20 Juli 2019
Pada malam gelap berawan pukul 23.30 WIB, para peserta SWADAYA XIII yang terdiri dari Hanan, Andre, Zahraul, Fath, Nadhine, Kumar dan dua pendamping Bobby dan Ega tengah melakukan upacara pelepasan SWADAYA XIII dipelataran sekretariat SATU BUMI bersama dengan anggota SATU BUMI. Upacara berakhir pada pukul 23.41 WIB ditutup dengan menyanyikan lagu Hymne SATU BUMI dengan diiringi lantunan petikan gitar oleh Harits. Lalu, peserta SWADAYA XIII pun tidur guna menyiapkan tenaga untuk melakukan perjalanan esok hari.
21 Juli 2019
Pukul 06.22 WIB, para peserta SWADAYA XIII kecuali pendamping mulai berangkat menuju Stasiun Lempuyangan dengan diantar mengendarai sepeda motor oleh senior SATU BUMI yang lain. Sementara pendamping SWADAYA XIII kemapalaan yakni Ega dan Bobby berangkat belakangan mengendarai sepeda motor pada pukul 09.00 WIB. Pukul 06.32 WIB, peserta telah sampai di Stasiun Lempuyangan. Setelah mengurus tiket kami kemudian antre menuju tempat kedatangan kereta. Setelah menunggu beberapa menit kereta Joglosemarkerto 7079 pun tiba pada pukul 06.58 WIB. Kami pun segera memasuki gerbong kereta nomor 2 dan duduk di kursi penumpang sesuai dengan tempat yang tertera pada tiket. Hanan duduk disamping Andre berhadapan dengan Nadhine yang berada disamping Zahraul. Sementara Fath dan Kumar berada di kursi sebelah kanan Nadhine.
Pukul 07.00 WIB, kereta mulai melaju menuju Stasiun Pekalongan. Dikarenakan belum sempat sarapan, kami langsung menyantap menu nasi kuning yang telah dibeli sebelumnya. Perjalanan mencapai Stasiun Pekalongan membutuhkan waktu enam jam membuat kami agak bosan. Kami pun sempat tidur beberapa kali bahkan Zahraul sendiri tertidur semenjak keberangkatan hingga sampai ke stasiun tujuan.
Waktu menunjukan pukul 13.10 WIB ketika kereta tiba di Stasiun Pekalongan, kami pun segera turun dan melaksanakan salat dzuhur secara bergantian. Lalu dilanjutkan mencari makan siang di sekitar stasiun. Di sekitar Stasiun Pekalongan kami memutuskan untuk makan di warung soto ayam di pinggir jalan. Sambil makan Andre mencoba mencari dan memesan grabcar untuk membawa kami ke Pasar Doro, setelah berdiskusi dengan Fath akhirnya Andre mengkonfirmasi untuk mengambil grabcar yang menggunakan mobil Daihatsu Xenia. Setelah grabcar yang dipesan datang kami segera memasukkan barang bawaan ke dalam mobil. Namun, sebelum Hanan masuk tanpa diduga mobil telah mencapai batas maksimum kapasitas barang bawaan yang dapat diangkut sehigga perlu memesan tambahan grabbike untuk Hanan menuju pasar Doro. Mobil grab mulai berjalan pada pukul 14.40 WIB dengan Fath duduk di depan di samping sopir sedangkan Kumar dan Nadhine di kursi tengah serta Andre dan Zahraul duduk di belakang. Selama perjalanan Zahraul kembali tidur hingga ke Pasar Doro sementara Fath mengobrol dengan bapak sopir grab di depan.
Grabcar sampai di Pasar Doro pada pukul 15.33 WIB. Disana Ega dan Bobby yang mengendarai sepeda motor telah sampai terlebih dahulu. Kami segera menurunkan barang bawaan dibantu oleh Hanan yang juga telah tiba. Setelah Fath mengurus pembayaran kami pun beristirahat. Andre, Hanan, dan Fath berkeliling untuk mencari doplak. Setelah agak lama mencari akhirnya kami menemukan doplak yang akan menuju Petungkriyono. Setelah menunggu bapak sopir makan kami segera mengangkut barang bawaan di belakang doplak. Setelah Andre memastikan biaya, doplak mulai berangkat menuju Gumelem pada pukul 16.30 WIB. Selama perjalanan Andre yang duduk di depan berbincang-bincang dengan Toha sang sopir. Sementara yang lain duduk di belakang diikuti Ega dan Bobby yang mengendarai sepeda motor mengikuti doplak. Peserta yang duduk di belakang menikmati perjalanan sembari menahan rasa mual dan juga menyempatkan diri bertegur sapa dan ngobrol dengan pengendara motor lain yang melaju bersama dengan doplak kami. Udara dingin dan rasa mual yang beberapa kali muncul membuat Hanan ikut bergabung bersama Andre di kursi depan.
Pada pukul 18.05 WIB, doplak telah sampai di Desa Gumelem yang menjadi titik awal pendakian Gunung Rogojembangan. Fath segera menyelesaikan pembayaran setelah semua barang bawaan diturunkan. Peserta selanjutnya menuju ke rumah Supari selaku kepala seksi pemerintahan untuk mengurus perizinan. Akhirnya selama di Gumelem kami
akan tinggal di rumah Supari. Disana kami bersilaturahmi sambil berbincang dengan Supari dan tak lupa melaksanakan salat secara bergantian. Seusai salat isya Zahraul, Nadhine, dan Kumar mulai meyiapkan makan malam dengan menu mie, telur, dan makaroni. Setelah makan dan mencuci piring kami melanjutkan berbicang-bincang dengan Supari sejak pukul 22.10 WIB. Perbincangan berakhir pada pukul 23.10 WIB dan dilanjutkan dengan evaluasi dan briefing hingga pukul 00.07 WIB. Lalu, tidur untuk menghilangkan penat perjalanan hari ini.
