudian berberes menunggu datangnya bang andro yang membawa makanan. Bang andro tiba di flying camp pada pukul 17.30 dengan membawa air minum dan makanan. Sama seperti hari sebelumnya, kami kemudian makan dan melakukan evaluasi serta briefing untuk besoknya. Waktu gelap kami diputuskan tersisa 13 jam 40 menit.
Minggu 25 Januari 2015
Hari ini, kami akan menyusuri ujung dari gunung kulu yang menjorok ke laut. Ya, ujung teluk Paroy itu sendiri yang kalo kata pak Keuchik terdapat banyak gua. Hari ini, rencananya kami akan menjemput pak Keuchik ke rumahnya, kemudian menemani kami untuk mensurvey mulut-mulut gua yang ada.
Pukul 08.30, saya, rohmat, dan bang andro turun untuk menemui pak Keuchik. Setelah turun bukit, dan kami berjalan menyusuri pantai, kami kemudian disuruh mampir oleh warga desa yang sedang ngumpul di sebuah rumah nelayan. Ya sudah, kami sih iya-iya aja. Namanya juga tamu, gak enak juga kalo menolak.
Di sana kami diinterogasi oleh warga setempat dan dinasehati tentang bahaya dan pantangan-pantangan di hutan. Di sini suasananya cukup mengintimidasi kami, ditambah tidak ada rang asli aceh yang bersama kami. FYI, rohmat itu orang bukittinggi. Mereka sempat menanyakan dan meminta data-data lokasi gua yang kami dapatkan, karena salah satu dari mereka mengaku kalau dulunya bekas anggota. Dia berkata kalau nanti pecah lagi, lantas kami mau bersembunyi di mana kalau gua-guanya sudah diketahui banyak orang. Mbok ya urusanmu, salah sendiri mau memisahkan diri, kata saya dalam hati. Penginterogasian ini kebanyakan menggunakan bahasa aceh. Saya dan bang andro yang tidak mengerti ya hanya iya-iya saja biar cepat, karena ada waktu yang kami kejar. Sampai akhirnya, mereka memperlihatkan pada saya foto-foto kekejaman TNI di aceh barulah saya dan yang lain dilepaskan. Saat itu juga, pak Keuchik dating bersama seorang anggota TNI dari BABINSA.
Pak Keuchik mengatakan kalau dia tidak bias menemani untuk mencari mulut gua, maka ia menunjuk salah satu warga untuk menemani kami. Bang andro dan rohmat kemudian meneruskan perjalanan kembali ke basecamp. Sedangkan saya masih di tempat ini untuk debriefing oleh pak Keuchik sambil menunggu rohmat. Sampai akhirnya saya dipaksa pak Keuchik untuk membawa motornya dan menjemput rohmat di basecamp. Setelah menjemput rohmat di basecamp sekaligus mengembalikan motor pak Keuchik di tempat tadi kami betemu dengan pak edi yang akan mengantarkan kami ke gua-gua di ujung teluk. Setelah itu berangkatlah kami bertiga menuju flying camp.
Sesampainya di flying camp saya kemudian bersiap-siap untuk kemudian berangkat bersama tim untuk mencari entrance pukul 11.10. Dengan melewati gua raya, kami kemudian mencapai sisi lain dari teluk Paroy. Kemudian kami harus menuruni sebuah tebing dilanjutkan dengan menyusuri pinggiran pantai. Setelah itu kami dihadapkan pada sebuah medan yang terjal yang harus didaki. Sangat sulit untuk mendaki ini, karena tanahnya yang sudah rawan longsor dan minimnya tempat berpegangan. Setelah melewati ini, kami sampai pada sebuah mulut gua yang pendek sekali. Saya menyebutnya sebagai pintu dimensi karena memiliki pintu yang lain di sisi lain. Pemandangan dari tempat ini sangat menakjubkan, karena berada dipuncak ujung dari teluk Paroy. Kami memutuskan untuk beristirahat di sini sebelum melanjutkan perjalanan.
Kami kemudian melanjutkan perjalanan setelah istirahat menuju gua ujung kalau kata pak edi. Lagi-lagi medan hiking-climbing memang sudah menjadi makanan sehari-hari kami yang harus kami lalui. Perjalanan menuju gua ujung ini diwarnai dengan tumbuhan rotan yang berduri cukup banyak yang sering tersangkut di badan kami. Pukul 13.00 kami sampai di gua ujung. DI sini kami kemudian melakukan plotting. Kemudian langsung melakukan eksplor, karena gua ini tidak terlalu besar kalau kata pak edi. Kali ini, yang mengeksplor hanya saya, tengdu, dan rohmat. Bukan eldi, karena rohmat berhasil melobby eldi agar ia bias ikut eksplor.
Memang benar, gua ini hanya terdapat 2 buah ruangan besar, yaitu di dekat entrance dan di sisi kiri entrance setelah melewati sebuah lorong yang mengharuskan kita untuk tiarap. Ornamen yang ada di gua ini cukup banyak, namun yang paling bagus terletak di ruangan sebelah kiri dari entrance. Di lorongnya malah terdapat beberpa tumbuhan hijau yang tumbuh pada lantainya. Aneh, walaupun tidak terdapat cahaya tapii tumbuhan ini masih bias tumbuh, wlaaupun masih kecil. Di ruangan yang berada di dekat entrance juga tidak terdapat sesuatu yang berate, hanya saja terdapat sebuah jalan untuk menuju tingkat 2 dari ruangan ini. Jadi hanya sekitar 38 menit kami di gua ujung ini.
Setelah eksplor, kami kemudian makan siang terlebih dahulu, karena memang sudah siang sih. Setelah makan siang, akmi melanjutkan lagi perjalanan yakni ke gua ari. Dengan medan yang sama dan dengan tumbuhan rotan berduri yang sama, kami bergerak kembali.
Pukul 14.03 kami akhirnya tiba di gua ari. Sekilas memang kecil sekali gua ini karena di entrance masuk sedikit ke sebuah ruangan kemudian mentok. Akan tetapi, pak edi menunjukkan entrance lain, yaitu yang berada tepat di atas dekat entrance yang besar. Pukul 14.23 barulah saya, yudha dan rohmat masuk ke entrance tersebut.
Di dalam sini kami langsung dihadapkan dengan lantai 2 gua ari yang berupa ruangan yang cukup besar. Kemudian juga terdapat sebuah lorong di balik sebuah ornament gordam pada ruangan ini yang memaksa untuk kami telusuri. Di gua ini, terasa agak sesak, jadi harus hati-hati.setelah melewati lorong tersebut, kami dihadapkan lagi ke sebuah ruangan yang besar yang juga terdapat banyak ornament. Disusuri lagi, kami menemukan sebuah lorong vertikal yangcukup dalam. Jadinya tidak kami telusuri deh. Setelah kami mengeksplor sampai mentok, kami kemudian istirahat sejenak dilanjutkan dengan foto-foto pastinya. Setelah satu jam, baru lah kami kemudian keluar dari gua ini.
