Catatan Perjalanan Swadaya X “ Pendakian Gunung Sangiang Api dan Pendidikan Masyarakat Dusun Sumber Candik Jember”

Senin, 18 Juli 2016

Hari ini, senin, 18 Juli 2016, sebuah cerita tentang perjalanan pengambilan nomor anggota SATU BUMI 2015 dimulai. Perjalanan kali ini dilaksanakan oleh 5 orang, yang merupakan 3 orang peserta yaitu Ega, Monang dan Ayu dan 2 orang pendamping, yaitu Yudha (Tengdu) sebagai pendamping lapangan dan Harits (Koret) sebagai pendamping kegiatan sosial masyarakat.

Malam ini kami melaksanakan upacara pelepasan pada pukul 20.00, di dalam upacara kami melaukan briefing, pada esok hari hanya 3 orang dari kami yang akan berangkat, yaitu Ega, Monang dan Harits, sedangkan Ayu akan menyusul setelah melaksanakan kegiatan remedial, sedangkan dan Yudha akan menyusul ketika kami akan melaksanakan kegiatan kemapalaan di Bali. selanjutnya masing” dari kami mempersiapkan diri dengan beristirahat untuk keberangkatan esok paginya.

Selasa, 19 Juli 2016

Sedari pukul 05.30 masing-masing dari kami sudah mempersiapkan dirinya, untuk melakukan perjalanan SWADAYA X, jadwal kereta kami adalah pukul 07.15, sehingga kami harus sudah berada di stasiun sejak pagi.

Rangkaian kereta berangkat tepat waktu, kami pun berangkat dengan diantar oleh beberapa tema,n yang sudah mengantar dari sekretariat, perjalanan yang kami tempuh dengan kereta pada hari ini memakan waktu selama 11 jam, perjalanan yang cukup lama untuk dinikmati dengan cara tidur dan ngobrol seadanya dengan orang disekitar.

Sampailah kami di stasiun Jember, kami yang sedari awal sudah menghubungi mapala SWAPENKA yang ada di Jemberpun menunggu mereka untuk menjemput kami yang baru saja sampai. Pukul 19.30 kami di jemput oleh 2 motor di Stasiun Jember, selanjutnya kami diajak untuk makan malam dengan menu nasi goreng di dekat stasiun, setelah selesai makan, kami melanjutkan perjalanan ke sekretariat SWAPENKA lalu berkenelan dengan semua anggota SWAPENKA yang sedang berada di sekretariat, juga bertemu dengan Kernet yang merupakan salah satu relawan sokola rimba tempat kami akan mengajar nantinya.

Setelah berdiskusi dengan Kernet, kami setuju untuk menunggu Tuti untuk menemani kami mengajar di Sumbercandik nanti, Tuti sendiri dijadwalkan akan tiba hari jumat mendatang sehingga kami putuskan untuk mulai mengajar ketika Tuti sudah tiba.

Rabu, 20 Juli 2016

Pagi hari menjelang, kami bangun dan tidak melakukan apapun, hanya berdiam diri serta melakukan aktivitas seadanya, karena bingung apa yang harus dilakukan, sampai akhirnya kami diajak oleh salah satu anggota SWAPENKA yang bernama Jangkar untuk makan pagi di kantin FIB-UJ, menu kali ini adalah rawon.

Selama menunggu di jember kami dibawa oleh teman-teman SWAPENKA untuk berkeliling berkunjung menuju mapala-mapala sekitar Jember dengan tujuan berkenalan serta mempererat tali silaturahmi antar mapala, pada hari ini kami berangkat menuju mapalus (mapala fisipol UJ), namun keadaan sekretariat mapalus saat itu sedang tidak ada orang, sehingga kami langsung melanjutkan perjalanan menuju sekretariat mahapala (mapala D3 ekonomi UJ), lalu berkenalan dan berbincang dengan beberapa anggotanya, kemudian kami melanjutkan tour de mapala kami menuju himapala Bekisar (mapala politeknik negri Jember), selanjutnya kami kembali ke sekretariat SWAPENKA untuk beristirahat sebentar lalu berangkat menuju rumah mas Bro yang merupakan salah satu senior SWAPENKA. Di rumah mas Bro kami melakukan beberapa aktivitas yang cukup menyenangkan mulai dari makan bersama sampai mendengarkan cerita yang cukup menarik dari mas Bro yang menurut kami seorang sejarahwan yang professional sambil minum kopi, kami mendapat cukup banyak cerita tentang sejarah-sejarah kalisat yang merupakan daerah cukup bersejarah di jember semasa jaman kolonial belanda.