22 Juli 2019
Pukul 05.00 WIB beberapa peserta SWADAYA XIII telah bangun dan melaksanakan ibadah salat subuh. Dinginnya cuaca pagi hari membuat badan ingin melanjutkan tidur lelap. Pukul 06.30 WIB, dua orang dari kami bertugas menyiapkan sarapan. Setelah satu jam sarapan pun telah siap disantap. Pukul 08.30 WIB Kumar, Zahraul dan Nadhine bertugas pergi ke balai desa untuk mencetak peta gunung yang tertinggal. Sementara sisanya bertugas melakukan survei jalur dan titik awal pendakian. Pukul 10.05 WIB tim survey tengah bersiap-siap. Kemudian memulai survei jalur pada pukul 10.20 WIB. Kami ditambah 2 mahasiswa dipandu Supari dalam perjalanan. Pukul 10.20 WIB kami pun kembali. Tim sebelumnya yang bertugas mencetak peta telah menyiapkan menu makan siang. Pukul 13.45 WIB kami mendapat agenda bebas. Ega dan Bobby pergi memeriksa jalan menuju desa berikutnya. Pada sore hari kami bersama anak anak disana pergi melihat kelinci kemudian jalan-jalan menelusuri desa sambil bermain bersama anak-anak. Petang hari kami diajak bertamu di rumah Supari yang lain. Kami bergantian untuk pergi melaksanakan salat magrib. Lalu Ega dan Bobby telah kembali dan menggantikan bertamu di rumah Supari. Pukul 19.30 WIB semua peserta kembali ke basecamp untu memasak dan menyantap makan malam. Pukul 20.32 WIB evaluasi dan briefing dimulai dan berakhir pada pukul 21.56 WIB.
23 Juli 2019
Pukul 05.00, para peserta SWADAYA XIII untuk melaksanakan salat subuh. Dinginnya pagi hari membuat beberapa dari kami merapatkan sleeping bag untuk kembali tidur. Namun, bagi yang mendapat jadwal memasak harus menahan diri untuk menyiapkan sarapan pagi. Pukul 06.57 WIB menu sarapan telah siap dan dalam beberapa menit para peserta SWADAYA XIII telah menghabiskan sarapan. Pukul 07.05 WIB kami mulai mengemasi barang bawaan dan beberapa mencuci alat makan. Pukul 08.40, carier telah berdiri dan barang bawaan telah dikemas. Sebelum berangkat kami berfoto bersama dan mendapat pengarahan dari Supari. Lalu dilanjutkan pemanasan selama 12 menit. Pukul 09.12 WIB kami memulai perjalanan menuju puncak gunung Rogojembangan. Andre sebagai koordinator lapangan memimpin di depan sambil mengambil koordinat jalur tiap 20 menit.
Di awal perjalanan kami disambut oleh hamparan perkebunan milik warga yang terbentang luas. Setelah melewati jalan aspal perjalanan mulai didominasi pepohonan hutan dan semak belukar. Beberapa kali kami melewati terowongan yang terbuat dari pepohonan bambu yang telah mengering. Pukul 09.45 WIB kami telah sampai di pos 1. Setelah beristirahat selama 5 menit perjalanan berlanjut. Pohon Pucuk Merah seringkal terlihat hingga akhirnya kami sampai pada pos 2 pada pukul 11.36 WIB. Medan mulai datar hingga mencapai pos 3 Watu Gilang pada pukul 12.28 WIB. Kemudian jalur menanjak menyambut perjalanan berikutnya. Para peserta berjalan sambil dibantu tali tambang disamping jalur. Pukul 12.42 WIB kami pun sampai di puncak Raja. Selama 1 jam kami istirahat dan makan sambil menikmati suasana di puncak. Pukul 13.58 WIB kami menyempatkan berfoto sebelum turun. Andre dan Fath melakukan survey jalur lain di sebelah selatan. Selama 40 menit kami pun kembali dan menginformasikan jalur dapat dilalui. Pukul 14.53 WIB kami pun memulai perjalanan turun. Setelah agak tersesat dan menebas semak belukar di perjalanan akhirnya kami sampai ke pertigaan jalan ke Karang Malang dengan Gumelem yang telah disurvei kemarin pada pukul 16.49 WIB. Kami segera mendirikan tenda lalu mulai memasak pada pukul 18.45 WIB. Setelah 1 jam makan malam telah siap. Pukul 20.30 WIB evaluasi dan briefing dimulai hingga pukul 22.41 WIB.
24 Juli 2019
Udara pagi pukul 05.30 WIB yang dingin berhembus di kaki Gunung Rogojembangan. Namun Ega, Zahraul, dan Nadhine sudah bangun untuk menyiapkan sarapan pagi. Zahraul dan Nadhine tergabung dalam tim belanja yang bertugas untuk memasak dan membeli bahan makanan di desa Karangmalang serta tidak ikut naik ke atas untuk plotting. Sedangkan sisanya masih tertidur pulas karena tergabung sebagai tim kedua yang bertugas untuk plotting naik menuju pertigaan antara jalur Gumelem dengan Karangmalang. Pada pukul 06.50 WIB, semua peserta SWADAYA XIII berkumpul untuk menikmati sarapan pagi dengan menu tumis wortel dan kobis. Setelah menikmati sarapan, Zahraul mencuci piring dan teman-teman yang lain menyiapkan barang bawaan untuk naik ke jalur Karangmalang. Melihat barang bawaan yang tidak segera dikemas, Nadhine berinisiatif untuk segera mengemas karena waktu telah menunjukan pukul 07.15 WIB. Hanan yang baru saja selesai pergi buang air pun datang membantu. Pukul 07.53 WIB barang bawaan telah dikemas dan kami segera melakukan pemanasan. Pukul 08.10 WIB tim plotting yang terdiri dari Bobby, Hanan, Andre, Kumar, dan Fath. Tim plotting naik dan melakukan plotting jalur Karangmalang tiap 15 menit dan melaporkannya ke Ega yang menjaga tenda di bawah. Jalur di Karangmalang sebagian besar telah dibuat anak tangga namun memiliki kemiringan yang cukup terjal sehingga butuh tenaga ekstra untuk melaluinya. Kami telah sampai di titik perpotongan antara jalur Gumelem dan Karangmalang pada pukul 09.20 WIB dikarenakan jalurnya yang terjal namun pendek. Kami kemudian beristirahat dan menikmati bekal yang dibawa naik hingga pukul 10.00 WIB. Setelah puas kami pun turun dan mencapai camp di bawah pada pukul 10.40 WIB.