Fiuh, langsung hiperventilasi cuy sekalinya keluar. Jadinya kami istirahat sebentar dulu sebelum melanjutkan perjalanan untuk kembali ke base camp. Pada perjalanan kembali ke basecamp kami tidak melewati rute yang tadi, melainkan rute lain yang ditunjukkan oleh pak edi. Rute yang dilewati kali ini mengharuskan kita untuk climbdown dan juga satu hal yang paling ekstrim, kejar-kejaran bersama ombak. Jadi, kita akan melewati batu karang di pantai dan oombaknyya sedang tinggi, jadi kita harus dengan perhitungan yang pasti untuk bias melewati karang dengan selamat tanpa tertarik ombak. Semuanya berhasil melewati rintangan ini kecuali saya yang terhempas ombak. Setelah melewati ini, kita mencapai pantai yang cukup bagus dan sepi. Kita kemudian melewati lagi sebuah pintu dimensi yang lain yang tidak jauh dari pantai. Pintu dimensi ini merupakan sebuah gua yang cukup pendek yang tembus ke sisi lain.
Setelah keluar, ternyata kami berada tidak jauh dari gua raya. Kemudian kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke flying camp. Kami kemudian tiba di flying camp pukul 16.08. setalah itu, pak edi pamit untuk pulang ditemani eldi. Fiuh, melalhkan sekali perjalanan ini, menyisakan bagi kami 12 jam lagi waktu gelap
Senin, 26 Januari 2015
Berangkat dari Flying camp pukul 09.20, kami bergerak menuju base camp dahulu untuk menaruh barang-barang kebutuhan camp dahulu, agar tidak terlalu berat bawaan kami. Setelah mempersiapkan semuanya, kami kemudian berangkat menuju 2 buah gua yang kami targetkan untuk selesai kami eksplorasi hari ini, yaitu gua vertikal yang kami temukan ketika mencari gua baja dan gua baja itu sendiri. Pukul 10.21 kami meninggalkan base camp menuju lokasi dengan berjalan kaki.
Setelah satu jam, kami tiba di gua urong, kemudian mulai mencari gua vertikal 1. Kami harus mencari kembali gua vertikal ini lokasi entrancenya, karena ternyata medan yang kami temui terlihat sedikit berbeda dengan yang kami lewati ketika berusaha mencari entrance gua baja. Kami mencari, mencari dan mencari sampai akhirnya menggunakan bantuan gps untuk melacak keberadaan entrance mulut gua ini. Walaupun sudah tertera telah sampai di gua vertikal 1 pada gps, pada kenyataannya entrance gua ini yang tidak ditemukan. Akhirnya kami kemudian memutuskan untuk memasuki gua baja saja setelah tersesat dan mencari gua vertikal 1 selama 2 jam.
Kami tiba di Gua Baja pukul 13.12. Kami memutuskan untuk beristirahat dan makan siang dulu sebelum memulai eksplorasi, karena memang sudah jamnya makan siang dan agak lelah juga setelah berusaha mencari entrance gua vertikal 1. Di mulut gua baja ini, kami masak-masak dan makan siang sampai pada pukul 13.58 kami mulai memasuki gua baja.
Pada Gua Baja ini terdapat dua buah entrance, yaitu di sebelah kiri dan kanan. Kedua entrance itu menurut rumor yang beredar tidak saling berhubungan. Kami masuk entrance yang sebelah kiri dahulu. Pada entrance ini, sangat besar lorong yang kami lalui, lebih menyerupai sebuah chamber yang panjang. Terdapat juga banyak percabangan pada gua ini. Salah satu yang menarik adalah sebuah percabangan yang menurun. Di percabangan ini, terdapat sebuah ruangan yang sangat besar dan memiliki tanah yang agak berlumpur. Populasi kelelawar pada lorong ini juga sangat tinggi, yah hamper seperti batcave, gua tempat persembunyian tokoh pahlawan super amerika yang biasa disebut batman. Di lorong ini juga terdapat spot untuk cave diving, karena ada sebuah genangan air pada salah satu percabangan dari lorong batcave ini. Saya dan eldi sempat masuk sampai pada titik tertentu di mana airnya sudah melebihi tinggi kami, ditambah kami tidak membawa pelampung yang membuatnya menjadi sangat beresiko. Lorong batcave ini, untuk memasukinya dapat ditempuh dengan 2 cara, yaitu dengan turun vertika menggunakan teknik srt atau dengan srambling menggunakan webbing.
Selesai di lorong batcave, kami terus menelusuri gua ini sampai ujung. DIujung gua ini terdapat barisan gourdam yang indah. Ornament ourdam dari yang besar sampai yang kecil ada di sini, dan semuanya masih kinclong berwarna putih, namun sayang, sudah tidak ada airnya. Yudha sempat menaiki gourdam ini untuk melihat apakah asih ada jalan tembus atau tidak. Untuk menaiki gourdam ini, agar tidak merusak kita harus melepas sepatu boot kita. Setelah ditelusuri ternyata tidak ada jalan tembus lagi. Untuk itu kami memutuskan untuk istirahat dan membuka snack yang kami punya sekalian beristirahat juga. Setelah beristirahat, kami kemudian mendokumentasikan gua ini baik dengan mengambil gambar maupun dengan mengambil rekaman video. Setelah puas, kemudian kami beranjak dan memasuki entrance yang satu lagi, yaitu yang sebelah kanan.
Pada entrance sebelah kanan gua baja merupakan lokasi tambang guano. Di sini terlihat sekali masih banyaknya karung-karung hasil tanah yang akan digiling menjadi pupuk. Terlihat juga pada dindng gua, ketinggian tanah gua seharusnya sebelum di tambang. Di entrance sebelah kanan ini tidak terlalu panjang. Ornamen pun tidak terdapat pada lorong ini. Gua baja entrance sebelah kanan ini hanya sebuah terowongan yang berujung. Di gua ini, kami mendokumentasikan kerusakan-kerusakan gua yang ada.
Setelah tiga jam, kali kemudian keluar dari gua dan kembali ke base camp. Di base camp kemudian kami beristirahat menunggu makanan selesai di masak nur. Setelah makan, kemudian kami Evaluasi kegiatan dan istirahat.