Hari mulai malam, mas Bro mengajak kami untuk tetap tinggal di rumahnya dan beristirahat disana, namun karena keadaan yang tidak memungkinkan karena satu dan lain hal, kami pun beranjak pulang pukul 22.00, sesampainya di SWAPENKA kami pun langsung beristirahat.

Kamis, 21 Juli 2016

Pagi ini kami masih melakukan kegiatan yang sama dengan pagi kemarin, hanyabangun lalu tidak melakukan kegiatan apa-apa sampai akhirnya sarapan, lalu berkeliling berkunjung ke mapala sekitaran Jember. Pada hari ini kami berangkat menuju mahapena (mapala S1 ekonomi UJ), sambil berkunjung, disini kami melakukan kegiatan bouldering, karena kebetulan dari beberapa mapala yang ada di Jember, mapala inilah satu-satunya yang punya boulder di sekretariatnya, selanjutnya kami kembali ke SWAPENKA untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju sekretariat gemapita (mapala FKIP UJ), lalu menuju mahadipa (mapala FT UJ), selanjutnya kami diajak teman-teman SWAPENKA untuk nongkrong minum kopi di kedai kopi tipis-tipis.

Jumat, 22 Juli 2016

Hari ini adalah waktunya kami untuk beranjak menuju tempat kami mengajar, Dusun Sumbercandik, setelah selesai sarapan dan bersiap-siap, kami pun berangkat menuju lokasi dengan cara diantarkan oleh teman-teman SWAPENKA menggunakan sepeda motor. Kami tidak jadi dibimbing oleh Tuti dikarenakan beliau tidak mendapat tiket pada waktu yang tepat, sehingga kami ditemani oleh Arga yang merupakan salah satu guru freelance di sokola ini. Kernet sudah terlebih dahulu berangkat ke Sumbercandik untuk mengkondisikan keadan disana.

Setibanya disana, kami langsung bertemu dengan Bapak dan Ibu Inn, yang merupakan penjaga tempat tinggal sekaligus salah seorang yang mengurus kami selama kami tinggal di Sumbercandik, sedangkan tempat tinggal kami adalah kepemilikan dari Bapak Farid yang sedang berada di Jember saat itu. Setelah bertemu dengan Kernet dan beristirahat sejenak juga makan siang, teman-teman dari SWAPENKA pun beranjak turun untuk kembali menuju sekretariatnya.

Bersama Arga kami pun berangkat menuju rumah-rumah warga untuk melakukan halal bi halal serta berkenalan dengan warga, karena kebetulan sokola sudah libur cukup lama, dan belum bertemu dengan para murid lagi sebelumnya. Kami menuju rumah Bapak Farhan, nama bapak-bapak ataupun ibu-ibu disini dipanggil berdasarkan nama anaknya, sehingga nama anak dari Bapak Farhan ini adalah Farhan begitu juga dengan Pak dan Bu Inn. Selama perjalanan menuju rumah Bapak Farhan setiap bertemu dengan warga kami selalu akan bersalaman sambil memperkenalkan diri, sesampainya dirumah Bapak Farhan, kami gagal bertemu dengan beliau dikarenakan beliau sedang tidak ada di rumah saat itu, sehingga kita hanya bertemu Ibu Farhan saja. Selanjutnya kami kembali ke rumah Pak Farid untuk beristirahat. Malam ini kami tidur diluar karena kunci kamar kami dibawa oleh sang pemilik rumah yang kala itu sedang berada di Jember.

Sabtu, 23 Juli 2016

Pukul 8 pagi masing-masing dari kami sudah bangun, lalu diapanggil untuk sarapan oleh Bu Inn, setelah selesai sarapan kami pun kembali beristirahat, karena jadwal mengajar kami adalah sore untuk kelas anak-anak dan malam untuk kelas dewasa. Siang hari Ayu yang menyusul dari Jogja setelah melaksanakan remedial pun sampai di Sumbercandik bersama Licin yang mengantarnya dengan sepeda motor, setelah beristirahat sejenak, Licin pun kembali pulang.

Setelah bersiap-siap sore ini kami berangkat menuju lokasi mengajar kami, yaitu mushola di dekat rumah Bapak Farhan, karena sebelumnya gagal bertemu dengan Pak Farhan, kami pun menyempatkan diri mampir di rumah beliau kembali, namun sayang, setibanya kami di rumah Pak Farhan kami mendapat informasi bahwa, tidak memungkinkan untuk mengajar atau mengadakan kelas, dikarenakan adanya acara pernikahan, sehingga kegiatan mengajar kami kembali diundur sampai acara pernikahan ini selesai.