Jauh di kaki gunung, tim kedua yang terdiri dari Ega, Zahraul, dan Nadhine tepat pada saat tim pertama berangkat, kami langsung melakukan kegiatan merapikan area camp. Setelah itu, Zahraul dan Nadhine pergi ke bawah untuk mencari bahan makanan di permukiman Desa Karangmalang sementara Ega menunggu sembari menjaga camp. Zahraul dan Nadhine berjalan sembari melakukan 2 kali plotting. Saat kami sampai di permukiman dan yang pertama kali dilakukan adalah menanyakan ke suatu warung apakah dijual bahan makanan berupa sayur, dan ternyata di warung tersebut tidak menjual bahan sayur, dan akhirnya Zahraul dan Nadhine melanjutkan perjalanan mencari toilet umum di musala dikarenakan ingin berhajat. Setelah mencari-cari dan menanyakan pada warga akhirnya menemukan sebuah musala dan menumpang buang air secara bergantian di toilet musala tersebut. Selanjutnya, Zahraul dan Nadhine tampak bertanya tanya pada warga dimana tempat penjual sayur, namun warga mengatakan pada jam segitu mobil sayur sudah pergi. Melihat Zahraul dan Nadhine kebingungan, segerombolan anak muda laki-laki yang sedang nongkrong sembari duduk di motornya masing-masing menanyakan pada Zahraul dan Nadhine mengenai keperluan apa yang sedang dibutuhkannya. Zahraul dan Nadhine serentak menjawab sedang mencari penjual sayur dan salah satu dari mereka bertanya butuh sayur apa dan tanpa menunggu jawaban dari kami ia langsung pergi sembari meminta Zahraul dan Nadhine menunggu. Tanpa diduga, ia kembali dengan sudah ditangannya membawa banyak sayur, ada kobis wortel, dan satu sayur yang tidak kami ketahui namanya yang bentuknya mirip seperti kangkung sehingga kami menamainya kangkung pekalongan. Disusul dengan mas-mas lain juga memberikan sayur-sayurnya. Sayur-sayur itu diberikan pada Zahraul dan Nadhine tanpa diminta imbalan apapun. Zahraul dan Nadhine yang masih kaget menerima sayur-sayur tersebut mengucapkan banyak terima kasih pada anak-anak muda tersebut setelah itu pergi berjalan kembali ke warung yang sebelumnya dikunjungi untuk melengkapi bahan tambahan lainnya. Setelah itu Zahraul dan Nadhine berjalan yang kebetulan anak-anak SD sedang beristirahat dan Zahraul serta Nadhine menyempatkan berswafoto bersama anak-anak tersebut. Ternyata di SD tersebut juga sedang ada mahasiswa-mahasiswa dari UNDIP yang sedang melakukan program mengajar dari kampusnya tersebut dan berbincang sebentar dengan mereka. Setelah itu kami berjalan pulang ke area flyingcamp. Sesampainya di camp, Zahraul dan Nadhine mendapati Ega yang sedang tidur di atas flysheet. Tidak lama setelah Zahraul dan Nadhine sampai di camp, tim pertama juga baru turun dan sampai di camp.
Semua peserta kemudian beristirahat di tenda, Fath asyik menonton drama korea yang kemarin ia unduh hingga akhirnya memutuskan untuk tidur. Zahraul juga tidur di dalam tenda dengan Fath. Disusul Nadhine yang tidur di tenda sebelah. Sementara yang lain sibuk mengobrol dan memasak makan siang. Hanan, Bobby, Kumar, dan Ega bereksperimen menggoreng segala bahan makanan yang didapat siang tadi. Sementara Andre mendokumentasikan keseruan memasak yang dibalut canda tawa siang hari itu. Panas dari minyak goreng tidak menghalangi para chef tersebut untuk memasak menu makan siang. Suara berisik Hanan, Bobby, Kumar, dan Ega mengundang Nadhine yang beberapa waktu lalu tertidur untuk bergabung menikmati keseruan tersebut. Pukul 13.30 WIB semua peserta mulai menikmati menu makan siang yakni kobis goreng, tempe goreng, wortel goreng, cabai goreng, dan berbagai menu gorengan lain ditambah dengan tumis wortel. Pukul 14.00 WIB, Zahraul mencuci piring lalu menata segala barang di sekitar tenda dengan rapi sementara yang lain menikmati tidur siang.
Pukul 15.10 WIB peserta bangun dan merpaikan tenda serta mengemasi barang bawaan masing-masing. Pukul 16.00 WIB semua barang bawaan telah dikemas lalu malakukan pemanasan dan berjalan kembali ke desa Gumelem pada pukul 16.05 WIB. Perkebunan dan bukit di sebelah timur yang dihiasi pohon pucuk merah menemani perjalanan kami. Andre beberapa kali melakukan plotting selama perjalanan kembali. Pada pukul 16.39 WIB, kami telah tiba di rumah Supari lagi. Peserta kemudian mandi secara bergantian. Peserta kemudian beristirahat, salat serta berbincang-bincang dengan Sukirman. Malam itu, Andre, Kumar, Ega, dan Bobby masih berbincang-bincang serta memakan makan malam yang diberikan Sukirman dan istrinya. Sedangkan, peserta SWADAYA XIII yang lain pergi membeli soto untuk menu makan malam. Setelah kami kembali, kami menyantap makan malam dengan menu soto bersama Pak Supari serta istrinya.
25 Juli 2019
Pukul 05.35 WIB, Andre bangun dan segera menanak nasi untuk sarapan setelah menunaikan salat subuh. Kumar yang bertugas memasak hari ini juga sudah menyiapkan soto sisa semalam yang masih tersisa untuk dihangatkan. Setelah nasinya matang para peserta mulai menyantap soto dan kerupuk yang telah dibagi rata oleh Andre pada pukul 07.05 WIB. Kemudian, Andre mencuci piring yang serta Kumar membuatkan kopi untuk teman-teman lain. Pukul 07.30 WIB Zahraul mulai menyuruh untuk segera melakukan packing alat.Pukul 08.34 WIB semua barang bawaan telah dipacking dan peserta siap unuk moving ke desa Simego. Dikarenakan Bapak Supari sedang pergi ke ladang , Zahraul dan Hanan pergi keluar mencari Bapak Supari untuk berpamitan.