Selasa, 27 Januari 2015
Kegiatan Eksplor untuk hari ini kami kembali ditemani oleh pak edi untuk membantu kami mencari entrance gua. Kami awalnya berencana untuk berangkat pukul 09.00 pagi, namun kami menunggu pak edi terlebih dahulu, jadilah kami berangkat pukul 10.30. Kami kali ini bergerak menuju gua yang terletak di kaki gunung Paroy. Menururt rumor yang beredar, terdapat juga sebuah gua di tempat ini. Gunung Paroy merupakan kawasan karst di sebelah kanan teluk Paroy.
Gua ini juga dinamakan gua baja oleh warga setempat. Baja menurut bahasa aceh adalah pupuk. Gua baja sendiri berarti sebuah gua yang menghasilkan pupuk, maka memang gua dengan nama baja adalah tempat warga mencari pupuk guano, sama seperti gua baja sebelumnya. Gua baja ini menurut penuturan pak edi sudah lama tidak ditambang, karena stelah bencana tsunami yang terjadi di aceh tahun 2004 silam, menghancurkan tempat pengolahan pupuk yang ada di dekat gua baja ini.
Setelah menyusuri pantai, kami dihadapkan lagi dengan sebuah medan sulit yang harus kami lalui untuk mencapai entrance gua di kawasan karst gunung Paroy. Jika di gunung kulu mash terdapat tanah, maka di gunung Paroy ini semuanya batu. Ya, kami harus memanjati batu-batu ini. Batu-batu ini memiliki permukaan yang tajam, sehingga sulit untuk dilewati. Mencari entrance gua ini juga cukup sulit. Pak edi sendiri pun agak kesulitan. Pukul 11.38, sampailah kami pada suatu rekahan batu yang cukup besar. Kami berasumsi bahwa ini adalah entrancenya. Kami pun masuk semua. Gua ini cukup sempit, setelah setengah jam berlalu kami keluar lagi dan mencari entrance gua baja yang sesungguhnya. Pukul 12.30, tidak jauh dari gua rekahan batu tersebut kami menemukan entrance gua baja yang asli. Kami kemudian langsung mengeksplor gua tersebut.
Untuk mencapai entrance yang sesungguhnya, kita harus melewati medan yang agak sulit dimana harus berjalan jongkok. Pada gua ini, entrance aslinya berupa lubang vertikal ketika di bawahnya maka akan ada cahaya yang masuk kedalam gua ini. Gua ini merupakan gua yang memiliki lorong yang tidak begitu lebar dan ruangan yang tidak besar, hanya saja gua ini banyak memiliki cabag-cabang yang berupa pitch vertikal. Karena keterbatasan alat, maka cukup banyak bagian dari gua ini yang tidak kami jelajahi. DI gua ini, habitat kelelawar masih sangat banyak. Ornamen yang ada pun tinggal sedikit. Malah kami banyak menemukan sisa-sisa peralatan tambang masih berserakan di dalam gua. Eksplorasi gua baja ini tidak sampai mentok, karena kami menemukan pitch vertikal yang cukup dalam dan harus menggunakan teknik SRT untuk turun. Di dekat ujung titik eksplorasi kami, kami beristirahat sejenak, kemudian dilanjutkan untuk mendokumentasikan gua ini. Pukul 15.30 kami keluar gua dan langsung turun dulu ke pantai untuk istirahat, karena medan di sekitar mulut gua yang tidak dapat dijadikan untuk tempat istirahat.
Sesampainya di pantai, kami disambut oleh bang qodrat. Kemudian kami masih terus berjalan menuju sisi pantai yang terdapat pohon cemara untuk beristirahat. Pada perjalanan ke sana, yudha berpisah dari rombongan, karena keadaan darurat yaitu ibunya menelpon. Pukul 16.17 barulah kami beristirahat.
Kami sekarang tinggal berempat, yaitu saya, pak edi, eldi, dan rohmat. Sebelum kami pulang, kami memutuskan untuk mensurvey gua lhok joek terlebih dahulu. Pukul 16. 52 kami berangkat ke gua lhok joek. Gua ini terletak di punggungan sebelah teluk Paroy. Jadi kami harus naik turun bukit dahulu untuk menemukan pintu masuk gua ini. Jadi di punggungan ini kita dapat melihat keindahan pantai yang ada di sebelah teluk Paroy. Pintu masuk gua ini dapat dicapai dalam waktu setengah jam berjalan kaki dari pantai. Medan yang dilalui juga sulit, karena memang merupakan kombinasi hiking-climbing dengan medan yang terjal dan berbatu tajam. Pukul 18.02 kami akhirnya menemukan entrance gua lhok joek. Cukup besar dan dapat dijadikan lokasi untuk melakukan camping. Kami kemudian beristirahat sejenak dan melakukan plotting untuk eksplor besok di gua ini. Selesai plotting, kami kemudian diberi tahu lagi entrance lain oleh pak edi. Berlokasi tidak jauh dari gua lhok joek, pak edi menunjukan kami sebuah entrance gua yang pernah menjadi lokasi warga desa mencari sarang burung walet. Setelah itu kami kembali melanjutkan perjalanan. Di perjalanan pulang ini juga kami menemukan sebuah entrance lagi. Lebih tepatnya rohmat yang menemukan entrance ini. Pukul 19.03 kami akhirnya sampai di pantai dan kemudian diantarkan oleh pak edi kembali ke basecamp menggunakan sepeda motornya.
Sesampainya di base camp pukul 19.11, kami bertiga langsung tumbang. Kemudian tidak lama berselang makan malam siap. Kami lalu melanjutkan malam dengan hal yang biasa, yaitu makan malam dan evaluasi. Waktu gelap tersisa 5 jam 30 menit
Rabu, 28 Januari 2015
Hari ini, kami berniat untuk mengakhiri semua penelusuran kami. Dengan waktu tersisa sebanyak 5 setengah jam, kami harap dengan temuan 3 buah entrance kemarin bersama pak edi dapat menghabiskan 24 jam gelap kami.