Minggu, 24 Juli 2016

Setelah bangun kami terkejut karena ada murid pertama kami yaitu Faldi dan Farhan yang datang ke tempat kami beristirahat, mereka datang untuk belajar, kami langsung mulai kegiatan belajar mengajar, pelajaran yang di pelajari adalah baca, tuli dan hitung, pembelajaran dimulai dengan mencari tahu sudah sejauh apa mereka menguasai 3 subjek tersebut, kemudian mulai mengajarinya ke tahap selanjutnya. Setelah cukup lelah belajar, kami pun sarapan bersama dengan menu masakan Bu Inn, yang sangat lezat. Selanjutnya Faldi dan Farhan mengajak kami untuk pergi ke air terjun karena menurut beberapa orang disini air terjun merupakan tempat yang cukup menarik disini. Sesampainya di air terjun Faldi dan Farhan langsung melepas pakaian mereka dan langsung mandi disana juga mengajak kami untuk mandi bersama mereka, namun kami yang tidak membawa baju ganti pun menolak karena akan susah nantinya jika harus pulang dengan baju basah. Setelah puas bermain-main air kami pun pulang menuju rumah Pak Farid, Faldi dan Farhan langsung pulang, dan kami mulai Evaluasi kemudian beristirahat.

Senin, 25 Juli 2016

Hari ini kami mulai rutinitas kami disini, yaitu bangun lalu sarapan dengan masakan Bapak ataupun Ibu Inn, pagi ini Farhan datang kembali tempat tinggal kami, kali ini ia hanya sendiri, karena Faldi sedang sekolah dan akan menyusul setelah pulang sekolah, kami pun mulai belajar dengan Farhan, begitu juga Faldi setelah ia tiba di tempat kami, setelah belajar lalu kami makan siang bersama lalu beristirahat, sambil menunggu rombongan Jakarta tiba.

Pukul 3 sore, rombongan jakarta sampai di lokasi, rombongan jakarta sendiri berisikan Butet Manurung yang merupakan co-founder dari Sokola sendiri, selain kak  Butet begitu ia sering disapa, juga ada beberapa orang lainnya yang datang menyusul kali ini, seperti Ibu, anak dan suami dari Kak Butet, Indit yang juga merupakan salah satu pendiri sokola, selain itu ada juga Picho dan Menosur yang merupakan murid sokola rimba yang berada di jambi, juga ada senior kami Kang Fawaz. Setelah bersalaman dan saling berkenalan hingga malam, kami makan malam bersama dan selanjutnya beristirahat.

Selasa, 26 Juli 2016

Rutinitas dimulai kembali, bangun lalu sarapan dengan makanan yang sampai saat laporan ini ditulis masih terasa nikmatnya, selanjutnya rombongan jakarta yang baru sampai kemaren berangkat ke air terjun yang sebelumnya telah kami datangi, beberapa dari kami memutuskan untuk tetap di rumah Pak Farid.

Setelah kembali dari air terjun, kami bersiap-siap untuk datang ke hajatan atau acara pernikahan warga, lalu mengikuti acara sampai larut malam, yang kami lakukan di acara ini adalah makan dan bersalaman dengan warga, kami disuguhin banyak sekali jenis makanan sampai kami merasa sangat kenyang. Lalu kembali untuk beristirahat.

Rabu, 27 Juli 2016

Hari ini, kami kedatangan bukan hanya Faldi dan Farhan, namun bertambah beberapa anak perempuan yang bernama Babun, Ika, Heni dan Ike, kegiatan belajar pun dimulai, namun anak-anak perempuan ini sangat malu-malu ketika harus diajar oleh kami, akhirnya mereka diajar oleh mba tuti dan juga ayu yang notabennya sesama wanita. Ditengah-tengah pelajaran tercium wangi dari sarapan kami yang sudah siap, bersama-sama para murid kamipun menyantap makanan pagi kami. Lalu melanjutkan pelajaran sampai masing-masing dari para murid lelah.

Pada siang hari kami mulai mewawancarai Kak Butet, karena memang sejak awal sudah berencana untuk mewawancarai beliau, namun sayang maksud kami ingin mewawancarai seadanya ditolak oleh Kak Butet karena pertanyaan yang sangat biasa, dan ia meminta untuk kami memperbaiki pertanyaan kami, setelah beberapa waktu diskusi bersama pendamping kami, akhirnya didapatlah beberapa pertanyaan yang menurut kami sedikit berkualitas, akhirnya wawancara dimulai dan Kak Butet dengan senang hati menjawab beberapa pertanyaan tersebut.