Pukul 09.00 WIB Supari telah kembali dari ladang karena mendapat info dari tetangga bahwa ada yang mencarinya. Namun, Zahraul dan Hanan masih pergi berkeliling mencari Supari hingga pukul 09.15 WIB. Setelah menunggu lama, akhirnya Hanan dan Zahraul pun menerima pesan dan pengarahan oleh Supari kemudian kami berpamitan dan berangkat pada pukul 10.00 WIB. Kami melakukan perjalanan ke Simego melalaui jalan raya Gumelem-Simego yang beraspal namun rusak dan menanjak serta menurun. Ega pergi dengan mengendarai sepeda motor, sementara yang lain berajalan kaki. Pemilihan perjalanan melalui jalan ini karena berharap ada doplak atau truk yang bisa dibonceng untuk pergi ke Simego. Namun, takdir berkata lain doplak dan truk yang lewat yang ada sudah penuh dengan barang bawaan. Alhasil, kami harus berjalan sejauh 9 km dengan berjalan kaki sesuai rencana awal. Disepanjang perjalanan Zahraul beberapa kali mengeluh karena membawa dua tas barang bawaannya yang cukup berat dengan alasan setelah SWADAYA XIII ingin langsung kembali ke kampung halaman di Batang. Teman-teman yang lain membantu membawakan barang bawaannya secara bergantian. Nadhine yang juga membawa 2 tas bergantian dengan Fath untuk membantu membawa tasnya. Jalur menanjak dan beban berat membuat peserta bebarapa kali beristirahat. Pukul 12.56 WIB, kami tiba masjid di Dusun Igirgede dan melakukan istirahat makan siang serta salat. Pukul 13.45 WIB peserta kembali melanjutkan perjalanan dan mencapai Dusun Simego pada pukul 15.35 WIB. Kami menuju rumah Sukirman, seorang mantan kepala Desa Simego untuk mengurus izin dan tempat menginap. Tetapi, saat itu Sukirman sedang pergi mencari rumput di ladang untuk memberi makan kambing sehingga kami hanya mengobrol dengan Tiwi yakni anak perempuan Sukirman. Kemudian, kami diizinkan untuk tinggal di rumah kosong sebelah barat rumah Sukirman. Pukul 16.00 WIB Ega dan Bobby pergi mengendarai motor untuk menjemput Tami yang akan ikut mendampingi kegiatan sosial kemasyarakatan SWADAYA XIII. Zahraul sendiri pergi mencari informasi serta bertemu dengan Seudin yang menjabat sebagai kepala Desa Simego. Pukul 16.51 WIB Zahraul kembali ke tempat Sukirman untuk mengambil surat jalan yang tertinggal serta mengajak kawan-kawan yang lain untuk pergi bersilaturahmi dan mengurus perizinan. Andre, Hanan, dan Nadhine pun ikut bersama Zahraul untuk pergi ke rumah Seudin. Pukul 17.20 WIB Ega dan Bobby telah kembali ke Simego bersama dengan Tami yang mengendarai sepeda motor. Beberapa menit sebelumnya Sukirman telah kembali dari ladang sehingga Fath dan Kumar segera menemui Sukirman untuk ngobrol dan meminta izin. Pukul 17.30 WIB, Zahraul, Andre, Hanan, dan Nadhine telah kembali ke penginapan dan ikut mengobrol bersama Sukirman serta istrinya. Kami mengobrol sambil memakan ubi ungu goreng yang diberikan Sukirman.
Pada pukul 18.13 WIB kami melaksanakan salat maghrib bergantian dilanjutkan makan malam bersama dengan keluraga Sukirman. Zahraul sendiri datang belakangan akibat mengobrol cukup lama dengan ibu-ibu di masjid. Zahraul kemudian mencuci piring sampai pukul 18.53 WIB dan yang lain masih mengobrol dengan Sukirman. Setelah puas mengobrol di rumah Sukirman kami kembali ke tempat penginapan untuk melakukan evaluasi dan briefing. Evaluasi dimulai pukul 19.51 WIB setelah salat isya dan dilanjutkan dengan briefing pada pukul 22.00 WIB sampai pukul 23.23 WIB. Setelah membahas agenda dan teknis kegiatan sosmas kami kemudian tidur untuk melaksanakan kegiatan esok hari.
26 Juli 2019
Hari itu merupakan hari pertama anggota mula peserta SWADAYA XIII melaksanakan kegiatan sosial kemasyarakatan. Suara sayup-sayup ayam jantan yang berkokok menjadi lagu penyambut hari pertama kami berkegiatan dan Zahraul bertugas menjadi koordinator lapangan yang mana sebelumnya dipimpin oleh Andre untuk bagian kepecintaalaman. Pukul 08.05 WIB para peserta telah sarapan dengan menu nasi dengan tumis sayur dan telur yang dimasak sejak pukul 06.00 WIB. Pukul 08.57 WIB seluruh peserta dan pendamping melakukan persiapan dan mulai berangkat pada pukul 09.03
WIB. Kegiatan kali ini dibagi menjadi 3 tim yang pergi menuju 3 tempat berbeda yakni Tami, Hanan, dan Zahraul yang ditempatkan di Simego; Ega, Kumar, dan Nadhine ditempatkan di Songgodadi; dan Bobby, Andre, dan Fath ditempatkan di Curugmuncar.
Sedangkan tim Simego hari itu wawancara dengan Sukirman selaku pengelola PLTMH yang masih aktif di Desa Simego. Wawancara berlangsung hinga pukul 10.00 WIB lalu berkeliling desa. Pukul 11.48 WIB, tim Simego kemudian beristirahat sambil makan siang. Selanjutnya mereka pergi menuju Curug Banteng. Tim Simego berangkat mulai pukul 12.47 WIB. Pada pukul 15.50 WIB mereka telah kembali ke Desa Simego dan bertamu sekaligus mewawancarai Rohmadi yang merupakan pengelola PLTMH Curug Banteng. Setelah dirasa cukup mereka pun pulang pada pukul 18.30 WIB.