Setelah melakukan persiapan, saya, eldi, yudha, rohmat, bang andro, dan bang qodrat berangkat pukul 09.28 menuju gua lhok joek. Dengan di drop dengan motor bang qodrat satu per satu ke posko nelayan desa Paroy. Setelah itu, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke gua lhok joek dengan berjalan kaki. Sesampainya di sana pukul 10.54. Kami lalu memakai cover all kami dan langsung masuk ke gua pukul 11.01. Tm eksplor kali ini terdapat 4 orang, yaitu saya, eldi, yudha, dan rohmat. Di luar terdapat bang qodrat dan bang andro yang bertindak sebagai SBR
Gua Lhok Joek merupakan salah satu gua tempat warga mencari sarang walet. Gua lhok joek sendiri memiliki arti ujung atau dalam bahasa aceh lhok, dan pohon ijuk atau joek, karena di sekitar gua ini banyak terdapat pohon ijuk. Di gua ini banyak terdapat runtuhan-runtuhan ornament, namun masih banyak juga terdapat ornament dig a ini, yang paling banyak yang kami temukan adalah stalaktit. Gua ini memiliki 4 buah ruangan utama. Cukup besar, namun tidak sebesar yang kami temukan di gua baja, urong, maupun gua raya. Yah, medium lah untuk itu. Di gua ini juga terdapat sebuah lorong vertikal, namun sayang tidak kami telusuri lorong ini karena kami tidak membawa alat. Di Gua Lhok Joek ini terdapat sebuah lorong tempat kelelawar bersarang. Di lorong ini kelelawarnya memang sangat banyak, dan juga tanahnya tertutup guano cukup tebal ditambah kit harus merangkak untuk menelusuri lorong ini. Diharapkan berhati-hati, karena apabila terdapat jaringan tubuh kita yang terluka maka jangan sekali-kali masuk lorong ini, karena dapat menyebabkan tetanus. Diujung gua ini terdapat sebuah ruangan yang didalamnya banyak ditembus oleh akar-akar tumbuhan dari atas gua, membuat di ruangan ini serasa seperti di dalam hutan, karena akar-akar yang menembus gua ini cukup besar dan banyak. Nah, di tempat ini, kami beristirahat sejenak.
Setelah beristirahat, kami melanjutkan dengan mendokumentasikan gua ini. Banyak foto yang kami ambil, karena memang gua ini cukup eksotis. Kami mengeksplor gua ini hanya selama 2 jam 15 menit. Kemudian kami makan siang terlebih dahulu, karena waktu sudah menunjukan pukul 13.16 ketika kami keluar. Setelah setengah jam, kami melanjutkan dengan memasuki gua sarang walet 2 yang berada di dekat gua lhok joek. Entrance gua ini hamper sama seperti entrance gua sarang walet 1, yaitu luar biasa sempit. Yudha bahkan tidak bias memasuki gua ini, jadi hanya saya, eldi dan rohmat yang berkesempatan memasuki gua ini.
Setelah melewati entrance yang sempit dan memakan waktu cukup lama karena agak tersangkut, kita kemudian menemui sebuah ruangan gua yang cukup besar untuk kami berdiri. Di dalam gua ini memang masih sangat putih ornament yang ada, juga banyak. Di dalam gua ini hanya terdapat 2 buah ruangan besar. Gua ini tidak cukup besar, namun banyak sekali ornament-ornamen yang ada di dalamnya, membuat kami betah untuk mendokumentasikan gua ini. Selama satu jam kami berada di dalam gua ini.
Setelah keluar dari gua ini, kami kembali melakukan perjalanan ke gua selanjutnya yang ditemukan rohmat. Kami awalnya agak ragu-ragu dengan gua ini, karena sebelemnya rohmat pernah menemukan sebuah entrance juga yang kami namakan gua gotik, namun gua itu kecil sekali. Pukul 15.46 kami mulai memasuki gua ini. Ternyata gua ini cukup besar juga, ornamennya juga banyak. Untuk menelusurinya, kita harus melakukan scrambling menggunakan webbing untuk turun. Gua ini terdapat 1 buah chamber saja, juga terdapat beberapa cabang yang harus dilalui dengan merangkak yang berisi banyak ornament. Sama seperti gua sarang walet 2 yang kami masuki barusan, di gua ini juga terdapat banyak ornamen, namun dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Kami sempat beristirahat sebentar ketika semuanya sudah selesai melakukan scrambling, kemudian kami mendokumentasikan gua ini. Sampai pada pukul 16.54 kami keluar dari gua ini.
Ternyata waktu gelap masih bersisa 1 jam, namun hari masih sore. Karena sudah kentang alias kepalang tanggung satu jam lagi, maka diputuskanlah untuk mencari dan sekaligus mengeksplor 1 buah gua lagi, yaitu gua kandang ayam. Gua kandang ayam terletak di dekat gua raya, yang berjarak tidak jauh dari gua gotik 2 ini. Dengan berbekal semangat, kami lalu merangsek menuju gua kandang ayam.
Setelah tiba di flying camp gua raya, kami kemudian langsung mencari gua kandang ayam ini. Berbekal petunjuk dari pak Keuchik yang mengatakan kalau gua kandang ayam ini terletak 5 meter di sebelah kiri entrance gua raya, maka bergeraklah kami untuk mencari entrance gua ini. Tidka lama berselang, entrance gua kandang ayam ini kahirnya ketemu. Medan untuk mencapai entrance ini memang cukup sulit, karena harus climbing sedikit. Selain itu, memang entrancenya terdapat pada sebuah rekahan batu juga.
Pukul 17.38, mulailah kami memasuki gua ini. Namun naas bagi yudha, karena lagi-lagi entrance gua ini sempit luar biasa yang menyebabkan dia tidak dapat ikut eksplor lagi. Harus agak nyelip-nyelip sedikit memang untuk masuk gua ini. Di sini terdapat 2 buah ruangan yang cukup besar, dengan ornament-ornamen yang masih putih-putih dan dengan jumlah yang tidak sedikit. Namun, lagi-lagi gua ini tidak cukup besar. DI dalam kami pun beristirahat sebentar dan mendokumentasikan gua ini. Tak terasa, waktu 1 jam sisa waktu gelap kami pun terkejar juga. Dan akhirnya, kami memutuskan untuk kembali pada pukul 18.50
Saat kami keluar dari gua ini, eldi sempat terperosok jatuh ke dalam sebuah lubang yang cukup dalam sekitar 2 meter. Wuanjrit kontan kaget saya melihatnya. Dengan bunyi yang cukup keras eldi terjatuh. Namun, keadaannya masih aman karena membawa drybox yang menyelamatkannya dari cidera serius. Fiuh akhirnya selesai juga petualangan 24 jam waktu gelap kami. Sekarang waktunya kembali ke base camp dan beristirahat sejenak.
Kamis, 29 Januari 2015
Fiuh, setelah 24 jam gelap kami memutuskan untuk beristirahat sejenak pada hari ini. Tidak lupa juga untuk mempersiapka agenda untuk pemetaan yang akan dilakukan besok. Untuk besok kami memutuskan untuk melakukan pemetan di gua lhok joek karena menurut kami gua ini memenuhi criteria, karena belum dipetakan dan memiliki potensi untuk dijadikan wisata. Dan memang seharian ini kami hanya istirahat saja.
Jumat, 30 Januari 2015
Hari jumat ini, pada pagi harinya kami melakukkan chechlist ulang akan barang-barang yang akan kami bawa nanti sore untuk berangkat pemetaan. Kemudian kami melaksanakan sholat jumat terlebih dahulu sebelum akhirnya kami kemudian berangkat pukul 16.00.