Selanjutnya kami turun ke bawah untuk berkunjung kembali ke rumah Pak Farhan untuk menanyakan kapankah kegiatan belajar akan dilaksanakan secara rutin, sekaligus memperlihatkan lingkungan sokola yang ada pada “rombongan jakarta” yang baru saja datang beberapa hari yang lalu. Setelah selesai berkunjung ke rumah Pak Farhan, beberapa orang langsung kembali ke rumah Pak Farid, dan beberapa lainnya yatu Ega, Monang, Koret dan Fawaz melanjutkan kunjungan ke rumah Pak Ricky. Lalu selanjutnya pulang dan beristirahat.

Kamis, 28 Juli 2016

Pagi buta Kak Butet beserta anak, suami, Ibunya serta Kang Fawaz berangkat turun dari Sumbercandik menuju Jember untuk selanjutnya kambali ke Jakarta. Hari ini Ega, Monang dan Koret berjalanan menuju Sukma Elang yang kemarin malam diceritakan oleh Pak Ricky keberadaannya, namun setelah cukup lama perjalanan kami tidak juga dibuahkan pemandangan yang dijanjikan oleh Pak Ricky pada ceritanya, kami malah menemui sebuah desa yang berpenghuni sedikit orang dengan pemandangan yang biasa saja, sebelumnya kami diceritakan bahwa di sukma elang ini terdapat sebuah sumber air yang jatuh lalu hilang sebelum sampai atau menyentuh apapun dibawahnya, namun kenyataan yang ada, sumber air tersebut sudah di paralon sehingga tidak terlihat seperti apa yang diceritakan sebelumnya.

Setelah kecewa kami pun pulang lalu langsung mengajar anak-anak yang ternyata sudah menunggu kami di rumah Pak Farid, setelah beres-beres kami langsung mulai mengajar, kemudian melanjutkan mengajar di mushola di sore hari, kemudian kami pulang untuk makan malam, dan kembali turun untuk mengajar kelas dewasa di malam hari, lalu pulang kembali untuk beristirahat.

Jumat, 29 Juli 2016

Bangun pagi, kemudian bersama mas Kernet kami menuju ladang Pak Farhan untuk melihat kegiatan membajak sawah yang dilakukan masyarakat sumbercandik, sesampainya di ladang Pak Farhan kami memperhatikan apa saja kegiatan mereka selama berada di ladang, setelah cukup lama mengamati kami malah di ajak untuk sarapan bersama mereka, setelah kenyang kami diinstruksikan Pak Farhan untuk berkunjung di sungai dekat ladang Pak Farhan yang cukup bagus.

Selanjutnya kami kembali ke rumah Pak Farid, di lokasi sudah ada Faldi yang siap untuk belajar, kemudian datang lagi David dan Een yang juga ingin belajar, kami belajar bersama sampai akhirnya mereka lelah, dan pulang, di sore hari kami berangkat menuju mushola untuk mengajar kelas anak-anak, lalu kembali ke rumah Pak Farid untuk beristirahat sejenak.

Malam harinya kami tidak mengajar kelas dewasa dikarenakan ada kegiatan Maca yang dilaksanakan di desa tempat kami mengajar, Maca sendiri adalah kegiatan adat yang dilakukan bersama dengan kegiatan adat Pandawa yang mana dilakukan ketika setiap anak (minimal 2) dari suatu keluarga, sudah menikah semua, maka setelah anak terakhir dinikahkan akan dilakukan kegiatan Maca dan Pandawa ini. Maca dalam bahasa madura memiliki makna membaca, jadi dalam semalaman penuh akan dilakukan pembacaan kisah-kisah tentang pandawa oleh beberapa pembaca dalam bahasa jawa yang akan di terjemahkan ke bahasa madura oleh pembaca lainnya, sampai pagi hari, kegiatan Pandwa dilaksanakan tiap-tiap anak tadi akan dimandikan dengan  cara disiram dengan air kembang 7 rupa dari 7 sumber air berbeda oleh beberapa orang secara bergantian. Karena memang acaranya sampai pagi, kami memutuskan untuk tidur di rumah warga yang mengadakan acara tersebut.

Sabtu, 30 Juli 2016

Bangun dan menyaksikan acara Pandawa secara live, selanjutnya kami kembali ke rumah Pak Farid, untuk beristirahat, agak siang Mba Indit, Pico dan Menosur bertolak kembali ke Jakarta.