Tim Curugmuncar merupakan tim dengan lokasi tujuan paling jauh. Tim Curugmuncar awalnya bertanya-tanya kepada masyarakat sekitar ke mana jalan menuju Desa Curugmuncar. Kemudian mereka mencoba mencari jalur terobosan ke sebelah timur laut Desa Simego. Walaupun sudah ditelusuri selama satu jam tetap saja tim Curugmuncar tidak menemukan jalur terobosan untuk menuju Desa Curugmuncar. Akhirnya, penanggung jawab tim memutuskan untuk kembali ke basecamp untuk mengambil motor menuju Desa Curugmuncar melalui jalur yang ada. Sebenarnya Desa Curugmuncar tepat berada di bawah sebelah timur Desa Simego dimana kami berada. Namun, medan yang ada berupa jurang-jurang terjal setinggi 400 meter. Sementara rute yang dapat dilalui harus memutar melalui Desa Songgodadi di sebelah utara Desa Simego dengan jalur beton turun berkelok-kelok selebar 1 meter yang sebagian besar rusak.
Andre dan Fath mengambil motor di basecamp untuk pergi ke Curugmuncar. Bobby sendiri menunggu mereka mengambil motor di jembatan yang berada di jalan utama desa. Dengan menggunakan fitur google maps mereka pergi menuju ke Desa Songgodadi. Di perjalanan,mereka sempat kebingungan karena jalur yang dilalui tidak sesuai dengan google maps. Waktu menunjukan pukul 10.52 WIB, ketika tim Curugmuncar mencoba untuk menelpon tim Songgodadi. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang menjawab. Akhirnya, tim Curugmuncar bertemu dengan penduduk setempat yang memberitahukan bahwa jalur yang dilalui memang benar. Tim Curugmuncar pun melanjutkan perjalanan dan tiba di balai desa pukul 11.20 WIB. Disana tim Curugmuncar bertemu dengan tim Songgodadi setelah minum dan beristirahat sebentar tim curugmuncar melanjutkan perjalanan.
Pukul 11.30 WIB mereka sampai di balai Desa Curugmuncar. Disana tim Curugmuncar menemui Supriyanto, kepala Dusun Curugmuncar sekaligus bapak lurah yang kebetulan sedang berada di rumah. Fath, Andre, dan yang lainnya sempat berbincang-bincang sebentar hingga akhirnya suara panggilan salat jumat terdengar. Pukul 12.00 WIB mereka menunaikan salat jumat. Seusai salat jumat tim Curugmuncar bertemu dengan 6 pria alumnus geologi UGM angkatan 2013 yang sedang melakukan proyek pemasangan EWS. Tim Curugmuncar pun diajak ke homestay tempat mereka tinggal. Setelah berbincang-bincang tim Curugmuncar ditunjukkan tempat tinggal bapak Salas Slamet, pengelola PLTMH. Tim Curugmuncar beserta alumnus UGM tersebut berbincang-bincang dengan beliau, disana juga dihidangkan makan siang karena bapak Slamet sendiri juga membuka warung, tempat, fotocopy, dan lain-lain. Pukul 13.00 WIB, mereka makan siang dengan menu nasi pecel serta gorengan yang mana ditraktir oleh alumnus satu almamater. Pukul 13.40 WIB, tim Curugmuncar masih melanjutkan wawancara santai ditemani para alumnus yang juga masih asyik mengobrol. Pukul 14.00 WIB mereka memutuskan untuk pergi untuk melihat-lihat PLTMH yang ada. PLTMH Curugmuncar tersebut berada di sebelah barat balai desa. Mereka mulai dengan melihat generator mikro hidro yang ada lalu menelusuri aliran air ke bendungan terus naik ke atas sampai ke air terjun curug muncar. PLTMH yang ada sudah tidak digunkan walaupun masih dalam keaadaan baik. Hal ini dikarenakan debit air yang ada sangat kurang apalagi dimusim kemarau saat itu. Pukul 15.22 WIB, tim Curugmuncar baru saja selesai membersihkan diri di air terjun Curugmuncar, setelah itu tim Curugmuncar kembali ke rumah Slamet melalui jalur tangga untuk wisata yang lumayan panjang. Dan pukul 16.51 WIB mereka berpamitan untuk kembali ke basecamp. Mereka menghubungi tim Songgodadi untuk berjalan bersama dan menitipkan motor ke rumah Salim bendahara Songgodadi. Mereka berjalan menuju Simego pada pukul 17.00 WIB dan sampai di basecamp pukul 18.25 WIB. Tim Songgodadi dan tim Curugmuncar bertamu ke rumah bapak Sukirman terlebih dahulu sambil beristirahat menunggu makan malam. Pukul 21.10 WIB seluruh peserta berkumpul dan melakukan evaluasi dan briefing hingga larut malam.
27 Juli 2019
Dan tidur pada pukul 01.00 WIB. Udara dingin menyambut pagi Desa Simego. Kumar dan Hanan sudah mulai memasak setelah melaksanakan salat subuh. Pukul 07.45 WIB sarapan pagi dengan menu nasi goreng micin ditambah telor suwir-suwir telah siap. Peserta SWADAYA XIII melahap habis nasi goreng yang dibuat dalam waktu 15 menit. Tim Simego sudah berangkat terlebih dahulu pada pukul 08.18 WIB karena diajak melakukan panen kentang. Sementara tim Curugmuncar dan Songgodadi masih bersiap siap. Pukul 08.45 WIB tim mulai sedang membeli beberapa snack dan minum. Lalu, mereka berangkat dahulu pada pukul 09.00 WIB sementara tim songgodadi baru membeli snack di warung.