Dengan barang bawaan untuk melakukan camping 1 malam, kami berjalan kaki menyusuri pantai dan kembali melewati trek sulit yang kami lalui ketika berusaha untuk menjangkau gua lhok joek. Sesampainya di lokasi camp di sekitar mulut gua pukul 18.00. Oleh karena itu, kami langsung sigap mendirikan camp dan mengumpulkan marker untuk pemetaan. Pada pukul 19.00, semuanya sudah selesai. Tinggal dilanjutkan dengan makan malam dan istirahat deh.
Sabtu 31 Januari 2015
Samapai juga pada hari pemetaan untuk mencapai target kedua dari ekspedisi kami setelah 24 jam gelap. Setelah persiapan, pukul 09.00 kami mulai melakukan pemetaan.
Tim pemetaan kami yaitu eldi sebagai shooter yang bertugas untuk membidik kompas dan klino, kemudian yudha yang bertugas sebagai pointer yang ditembak oleh eldi dengan kompas dan klino dan juga memegang pita ukur untuk sekalian mengukur, Rohmat yang mencatat hasil pengukuran, dan saya sendiri yang membuat sketsa. Bermodalkan beberapa batang kayu yang kami jadikan sebagai marker, karena benda ini kami anggap mampu memberikan tanda yang jelas tiap stasiun tanpa merusak gua.
Gua Lhok Joek ini ternyata memiliki panjang hamper 100 meter berdasarkan pemetaan kami dan terdiri dari 23 stasiun besar dari total 89 stasiun. Pemetaan ini cukup memakan waktu, sekitar 4 jam kami melakukan pemetaan ini. Setelah selesai, kami kemudian beres-beres dan kembali ke basecamp. Haft selesai juga pengambilan datanya.
Sesampainya di basecamp, saya langsung memasukkan data hasil pemetaan ke dalam software compass untuk kemudian dilihat bentuk kasar peta guanya. Karena sudah terlihat bentukkannya, maka yasudah sekalian saja saya edit petanya.
Minggu, 1 Februari 2015
Eksplorasi udah selesai, pemetaan juga udah. Ah iya, sosialisasi guanya belum hehe. Untuk hari ini saya masih fokus buat ngebetulin peta gua yang kemaren sempet diedit sedikit. Eh tau tau malah keterusan sampai selesai. Kegiatan soisalisasi potensi gua memang masih lama sih, direncanakannya tanggal 6 Februari. Cuma karena permintaan teman-teman sudah ingin cepat-cepat maka harus melobi pak Keuchik dulu nih biar bisa lebih cepat.
Jadilah hari ini selain ngedit peta ya bikin presentasi lah dikit-dikit. Malam harinya, saya sama Eldi terjebak di meunasah. Niatnya sih mau ketemu pak Keuchik untuk berdiskusiin kapan waktu sosialisasi, malah jadinya bantu-bantu warga buat nyiapin maulid besok, yasudah kita lakukan saja deh, lumayan dapet kopi sama snack.
Senin, 2 Februari 2015
Hari ini merupakan hari perayaan maulid di Desa Paroy. Berarti hari ini, kita makan gratis. Pada pagi hari kami sudah diundang pak Keuchik ke rumahnya buat makan-makan. Ya sudah kami hampiri saja, kemudian secara tidak langsung kami menggasak semua masakan yang tersedia. Maklum, belum pernah makan enak selama di lapangan. Oh iya, kami juga diperlihatkan sebuah kenduri persembahan dari pak Keuchik untuk makan-makan nanti sore di meunasah. Bentuknya Lucu sih, seperti tumpeng berbentuk segitiga, cuma ini makanannya ada di dalamnya. Jadi di luarnya itu Cuma Koran atau karton atau kayu yang dibentuk sedemikian rupa , kemudian makanan – makanannya dimasukkin ke dalam. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar kami kemudian balik lagi ke base camp.
Sorenya kita makan-makan lagi di meunasah. Ada yang berbeda sore ini, tiba-tiba ada mobil Toyota fortuner yang masuk ke desa. Ternyata ada dinas kehutanan provinsi yang lagi main ke desa buat ngecek perihal keinginan desa buat mereboisasi pantai teluk Paroy. Orang-orrang dari dinas itu kemudian juga ikut acara kendurian ini di meunasah. Jadi, di meunasah ini, tiap-tiap warga yang sudah berkeluarga dan berkecukupan menyumbang satu buah kenduri untuk dinikmati bersama-sama. Tentu saja, tiap kenduri ini hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang pertama mengelilingi kenduri tersebut. Jadi sistemnya siapa cepat dia dapat.
Tidak tahu kenapa, tiba-tiba sebelum mulai, pak Keuchik menyuruh kami untuk bergabung dengan rombongan orang-orang dari dinas kehutanan, yang notabene merupakan tamu VIP di desa. Ya sudahlah, karena di suruh apa boleh buat kita dapat kenduri yang paling besar.
Pada malam hari, acara maulig ini mencapai puncaknya, yaitu acara tausiyah yang akan diisi oleh ustadz dari aceh timur. Seperti acara maulid biasanya, awalnya sudah pasti dibuka dengan pembacaan ayat suci, kemudian dilanjutkan dengan shalawat badr, lalu qasidahan, Sebelum mulai tausiyah ada sambutan dulu dari pak Keuchik. Pengisi acaranya rata-rata anak-anak desa sih, kecuali yang mengisi sambutan sama tausiyah. Acara ini dimulai pukul 21.00, untuk acara dari pembacaan ayat suci al quran sampai sambutan sih masih bisa kita pahami, namun pada saat tausiyah ini bayak menggunakan bahsa aceh. Jadi ya banyak yang saya tidak mengerti dan malah ketiduran. Acara ini berlangsung hingga pukul 00.00.
Selasa, 3 Februari 2015
Hari selasa, kami melakukan beberapa persiapan untuk melakukan presentasi. Diantaranya yaitu dengan menyusun slide-slide dan materi-materi apa saja yag akan dipresentasikan di hadapan warga nanti. Hari selasa ini pada malam harinya juga saya bergerilya dari warkop ke warkop untuk menyebarkan isu dan mensosialisasikan secara personal tentang manfaat-manfaat gua kepada warga yang memang memiliki budaya untuk nongkrong di warkop.
Rabu, 4 Februari 2015
Kegiatan sosmas tinggal sehari lagi cuy. Setelah mendapat restu dari pak Keuchik tentang kepastian waktu presentasi, kami kemudian melakukan koreksi dari presentasi-presentasi masing-masing. Apakah ada yang harus ditambahkan atau dikurangi. Kemudian kami juga membahas sedikit tentang cara-cara presentasi yang efektif. Kami juga mempersiapkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk presentasi besok.