Tepat tengah hari Faldi, David dan Een datang untuk belajar, kami belajar sampai sore, beberapa saat setelah anak-anak pulang ke rumahnya, ada beberapa teman-teman dari Jember yang datang untuk memberikan sumbangan buku, setelah berbincang mereka pun setuju untuk mengantarkan buku di keesokan harinya. Selanjutnya kami turun ke mushola untuk mengajar kelas anak-anak lalu kembali ke rumah Pak Farid untuk beristirahat lalu turun kembali untuk mengajar kelas dewasa, dan kembali ke rumah Pak Farid untuk beristirahat.

Minggu, 31 Juli 2016

Hari ini kami dibangunkan oleh anak-anak yang sangat bersemangat untuk belajar di tempat kami beristirahat, setelah bersiap-siap, kami pun mulai belajar hingga siang hari. Lalu anak-anak yang sudah puas belajar pun kembali ke rumahnya, beberapa hari yang lalu team sokola diminta oleh salah seorang warga RT 04 (tempat kami mengajar sebelumnya adalah RT 05) untuk mengajar di tempatnya, pada hari ini kami memutuskan untuk melihat apakah hal itu memungkinkan. Setelah mensurvey tempat dan berbicara dengan beberapa warga RT 04, team sokola setuju untuk mengajar di tempat itu juga, kegiatan belajar akan dimulai besok hari, selanjutnya kami kembali ke rumah Pak Farid untuk beristirahat.

Di sore hari ada sesuatu yang terjadi, alergi Ayu terhadap dingin dan debu yang dialaminya kambuh, dan membuat semua orang menjadi cemas termasuk para warga yang sempat dimintai tolong untuk mencarikan kendaraan agar Ayu bisa di pindah lokasikan ke rumah sakit terdekat, namun bukannya malah menolong mencari kendaraan mereka malah mencoba menangani keadaan ini, dan mengatakan bahwa Ayu hanya terkena sabeun atau dalam bahasa indonesia dapat diartikan kesurupan. Beruntung Ayu yang walaupun sempat hampir beberapa kali gagal bernafas dapat diselamatkan dan akhirnya kondisinya membaik setelah mengalami kendala selama kurang lebih 3 jam. Akhirnya semua merasa lega dan bersyukur karena tidak terjadi hal yang fatal pada hari ini. Setelah tenang kami semua beristirahat.

Senin, 1 Agustus 2016

Hari ini, setelah bangun dan bersiap-siap Ega dan Ayu pulang ke Jogjakarta untuk melaksanakan kegiatan akademis berupa pengisian KRS, sekitar pukul 7 mereka berangkat menuju jember untuk selanjutnya naik kereta menuju Jogja. Setelah Ega dan Ayu berangkat, Monang beserta Mba Tuti dan Mba Rotan berjalanan menuju SD Panduman untuk melihat bagaimana kegiatan anak-anak disana. Lalu selanjutnya kembali ke rumah Pak Farid untuk selanjutnya mengajar di RT 04 pada siang hari, turun ke mushola untuk mengajar kelas anak-anak di sore hari dan kelas dewasa di malam hari lalu kemudian beristirahat.

Selasa, 2 Agustus 2016

Pagi datang, rutinitas dijalani Monang dan Koret, yaitu sarapan lalu kemudian mengajar di RT 04 di siang hari, lalu turun ke mushola untuk mengajar kelas anak-anak kembali ke rumah Pak Farid untuk istirahat sejenak kemudian turun lagi untuk mengajar kelas dewasa.

Rabu, 3 Agustus 2016

Pada hari ini Ega dan Ayu sudah mulai perjalanan kembali ke Jember untuk kembali mengajar di Sumbercandik, sejak pukul 7 Ega dan Ayu sudah berada di dalam kereta dengan tujuan Jember.

Sedangkan di rumah Pak Farid Koret dan Monang masih melakuan rutinitas yang sama, mengajar di RT 04 di siang hari, mengajar kelas anak-anak di sore hari dan kelas dewasa di malam hari.

Malam hari Ega dan Ayu sudah tiba di Jember namun memutuskan untuk menginap terlebih dahulu di sekretariat SWAPENKA, sekaligus memberikan oleh-oleh yang sudah dibeli sebelumnya di Jogja.

Kamis, 4 Agustus 2016

Pagi menjelang siang Ega dan Ayu sampai di rumah Pak Farid, lalu bertemu dengan team swadaya dan sokola yang ada di tempat.

Di siang hari kami langsung mengajar di RT 04 lalu kembali ke rumah Pak Farid, kami tidak dapat berangkat menuju mushola untuk mengajar dikarenakan hujan dan angin kencang yang melanda desa sehingga menyebabkan kondisi jalan yang masih terdiri atas tanah liat menjadi sangat sulit untuk dilewati juga berbahaya, di malam hari team swadaya melakukan evaluasi. Setelah itu beristirahat.