Pukul 10.48 WIB tim Simego telah kembali sehabis memanen kentang. Lalu beristirahat dan makan siang. Setelah cukup beristirahat tim Simego kemudian pergi menuju lokasi PLTMH berikutnya. Pukul 13.16 WIB tim Simego mulai berjalan menuju PLTMH di Kali Sumurup dilanjutkan menuju PLTMH di Kali Kidang pada pukul 13.32 WIB. Pada pukul 14.10 WIB, tim Simego menuju PLTMH Kali Gondang seusai melakukan plotting. Setelah dirasa cukup berkeliling dan melakukan plotting, tim Simego pun pulang pada pukul 14.35 WIB. Pada pukul 14.58 WIB mereka menyempatkan diri untuk bertamu di rumah Rutinah. Pukul 16.24 WIB, mereka pun kembali menuju basecamp setelah melaksanakan salat asar.
Sementara itu, tim Curugmuncar sedang melakukan perjalanan ke Desa Songgodadi untuk mengambil motor. Pukul 09.00 WIB Fath, Andre, dan Bobby telah memulai perjalanan. Jalanan menurun menuju Songgodadi dengan mudah dilalui. Pukul 09.55 WIB mereka sampai di Desa Songgodadi. Tim Curugmuncar menuju rumah Pak Salim untuk mengambil motor yang mereka titipkan untuk pergi ke Curugmuncar. Namun sampai disana rumah beliau kosong. Setelah mengetuk dan menunggu selama 10 menit mereka langsung mengambil motor menuju Curugmuncar dengan mengirim pesan ke tim Songgodadi kalau motor mereka sudah diambil. Dalam waktu 5 menit mereka telah sampai di desa Curugmuncar. Tetapi saat itu sedang ada simulasi bencana dari BNPB sehingga menunggu dahulu di masjid, karena cukup lama Andre dan Fath pergi keliling desa. Andre dan Fath bertemu dengan ibu yang sedang mengeringkan kopi. Andre dan Fath melihat dan sedikit bertanya-tanya. Lalu Andre dan Fath melanjutkan mampir ke kedai kopi untuk membeli minum disana mereka sempat mencicipi kopi khas Curugmuncar. Kemudian Bobby yang sebelumnya sempat tidur di masjid menyusul pergi menuju kedai kopi. Sambil berbincang mereka akhirnya kembali ke masjid untuk melaksanakan salat dzuhur. Selanjtunya pada pukul 12.35 WIB, mereka pergi untuk melakukan plotting tempat PLTMH serta titik aliran dan bendungan PLTMH. Setelah selesai melakukan plotting mereka menuju warung bapak Slamet untuk menunggu sekaligus makan siang pada pukul 13.10 WIB. Disana ternyata beliau sudah ada karena simulasi telah usai. Tim Curugmuncar kemudian berbincang-bincang sekaligus menanyakan info-info yang kemarin dirasa kurang. Alumnus UGM juga telah tiba untuk makan siang pada pukul 14.07 WIB. Bobby, Andre, dan Fath kemudian mengambil makan siang dengan menu nasi dan ayam goreng. Setelah makan, tim Curugmuncar melanjutkan mengobrol. Mereka saling tertawa saat saling berinteraksi dengan seorang pria autis. Bobby sendiri memberikan rokok serta salah satu alumnus menyalakannya dengan korek. Setelah puas berbincang-bincang mereka melanjutkan pergi menuju rumah bertuliskan “youtube,go” milik Suntari, sekretaris desa untuk melihat peta PLMTH dan mengobrol. Mereka kemudian balik ke Songgodadi karena Suntari juga ada urusan ke luar kota. Mereka sampai di rumah Salim yang berada di Desa Songgodadi namun rumah masih tetap sama dalam keadaan kosong. Tim Curugmuncar pun menemui tim Songgodadi di rumah Dasim operator PLTMH Songgodadi. Pukul 17.00 WIB tim kembali ke basecamp lebih dahulu sehabis salat asar. Andre dan Fath menitipkan motor mereka ke rumah Salim walau dalam keadaan kosong. Dan berjalan pulang ke Simego melalui jalan setapak yang menghabiskan waktu satu jam. Tim Curugmuncar sempat menemukan suara anjing yang menggonggongi babi di kebun teh. Saaat sampai di Desa Simego, tim Curugmuncar mandi di rumah Sukirman. Evaluasi dilakukan mulai pukul 20.23 WIB hingga pukul 22.00 WIB tanpa tim Songgodadi.