Malamnya kami kemudian melakukan briefing dan kembali menyebarkan isu kepada warga di warung kopi. Ah iya, mala mini saya kelupaan beli spidol buat presentasi, karena keasyikkan ngobrol di warung kopi sampai malam.
Kamis, 5 Februari 2015
Wah hari ini merupakan hari presentasi, cukup gugup juga sih saya sebenarnya dari pagi. Pusing bukan kepalang. Iya sih, presentasinya udah selesai di buat, namun ada aja yang masih membuat saya gugup. Mungkin karena kali pertama. Besok juga jadinya kita pulang kembali ke banda aceh. Cepat sekali ya, padahal booking tiket pesawatya masih minggu depan. Ya sudahlah hantam saja.
Pada Siang hari, kami berbelanja dan mempersiapkan konsumsi. Sore harinya, kami sempat mampir di kediaman warga yang biasa nur dan mbak rani main, yaitu kediamannya mak. Di sini kami bersilaturahmi saja kemudian mbak rani mencoba untuk membelah pinang di sini, namun sayang dia kurang berbakat, jadinya lama deh ngebelah satu buah pinang doang sih. Pada sore hari, kami juga bermain voli bersama warga. Saya, eldi, dan yudha turun ke apangan untuk bermain. Walaupun gak jago, tapi kami main terus biar seru.
Malam harinya, kami mendapatkan kesempatan untuk melakukan sosialisasi pada pukul 22.30, malam sekali untuk waktu di Jawa sih, soalnya kan kalau di Aceh memang satu jam lebih lambat. Soalnya memang karena sebelumnya diadakan rapat oleh orang tua murid. Untuk presentasi yang pertama, yaitu tentang potensi – potesi gua di desa Paroy dan arah pemanfaatannya. Presentator pertama yaitu saya dan nur. Di sini saya membawaka presentasi tentang potensi-potensi gua. Yang kami tawarkan untuk menjadi prioritas utama adalah pariwisata, karena hal ini didukung dengan lansekap kondisi desa Paroy yang indah dengan medan tempuh yang menantang. Juga dengan menambahkan objek wisata yang kiranya akan menjadi salah satu sumber pendapata warga desa. Gua yang dapat dijadikan wisata, kami buat dengan paket-paket tertentu dengan variasi trekking dan gua yang indah, seperti Gua Urong – Gua Baja, Gua Raya – Gua Kandang Ayam, Gua Ujung – Gua Ari, dan Gua Lhok Joek – Gua Sarang walet.oh iya, tak lupa juga saya beberkan tentang akses untuk ke loksi juga hal-halyang harus dibenahi oleh masyarakat apabila ingin dibuka jalur wisata, seperti pembersihan gua dari alat tambang, pembukaan jalur, dan pemandu.
Pada sesi kedua, dibawakan oleh yudha dan eldi. Mereka berdua mempresentasikan tentang standar dan etika yang harus dimiliki oleh pemandu wisata gua. Pengenalan peralatan menjadi focus yang utama, karena memang kegiatan menelusur gua merupakan kegiatan yang beresiko, oleh karena itu yudha memperkenalkan alat-alat standar yang harus dipakai oleh penelusur gua sperti, helm untuk melindungi kepala dari langit-langit gua, cover all atau wear pack daribahan yang dapat kering berdasarkan suhu tubuh untuk menjaga kondisi tubuh, serta sepatu boots sebagai alas kaki. Kemudian dilanjutkan dengan etika-etika yang harus dimiliki penelusuran gua.
Sesi terakhir adalah sesi diskusi degan warga untuk menentukan arah pemanfaatan potensi-potensi yang kami beberkan. Warga desa setuju untuk dijadikan sebagai wisata. Namun, mereka berharap dari kami untuk melakukkan publikasi yang cukup tinggi agar program wisata di desa Paroy dapat terus berlanjut. Setelah itu acara dilanjutkan dengan foto bersama warga. Acara kami selesai pada pukul 00.00. Kemudian, kami ke warkop dulu buat nongkrong bersama sebelum kami pulang besok.
Jumat, 6 Februari 2015
Hari ini merupakan hari kepulangan kami. Pada pagi hari, pak Keuchik menghampiri tempat tinggal kami di balai desa. Beliau ada urusan, sehingga memutuskan untuk langsung menghampiri kami di balai desa untuk kami agar bisa berpamitan dengan beliau. Setelah itu, kami kemudian beres-beres dan packing. Oh iya, bang jes ternyata dating membawa pickupnya untuk mengantar kami ke banda aceh. Setelah packing selesai pukul 11.20, kami kemudian berangkat menuju rumah pak sekdes dan pak Keuchik untuk berpamitan dan mengembalikan kunci balai desa. Kemudian berangkatlah kami ke banda aceh. Akhirnya selesai juga kegiatan lapangan kami, tinggal menyusun laporan dan menunggu waktu untuk pulang, karena sudah terlanjur memesan tiket tanggal 15 Februari nanti. Jadi kami menetap di mapala leuser dulu deh.
Sampai di mapala leuser pukul 12.37, wah langsung lah kami bergegas ke masjid terdekat untuk sholat jumat. Selesai sholat jumat, kemudian saya melanjutkan aktivitas untuk beristirahat saja di mapala leuser. Sedangkan yang lain malah jalan-jalan sih hehe.
Sabtu, 7 Februari 2015
Hari ini ada pesta pernikahannya salah satu alumni mapala leuser di lhok nga. Jadi pagi-paginya kita diajak deh buat ikut ke pesta pernikahannya bang eddy. Pesta perikahannya berlangsung di lhok nga, sekitar 30 enit dari kota banda aceh. Di sana yaa kita layaknya di kondangan, makan-makan abis itu foto-foto, terus pulang jam 12.00. Waktu pulang dari kondangan ini, saya, yudha, dan bang andro misah. Kita soalnya naik motor pulangnya, jadinya pergilah kita ke museum tsunami.
Di museum tsunami, kita hanya sebentar. Baru setengah jalan museum tsunami, rohmat di terror haru sngembaliin motor yang kami pakai. Jadilah kita langsung balik ke mapala leuser. Di mapala leuser pas kita sampai ternyata juga sepi, ternyata semuanya lagi ngopi di solong mini coffee (yah jadi promosi). Jadilah kita kemudian meluncur ke sana. Di sana ternyata sudah rame, ada mbak rani, nur, sama eldi juga. Akhirnya, di sana kita nongkrong sampe malem, ngopi. Ssampe kemudian balik ke mapala leusernya malem buat kita istirahat.