Jumat, 5 Agustus 2016

Cuaca pagi ini masih sama seperti tadi malam, sangat berangin dengan intensitas hujan yang cukup tinggi, celaka, kompor Pak Inn mengalami kendala, Cak Dai dan Koret mencoba untuk memperbaikinya, namun diketahui bahwa regulator dari kompornyalah yang rusak, sehingga diputuskan untuk membeli regulator di Jember,Mba Tuti dan Koret yang akan turun membeli regulator tersebut.

Di siang hari setelah sholat jumat, Faldi datang untung belajar, tak lama sesudahnya Koret dan Mba Tuti kembali, setelah selesai belajar dengan Faldi, kami bersiap-siap untuk mengajar di RT 04, namun sayang kami tidak dapat mengajar dikarenakan cuaca hujan yang tidak kunjung reda, sampai magrib datang hujan juga tetap menerpa desa kami pun melewati kelas anak-anak pada sore hari, sampai akhirnya kami memutuskan untuk menerobos cuaca dan nekat mengajar di kelas malam, perjalanan menjadi sangat berat karena tanah menjadi sangat licin juga menahan. Kami berhasil sampai di mushola tempat mengajar, kami mengajar sampai malam lalu kembali ke rumah Pak Farid untuk beristirahat.

Sabtu, 6 Agustus 2016

Bangun dan sarapan, hari ini kami kedatangan teman-teman dari Universitas Muhammadiyah Jember yang berkunjung di rumha Pak Farid, mereka hanya datang dan bertanya-tanya tentang satu dan lain hal, lalu pulang.

Selanjutnya kami melanjutkan kegiatan kami, mengajar di RT 04 lalu berpamitan dengan warga dan murid yang ada di RT 04 juga berfoto-foto sekaligus bermain bola bersama anak-anak. Selanjutnya kembali ke rumah Pak Farid untuk beristirahat dan berangkat untuk mengajar kelas malam.

Minggu, 7 Agustus 2016

Hari ini adalah jadwal kami untuk turun ke jember karena harus pergi ke Banyuwangi untuk selanjutnya beranjak menuju Bima melanjutkan kegiatan swadaya kami. Kami pun bangun dan langsung packing serta bersiap-siap untuk berpamitan dengan warga RT 05, kami berfoto juga memberikan oleh-oleh simbolis kepada Pak Farhan berupa baju swadaya X.

Siang hari pick up yang kami pesan untuk menjemput sudah datang, kami pun berangkat turun menuju Jember, kami berjalan menuju rumah Mas Kernet karena jadwal kereta kami adalah besok hari pukul 4 pagi.

Selama di rumah Mas Kernet kami melakukan persiapan logistik untuk kegiatan lapangan kami nantinya dengan cara belanja logistik juga packing serta membagi beban. Lalu kemudian beristirahat.

Senin, 8 Agustus 2016

Pukul 3 pagi kami sudah bangun dan mempersiapkan diri lalu berangkat satu persatu menuju stasiun Jember, sehingga kami harus menggunakan sepeda motor yang berjumlah 2 secara bergantian, agar semuanya bisa sampai stasiun tepat waktu, kami di antar oleh Mba Tuti dan Mas Kernet, akhirnya berpamitan dan langsung naik ke rangkaian kereta tujuan Banyuwangi itu.

Setelah 3 jam perjalanan kami sampai di Stasiun Banyuwangi Baru, dan langsung berjalan menuju pelabuhan dengan cara berjalanan kaki, karena jarak dari stasiun dan pelabuhan yang tidak begitu jauh, kami segera membeli tiket penyebrangan Banyuwangi-Bali, lalu langsung naik, dan melakukan penyebrangan dengan waktu 1 jam. Sesampainya di Pelabuhan Gilimanuk kami langsung berangkat ke Terminal Gilimanuk untuk mencari bus menuju ke Ubung, kami diberitahu oleh pendamping kami, Tengdu yang sudah terlebih dahulu sampai di Bali bahwa harga tiket bus menuju Ubung adalah Rp.40.000, kami mendapat bus dengan harga yang pas, lalu berangkat menuju Ubung dengan lama waktu perjalanan 4 jam. Sesampainya di Ubung kami sepakat akan bertemu dengan Tengdu di Terminal ini. Setelah menunggu selama 1 jam akhirnya Tengdu sampai di Terminal. Kami langsung ambil langkah maju menuju Pelabuhan Benoa Bali untuk lanjut menyebrang menuju Bima, tiket KM Awu sudah dibeli terlebih dahulu oleh Tengdu, karena kebetulan dia sudah berada di Bali lebih awal. KM Awu telah tiba, kami naik ke kapal yang kemudian langsung berlayar menuju Pelabuhan Bima dengan waktu tempuh 20 jam.