28 Juli 2019
Pukul 05.00 WIB peserta SWADAYA XIII bangun dan salat subuh. Setelah itu, kami memasak untuk makan pagi. Pukul 09.18 WIB peserta SWADAYA XIII selesai sarapan dan cuci piring. Lalu, kami dibagi 3 kelompok untuk melakukan penelitian PLTMH di 3 desa yaitu Desa Simego, Curugmuncar, dan Songgodadi. Zahraul dan Hanan mendapat tugas di Desa Simego. Tim Simego melanjutkan penelitian PLTMH ke Dusun Igirgede. Sebelum ke Igirgede, kami belanja di tukang sayur keliling yang menggunakan pick up di Desa Simego. Setelah itu, tim Simego melakukan perjalanan ke Igirgede dimulai pukul 09.18 WIB. Di perjalanan, Zahraul, Hanan, dan Tami sebagai pendamping SWADAYA XIII ditemani anak-anak Desa Simego. Anak-anak sana sangat peduli dan memiliki rasa kepekaan yang tinggi, tanpa dimintai bantuan pun mereka langsung membantu dengan sukarela. Anak-anak Desa Simego yang menemani antara lain ada Tedi, Dimas, Taufik, Zulvan, Sukma, dan Riswan. Di tengah perjalanan tim Simego banyak diajarkan oleh anak-anak tentang tumbuhan-tumbuhan di Simego. Tim Simego juga sempat mengambil gambar bersama. Banyak tanaman yang dapat dimakan antara lain Palawaja, terong belanda, dan lain-lain. Setelah melakukan perjalan panjang dengan jalan kaki, tibalah tim Simego di Dusun Igirgede pukul 11.00 WIB. Tim Simego mencari rumah Sukap, beliau merupakan salah satu orang di Simego yang masih menggunakan kincir sampai sekarang. Setibanya di rumah Sukap, ternyata yang ada hanya menantunya karena Pak Sukap sedang di ladang. Akhirnya tim simego bersinggah sebentar disana sambil makan dan minum melepas dahaga. Tim simego juga bertanya tanya mengenai kincir dengan menantunya Sukap. Pukul 11.40 WIB tim simego melaksanakan salat dhuhur di masjid Igirgede dan membeli makanan ringan di warung dekat masjid. Pukul 12.21 WIB tim Simego ke ladangnya Pak Sukap. Tim Simego ditemani oleh Dinda, cucu Sukap. Pukul 12.30 WIB tim Simego sampai di ladang. Sukap waktu itu sedang menyirami ladangnya sembari beristirahat. Disana tim Simego melakukan wawancara dengan Sukap mengenai kincir. Wawancara selesai pukul 12.50 WIB dan tim Simego langsung menuju lokasi kincirnya Sukap yaitu di Kali Banteng. Ditengah perjalanan pada pukul 14.25 WIB kami menemukan tanaman kantong semar. Disana anak-anak meminum air yang ada di dalam kantong semar sampai pukul 14.37 WIB dan melanjutkan perjalanan ke Kali Banteng. Disana tim Simego melakukan plotting dan survei kincir. Setelah melihat kincir di Kali Banteng, tim Simego pulang ke Simego dan sampai pada pukul 15.30 WIB. Zahraul langsung mandi untuk berangkat ke TPQ karena dimintai anak-anak untuk mengajar. Zahraul mengajak teman-teman untuk ikut mengajar. Peserta SWADAYA XIII yang ikut mengajar di TPQ ada Zahraul, Hanan, Andre, Fath, Nadhin, dan Tami. Setelah kelas selesai, tim Simego bertemu dengan Bapak Nazi selaku guru yang mengajar anak-anak di TPQ itu. Nazi adalah pemilik rumah yang digunakan untuk TPQ tersebut. Tim Simego berbincang-bincang dengan Bapak Nazi dan keluarganya. Akhirnya maghrib pun tiba kami pulang dan melaksanakan salat maghrib. Mulai pukul 18.36 WIB kami memasak dan makan malam bersama. Pukul 20.57 WIB dilakukan evaluasi kegiatan dan dilanjutkan briefing untuk kegiatan besoknya. Kegiatan tersebut berakhir pada pukul 23.10 WIB.
29 Juli 2019
Pukul 05.00 WIB seperti biasa peserta memulai hari dengan salat subuh. Sejak pukul 05.30 WIB kami yang mendapat jadwal memasak telah mulai melaksanakan tugasnya. Andre dan Kumar pergi ke warung untuk membeli bakwan sebagai lauk sarapan pagi. Pukul 08.27 WIB, sarapan pagi dengan menu tumis kobis wortel serta bakwan telah siap disantap. Pukul 08.55 WIB sarapan pagi telah habis dilahap. Zahraul memerintahkan teman-teman yang lain segera bersiap-siap untuk melaksanakan kegiatan untuk pendekatan kepada masyarakat. Sebelum pergi Nadhine dan Hanan sedang berbelanja sayur dan bahan makanan. Setelah selesai berbelanja pendamping dan peserta dibagi menjadi 3 tim yaitu Fath, Ega, Tami, Zahraul, dan Nadhine pergi ke SMP SATAP; Hanan dan Andre ke ladang; Kumar dan Bobby ke SD SATAP. Saat waktu memasuki makan siang semua orang berkumpul di basecamp untuk memasak dan makan siang.
Setelah makan siang kegiataan bebas sampai waktu solat asar. Setelah solat asar, Zahraul mengajak teman-teman untuk ikut mengajar. Peserta SWADAYA XIII yang ikut mengajar di TPQ ada Zahraul, Hanan, Andre, Fath, Nadhin, dan Tami. Setelah kelas selesai, mereka bertemu dengan Bapak Nazi selaku guru yang mengajar anak-anak di TPQ itu. Nazi adalah pemilik rumah yang digunakan untuk TPQ tersebut. Kami berbincang-bincang dengan Pak Nazi dan keluarganya. Akhirnya maghrib pun tiba kami pulang dan melaksanakan salat maghrib. Mulai pukul 18.36 WIB kami memasak dan makan malam bersama. Pukul 20.57 WIB dilakukan evaluasi kegiatan dan dilanjutkan briefing untuk kegiatan besoknya. Kegiatan tersebut berakhir pada pukul 23.10 WIB.
30 Juli 2019
Pagi ini merupakan hari terakhir peserta SWADAYA XIII tinggal di desa Simego. Pukul 08.00 WIB, para peserta telah menghabiskan sarapannya. Hanan dan Booby mencuci piring yang lain mengemasi barang-barang untuk persiapan moving ke Desa Songgodadi. Pada pukul 08.22 WIB mereka sejenak bercengkerama kemudian berpamitan dengan Sukirman. Tidak lupa mereka mengabadikan momen tersebut dengan berfoto bersama. Sebelum moving Zahraul pergi pada pukul 09.18 WIB untuk mengambil peta desa dari Sukintar sebagai data pelengkap. Pukul 10.04 WIB Zahraul telah kembali tanpa membawa apapun karena peta yang ada tidak tau diletakkan dimana namun Sukintar akan memberikan softfile kepada Zahraul nantinya.
Pukul 10.30 WIB Zahraul memberikan briefing selama 3 menit. Lalu langsung dilanjutkan perjalanan menuju desa Songgodadi. Pukul 12.10 WIB semua peserta telah tiba di rumah Salim. Setelah izin mereka melaksanakan salat zuhur lalu beristirahat kecuali Andre, Zahraul, dan Tami yang mendapat jatah memasak makan siang. Menu makan siang kali ini yakni nasi goreng ditambah mie dan telur milik Andre dan Fath. Pukul 14.14 WIB makan siang telah siap. Para peserta lain bersiap untuk makan setelah beberapa peserta telah bangun dari tidur siangnya. Usai makan siang Andre dan Zahraul mencuci piring sedangkan yang lainnya beristirahat. Pukul 15.22 WIB, membangunkan teman-temannya untuk mengajak berpamitan kepada Slamet dan Dasim di Desa Songgodadi serta Salas Slamet di Desa Curugmuncar. Untuk mengefektifkan waktu Zahraul membagi tim menjadi dua. Sedikit terjadi perdebatan pembagian tim namun akhirnya Zahraul, Nadhine, Andre, Ega, dan Tami mendapat bagian ke Songgodadi dan sisanya ke Curugmuncar. Tim bagian Curugmuncar mengunjungi rumah Salas Slamet setelah 45 menit berjalan kaki.