Minggu, 8 Februari 2015
Hari minggu ini, kita diajaka jalan-jalan di kota banda aceh. Berangkat dari leuser jam 12.00. hehe itng-itung sembari nunggu waktu kita pulang sih. Kita kemudian jalan ke kapal PLTD apung dan membeli beberapa souvenir untuk buah tangan. Oh iya PLTD apung ini merupakan kapal yang berukuran besar yang terbawa gelombang tsunami dulu tahun 2004 sampai ke tengah kota. Terdapat juga beberapa peninggalan tsunami seperti bangunan-bangunan yag rusak dan juga keadaan kapalnya yang memang tidak diapa-apakan sih kayaknya.
Di sini, kami sempat kehujanan sampai sore. Jadinya ya neduh dulu deh di PLTD apung. Setelah hujan reda kami melanjutkan berburu souvenir di peunayong yang merupakan sebuah pasar yang khusus berjualan souvenir. Karena kita tiba di sananya pas waktu maghrib, jadi semua took tutup. Kami lalu memutuskan untuk sholat maghrib di masjid baiturrahman yang terletak tidak jauh dari peunayong. Usai sholat maghrib kami kemudian foto-foto sebentar, sebelum akhirnya kembali ke mapala leuser pukul 19.40
Kemudian, dari mapala leuser, kita kemudian mengembalikkan kompor dan tabung gas yang kami pinjam di mapala metalik. Sesampainya di sana Cuma ada bang lapeh, kemudian sesaat dating bang rembo. Bang rembo kemudian mengajak kami untuk ngopi lagi di warung kopi di dekat Unsyiah. Di sana kami menikmati kopi dan beberapa snack sambil berbincang-bincang.
Setelah ngopi sampai larut malam pukul 00.00, kami kemudian diajak untuk menginap di rumah salah satu alumni mapala metalik yaitu bang aulia, yang terletak tidak jauh dari mapala leuser.
Senin, 9 Februari 2015
Dari rumah bang aulian,, kami lalu pamit pada pagi hari pukul 07.00 untuk kembali ke mapala leuser. Hari ini, tujuan kami adalah ke sabang. Yah kali udah ke aceh tapi belum ke ujung barat nusantara, kalo kata orang-orang sih. Jadi degan di temani oleh kak mutia, kami berangkat ke sabang dengan menyebrang melalui pelabuhan ulee lheue. Menyebrang ke pulau weh, membutuhkan waktu sekitar 2 jam menggunakan kapal ferry. Kita juga dipungut biaya sebesar Rp 23.000,00 per orang dan 23.000 juga untuk sepeda motor.
Sesampainya di sabang, terjadi insiden pecah ban sepeda motor ang dikendarai eldi dan saya, jadilah kita harus menambal ban dulu sebelum melanjutkan perjalanan. Tujuan kami di pulau sabang, sebenarnya hanya satu sih, untuk bisa berfoto di nol kilometer Indonesia aja. Tapi sedikit terbuai juga mengenai keindahan-keindahan pantai di pulai weh ini.
Pertama-tama kami berkunjung dulu ke tempat kediaman bang abdul yang merupakan salah satu kenalan dari anak mapala leuser yang terletak di aneuk laot. Setelah dari sana, kami langsung berangkat menuju nol kilometer Indonesia. Sesampainya di sana, kami kemudian foto-foto dan nongkrong sebentar. Puas foto-foto, kami kemudian ke pantai iboih. Namun, karena cuaca yang sedang mendung jadi kurang bagus deh pantainya. Setelah nongkrong dulu sebentar di iboih, kami kemudian kembali lagi ke kediaman bang abdul.
Sesampainya di rumah bang abdul, kami istirahat sebentar dan makan, tapi setelah itu langsung diajak ngopi lagi deh, kali ini kita berangkat ngopinya di kota sabang.. Kami di sini ngopi sampai larut malam. Setelah puas ngopi, kami disurug=h untuk bermalam di kediaman bang abdul.
Selasa, 10 Februari 2015
Hari ini, kami berencana untuk kembali ke banda aceh. Pagi harinya, kami berpamitan dengan bang abdul dan kawan-kawan untuk ulang ke banda aceh. Kami mengejar kapal pemberangkatan pukul 13.00. Karena masih banyak waktu dari pagi pukul 08.00 kami berangkat dari rumah bang abdul, kami memutuskan untuk main-main dulu sejenak ke bunker jepang. Tidak lupa kami juga mencetak sertifikat tiba di nol kilometer Indonesia juga loh sebagai bukti hehe.
Sebelum pukul 13.00, kami pergi ke pantai sumur tiga dahulu. Namun, karena cuacanya masih emndung dari kemarin jadi kurang begitu bagus pantainya. Setelah pukul 13.00, kami kemudian naik kapal lagi untuk kembali ke banda aceh. Sampai banda aceh, tentu saja kami lagsung ke pala leuser untuk istirahat. Namun, naas pada pukul 18.00 kami diajak jalan-jalan lagi untuk melihat sunset di pantai ulee naga. DI sini kami berfoto ria dahulu kemudian kembali ke mapala leuser setelah matahari terbenam.
Sampai mapala leuser, kami istirahat dulu sebentar. Kemudian diajak ngopi lagi sampai malam. Anjir, ngopi terus banget nih di aceh, yasudahlah lagipula enak kopinya hehe.
Rabu, 11 Februari 2015
Hari rabu ini, eldi mencari info harga tiket ke terminal untuk transport kami kembali ke Medan. Setelah selesai mencari info bus, kita memutuskan untuk berangkat pada tanggal 14 ke Medan, mengingat perjalan dari medan menuju banda aceh atau sebaliknya menempuh waktu selama 12 jam. Pesawat kami dari banda kualanamu juga berangkat pada tanggal 15, jadi masih sempat lah.
Setelah eldi selesai mencari tiket, kami diajak pergi lagi jalan-jalan ke pasir putih. Saya pada jalan-jalan episode ini, diminta untuk menyupir mobil milik mapala leuser. Cukup kece mobilnya, yaitu mobil corolla tahun 70an. Oke deh berangkat. Cukup jauh dari kota banda aceh menuju pasir putih menempuh waktu selama 1 jam.
Sesampainya di pasir putih, tempat ini benar-benar sangat menakjubkan. Berasa di new Zealand! Padang rumput yang luas dengan medan yang berbukit seperti di teletubbies dengan pantai pasir putih yang masih di tumbuhi tumbuhan bakau menghiasi tempat indah ini. Wah serasa gak mau pulang banget deh. Pantainya juga masih ada tebing-tebing karangnya sih. Kalau kita melihat ke lautnya juga lautnya itu jernih sekali, bahkan kalo dilihat dari atas tebing yang tinggi, masih bisa terlihat dasar lautnya. Foto-foto menjadi kegiatan yang menyenangkan di sni karena keindahan tempat ini yang seperti wallpaper. Setelah puas, kami kemudian kembali melakukan perjalanan.