Selama perjalanan kami melakukan banyak aktivitas mulai dari tidur, makan, minum sampai evaluasi dan briefing, kami tidak mendapat tempat yang begitu nyaman di atas kapal, sebab kami tidak mendapat tempat tidur yang seharusnya digunakan untuk penumpang, kami akhirnya memutuskan untuk duduk di anjungan kapal, dengan alas seadanya, setelah selesai briefing dan evaluasi kami beristirahat.

Selasa, 9 Agustus 2016

Pukul 3 pagi kami diterpa hujan samudra yang cukup deras untuk membuat anjungan kapal beserta kami para penumpang menjadi basah, dengan cepat Ega dan Monang berpindah tempat ke tempat yang lebih nyaman, mereka menemukan daerah dekat ruangan klinik kapal yang kering dan menggunakan karpet, lalu memutuskan untuk meneruskan malam di tempat tersebut.

Hari mulai terang, kami bangun dan mengambil sarapan yang telah disediakan oleh KM Awu sendiri, lalu sarapan dan selanjutnya nongkrong-nongkrong sambil menunggu kapal yang masih sekitar 9 jam lagi sampai. Sambil menunggu Ega dan Monang menonton film di bioskop diatas kapal, yang telah disediakan dengan membayar tiket masuk seharga RP.10.000.

Sore hari kami sampai di Pelabuhan Bima, Ega yang telah menghubungi mapala yang ada di bima sejak kemarin mencoba menghubungi kembali mapala yang ada di bima untuk datang menjemput kami. Tidak begitu lama, datanglah Mas Ubim yang berasal dari mapala Sympel yang berasal dari salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah Bima. Kami dijemput hanya seorang diri olehnya, kami yang berjumlah lima orang ditambah lima carrier mungkin harus menaiki kendaraan dengan kapasitas minimal 8 orang, akhirnya Mas Ubim memutuskan kami untuk menyewa andong dengan komposisi 4 orang beserta 4 carrier naik ke andong dan 1 orang bersama Mas Ubim naik sepeda motor. Tidak disangka-sangka rupanya, andong yang

dinaiki tiba-tiba patah dikarenakan muatan yang begitu berat. Rupanya teman dari mapala Sympel yang lain sudah datang untuk menyusul, ada 2 orang yang menyusul, jadi sekarang ada 3 orang yang mengendarai sepeda motor. “Kalembo Ade” begitu ucap Mas Ubim kepada pak kusir yang mengendarai andong kami tadi, Kalembo Ade sendiri memiliki banyak makna tentang kebaikan, Kalembo ade pada situasi sepertibisa diartikan dengan kata maaf dan semoga sabar atas apa yang terjadi. Lalu kami melanjutkan perjalanan dengan andong lain yang kebetulan melintas.

Sampailah kami di sekretariat Sympel, setelah sampai kami disambut oleh beberapa anggota Sympel yang sedang berada di lokasi, kami lalu diberikan makan dan minum, selanjutnya kami belajar sedikit tentang Bima, bahasa, serta sejarahnya. Kami belajar cukup banyak kosa kata, juga sedikit sejarah tentang adat istiadat di Bima ini. Setelah lama berbincang dan bersih-bersih, kami mulai briefing dan evaluasi bersama. Ditengah-tengah evaluasi dan briefing ayu diajak pulang oleh salah seorang anggota perempuan Sympel karena disini tidak diperbolehkan bagi perempuan untuk menginap di sekretariatnya. Setelah selesai evaluasi dan briefing kami pun mulai beristirahat.