Sementara itu tim Simego berkunjnung dan berpamitan ke rumah Dasim pada pukul 15.22 WIB dan dilanjutkan ke rumah Slamet hingga pukul 20.13 WIB. Tim kedua yang telah kembali sebelumnya memasak terlebih dahulu. Tim pertama kecuali Zahraul dan Andre tidak ikut makan malam karena telah mendapat hidangan makan malam di rumah Slamet sebelumnya. Pukul 21.25 WIB peserta SWADAYA XIII melaksanakan evaluasi dan briefing hingga pukul 22.01 WIB.
31 Juli 2019
Pukul 05.00 WIB beberapa peserta SWADAYA XIII telah bangun dan melaksanakan salat subuh. Pada pagi hari yang tidak sedingin desa sebelumya beberapa peserta masih menikmati tidurnya. Pukul 07.35 WIB makan pagi telah siap. Dalam 15 menit menu sarapan itu telah habis disantap. Selanjutnya, kami bersiap-siap untuk melaksanakan perjalanan pulang. Toha sang sopir doplak yang sebelumnya juga mengantar peserta telah tiba di depan rumah Salim. Andre yang baru selesai mandi mengajak ngobrol Toha. Sementara peserta lain menyiapkan barang bawaan serta menaruhnya ke atas doplak. Pukul 09.00 WIB tim berangkat untuk menuju ke Pekalongan. Andre duduk di depan bersama Toha dan teman-teman yang lain berada di belakang bersama barang-barang bawaan sedangkan para pendamping mengendarai sepeda motor. Semilir angin dan jalan berkelok menjadi sajian selama perjalanan meninggalkan Petungkriyono. Ditengah perjalanan Hanan dan Fath meminta bertukar tempat duduk di depan karena mual akibat perjalanan. Pukul 10.40 WIB. Tim berpisah dengan Tami karena Tami akan melanjutkan perjalanan pulang menuju tempat tinggalnya. Pukul 11.35 WIB, peserta yang tersisa telah tiba di sekretariat GEMALAWA yakni mapala dari Institut Agama Islam Negeri Pekalongan.
Di sekretariat GEMALAWA mereka disambut dengan ramah. Pada pukul 17.00 WIB peserta SWADAYA XIII diajak untuk ikut berkunjung ke salah satu anggota GEMALAWA. Kami pergi mengendarai sepeda motor dengan berboncengan. Disana mereka berbincang-bincang dan sharing pengetahuan. Malam itu topik yang dibahas yakni bertemakan konservasi alam. Ega sempat berbagi pemahaman tentang nuklir terkait konservasi. Diskusi berlangsung lancar dengan beberapa candaan yang sering kali muncul. Diskusi diakhiri dengan makan malam bersama. Pukul 21.00 WIB kami pulang, peserta SWADAYA XIII dan beberapa anggota GEMALAWA sempat berkunjung ke monumen Perjuangan Pekalongan. Pukul 22.23 WIB kami kembali ke sekretariat GEMALAWA setelah berfoto bersama.
1 Agustus 2019
Udara yang hangat membuat peserta SWADAYA XIII tidur lelap setelah 10 hari merasakan tidur dengan kondisi udara dingin Petungkriyono. Setelah melaksanakan ibadah salat subuh beberapa peserta kembali tidur. Sebagian yang lain sedang bercengkerama di lincak sekretariat GEMALAWA.
Hari ini Zahraul ingin mengajak teman-teman SWADAYA XIII dan GEMALAWA untuk menikmati sunrise di pantai dekat sana. Namun, Zahraul sendiri saat itu masih tertidur dengan nyenyak sehingga agenda tersebut dibatalkan dan sebagian besar peserta SWADAYA XIII memutuskan untuk kembali tidur. Matahari mulai meninggi peserta SWADAYA XIII dan beberapa anggota GEMALAWA mengisi waktu luang dengan bermain catur sehabis sarapan pagi.
Pukul 10.00 WIB, paman Zahraul telah tiba untuk menjemputnya. Zahraul pun berpamitan untuk pulang ke kampung halaman. Pukul 11.30 WIB anggota GEMALAWA memasak makan siang. Dan beberapa peserta SWADAYA XIII mandi dan bersiap-siap untuk pulang. Pukul 12.30 WIB makan siang telah siap. Para peserta SWADAYA XIII dan anggota GEMALAWA yang ada bersama-sama menikmati makan siang. Selepas makan siang, mereka menyempatkan untuk berfoto bersama. Peserta SWADAYA XIII kemudian menuju Stasiun Pekalongan dengan diantar teman-teman GEMALAWA mengendarai sepeda motor. Sesampainya di stasiun, Andre, Fath, Hanan, Kumar, dan Nadhine berpamitan lalu bergegas memasuki gerbong kereta. Sedangkan, Ega dan Bobby memutuskan tinggal beberapa hari lagi di Pekalongan.
Pukul 13.15 WIB kereta berangkat. Andre dan Hanan duduk berdampingan. Fath dan Nadhine duduk di depan mereka. Sedangkan Kumar duduk di kursi sebelah kanan Hanan. Pukul 18.36 WIB, kereta telah tiba di stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Mereka pun bergegas turun dari gerbong sambil memanggul carier dipunggung. Mereka sempat membeli roti untuk sementara mengganjal perut. Kemudian, Fath memesan grabcar. Tidak lama kemudian grab pesanan telah tiba. Fath duduk di depan sedangkan yang lain di kursi tengah. Akhirnya mereka tiba di sekretariat SATU BUMI tercinta pada pukul 19.15 WIB.