Kami beranjak dari pasir putih waktu maghrib. Sebelum pulang kami menyempatkan diri untuk main ke pelabuhan dulu. Kami ngemper-ngemper sejenak dahulu, sebelum kami memutuskan untuk pulang. Nah, ketika waktu pulang, mobil yang saya kendarai bannya bocor. Untungnya rombongan bermotor yang lain, yaitu bang amar, mbak anum, eldi, dan bang andro melihat kami yang kebocoran ban. Setelah dibongkar, yudha dan bang amar kemudian mencari tambal ban dan meninggalkan kami di pelabuhan.
Cukup lama memang menunggu mereka, kami menghabiskan waktu untuk memancing cumi-cumi di pelabuhan untuk dimakan. Ban kemudian dating pukul 23.45. langsung saja setelah dating kami pasang bannya, untuk kemudian pulang ke mapala leuser.
Kamis, 12 Februari 2015
Hari kamis ini, h-2 sebelum kepulangan kami kembali ke jogja. Untuk itu, kami kemudian berkunjung ke mapala metalik pada siang harinya. Niatnya sih ya untuk pamitan karena kami memang sebentar lagi mau kembali ke jogja. Di metalik, kami hanya nongkrong-nongkrong pada siang hari. Kemudian pada sore harinya, kami diajak untuk melihat anak-anak mapala metalik yang sedang latuhan di wall mereka. Melihat latihan wall climbing itu, eldi tidak tinggal diam untuk ikut unjuk gigi dalam memanjat.
Kemudian malam harinya, kami masih ngemper-ngemper di secret metalik sampai jam 8 malam. Karena memang sudah cukup lama kami di sini, akirnya kami pun berpamitan untuk pulang dan kembali ke mapala leuser untuk beristirahat.
Jumat, 13 Februari 2015
Wah sudah h-1. Hari ini, seharusnya kami memang hanya ngemper-ngemper saja di mapala leuser, namun karena saya dan mbak rani belum membeli beberapa titipan. Maka kami kemudian memutuskan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu ke pusat kota untuk mencari titipan. Kami berangkat sebelum sholat jumat yaitu pukul 11.00.
Sesampainya di kota, saya dan eldi sholat jumat dulu di masjid baiturrahman dahulu sebelum berbelanja. Seusai sholat jumat, kami langsung berburu oleh-oleh di pasar peunayong yang bertempat tidak jauh dari masjid baiturrahman. Di sini, kami hanya melihat-lihat karena benda yang sama-sama saya dan mbak rhani cari tidak ada di sini. Seusai dari peunayong, kami kemudian berangkat ke kapal PLTD apung untuk mencari di sana. Kami sempat terpisah di sini, karena saya dan eldi yang sampai duluan dan langsung saja membeli titipan. Kemudian, tidak lama setelah saya membeli titipan saya, mbak rani kemudian dating dengan kabar buruk. Omaigat!! Mereka kecelakaan. Motor yang dikendarai bang andro dan mbak rani mengalami kecelakaan sehingga mengakibatkan spion motornya lepas dan luka kecil. Celana yang dikenakan mbak rani juga sobek. Jadi, mbak rani harus beli celana baru.
Setelah beli celana baru dengan ditemani oleh eldi di dekat masjid baiturrahan, mereka lalu kemudian melanjutkan berbelanja titipan. Setelah puas, kami kemudian menyempatkan diri ke museum tsunami aceh. Akan tetapi, sesampainya di sana museumnya sudah tutup. Yasudahlah, kami kemudian memutuskan untuk makan mie aceh saja dulu sebelum kembali ke mapala leuser untuk beristirahat.
Sabtu, 14 Februari 2015
Hari ini, kami pulaang!! Setelah bersiap-siap untuk pulang, kami menyempatkan diri untuk foto bersama dulu bersama kawan-kawan mapala leuser. Kemudian kami diantar ke terminal untuk berangkat naik bis menuju medan. Di sini, kami kemudian sarapandan berpamitan dengan kawan-kawan mapala leuser.
Di bus, yang kami lakukan hanya tidur. Oh iya bis ini berjalan lambat sekali. Hampir seharian kami berada di bis, bayangkan waktu tempuh banda aceh – medan yang seharusnya 12 jam malah jadinya 18 jam. Kami tiba di pool bus yang kami naiki malah sudah pukul 04.00 pagi! Dengan selisih 4 jam dari waktu boarding kami naik pesawat. Dari pool bus ini, kami dijemput oleh tantenya bang andro yang sepertinya kangen dengan bang andro. Kami kemudian singgah sebentar di rumah tantenya bang andro untuk makan dan ngobrol-ngobrol sebentar untuk kemudian diantar ke bandara kualanamo.
Kami tiba di bandara tepat waktu sebelum keberangkatan. Kami kemudian berpamitan dulu dengan keluarganya bang andro untuk kemudian menuju ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta pukul 10.00 WIB. Bang andro memutuskan untuk ke bekasi untuk bertemu keluarganya, dia langsung berpisah dengan kami di bandara dan pergi ke bekasi dengan naik bus damri. Di bandara kemudian kami dijemput oleh ayah saya dan adik saya untuk singgah sebentar di rumah saya sebelum akhirnya berangkat ke jogja. Di sini, nur, eldi, dan mbak rani di jemput oleh ayah saya dan langsung mengarah ke rumah. Saya dan yudha dijemput oleh adik saya. Kami tidak langsung pulang, karena yudha ingin diantar ke mapala impeesa dulu. Yasudahlah, kami ke impeesa dulu untuk mengantar yudha, dengan catatan dia langsung ke stasiun pasar senen nanti.
DI rumah, eldi, nur, dan mbak rani hanya beristirahat saja, sedangkan saya harus mengurus handphone saya yang rusak karena terhempas oleh ombak ketika ekspedisi. Nah malam harinya kami berangkat ke stasiun senen. Kereta kami dijadwalkan berankat pukul 22.30. Setelah kami ber enam berkumpul semua di stasiun senen. Langsung kami masuk kereta dan berangkat menuju ke Yogyakarta.
Senin, 16 Februari 2015
Pukul 08.00 kami tiba di stasiun lempuyangan. Kami meluruskan kaki terlebih dahulu karena pegal-pegal di kereta yang disebabkan oleh tempat duduk kereta progo yang kami naiki sempitnya bukan main. Setelah itu, kami kemudian di jemput oleh teman-teman mapala SATU BUMI. Terharu sekali untuk kemudian kembali dengan selamat ke secretariat mapala SATU BUMI.