Rabu, 10 Agustus 2016

Kami bangun cukup pagi, lalu Ayu dan Tengdu yang sejak brieifing kemarin memang sudah dijadwalkan untuk belanja pergi untuk belanja, namu nada beberapa barang yang gagal ditemukan oleh mereka, akhirnya Ega pergi bersama salah satu anggota Sympel berangkat untuk melengkapi logistik yang belum lengkap tersebut. Setelah selesai bersiap-siap dan packing kami lalu berpamitan juga tidak lupa berfoto-foto kemudian berangkat menuju Terminal Bima untuk pergi ke Terminal Wera lalu selanjutnya bertolak ke Desa Sangiang Darat tempat kami nantinya akan pergi menyebrang ke pulau Sangiang Api dan melaksanakan pendakian disana. Perjalanan dari Terminal Bima menuju Terminal Wera memakan waktu selama 2 jam, kami telah sepakat dengan Mas Irfan yang merupakan salah satu warga Desa Sangiang Darat yang juga merupakan anggota purna dari salah satu mapala di Makasar, bahwa nantinya akan bertemuan di Terminal Wera untuk selanjutnya bersama-sama menuju ke Desa Sangiang Darat. Sesampainya di kediaman Mas Irfan kami meletakan barang lalu selanjutnya menuju rumah Bapak Kepala Desa untuk berkoordinasi bagaimana cara kami sampai di pulau Sangiang Api nanti juga masalah perizinan, selain itu Pak Kades juga bercerita tentang keadaan juga sejarah dari Sangiang Api sendiri, Pak Kades bercerita bahwa sekarang ini sedang dilaksanakan sebuah event balapan perahu layar, kegiatan ini dilaksanakan setahun sekali dalam rangka menyambut 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan Indonesia juga HUT Desa Sangiang. Setelah selesai bertemu dengan Pak Kades kami kembali ke rumah Mas Irfan untuk membatalkan perahu yang tadinya sudah disetujui untuk kita gunakan menyeberang karena kami sudah dapat perahu dari Pak Kades. Lalu kami kembali ke rumah Mas Irfan untuk makan. Di malam hari kami berjalan-jalan ke pantai untuk bercerita dan bertemu dengan warga dan beberapa orang yang pernah pergi ke gunung Sangiang Api. Lalu pulang ke rumah Mas Irfan untuk para laki-laki, sedang ayu ke rumah Mas Wiro untuk beristirahat.

Kamis, 11 Agustus 2016

Setelah bangun dan bersiap-siap kami langsung menuju pantai untuk segera menyebrang ke Sangiang Api. Akhirnya kami menyebrang dengan menggunakan perahu milik Mas Wiro, kami lebih dulu mengantar paman dari Mas Wiro ke suatu titik di pinggir pantai Sangiang Api sebelum menuju titik awal pendakian, sialnya ada sedikit kendala ketika kami sudah selesai mengantarkan beliau, mesin kapal mogok dan kami memutuskan untuk repacking di titik tersebut, sambil menunggu perahu kami diperbaiki, setelah selesai repacking dan perahu sudah baikan, kami berangkat menuju titik awal pendakian.

Sampai di titik awal pendakian, kami terlebih dahulu masak untuk makan siang karena memang hari yang sudah siang, setelah makan dan berfoto-foto, kami mulai pendakian. Pendakian dimulai dengan mengikut clue atau petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Mas Irfan juga Mas Wiro, karena beberapa hari yang lalu mereka baru saja mendaki gunung Sangiang ini.

Setelah 4 jam perjalanan, kami memutuskan untuk beristirahat di tempat camp pertama kami. Masak, makan, briefing, evaluasi dan beristirahat. Malam ini hujan datang, kami bersyukur karena bisa menambah perbekalan air kami, karena salah satu tantangan dari menaiki gunung yang masih aktif adalah susahnya air bersih, karena jarang ada mata air, selain itu di Sangiang ini terkenal sangat panas karena letak geografisnya.

Jumat, 12 Agustus 2016

Di hari kedua ini kami melakukan perjalanan semenjak pagi, track yang kami lewati berupa ilalang, kemudian hutan, juga jalur lahar yang berbentuk sungai dengan lebar yang cukup besar, di perjalanan kami menemui beberapa tanda-tanda yang kami jadikan petunjuk untuk sampai ke puncak, seperti pohon besar yang tumbang, juga ada beberapa tempelan berbentuk anak panah, yang kami asumsikan mengarah ke puncak. Ketika melewati hutan, kami melakukan teknik penebasan secara bergantian, 2 orang akan berjalan tanpa carrier untuk menebas dan mengarahkan sampai akhirnya terbentuk jalan, sedangkan 1 orang akan beristirahat sambil menjaga carrier yang diletakkan, posisi 2-1 ini dilakukan secara bergantian sampai kegiatan menebas atau yang biasa disebut potong kompas berakhir. Untuk menghemat waktu, kami hanya melaksanakan istirahat full pada tengah hari untuk makan siang, yang waktunya tidak lebih dari 30 menit dan langsung melanjutkan perjalanan.

Setelah perjalanan kurang lebih 12 jam kami sampai di punggungan yang menurut kami layak untuk digunakan sebagai tempat kami beristirahat malam itu, setelah membuat camp 2, memasak dan makan, kami mulai briefing dan evaluasi lalu beristirahat.

Sabtu, 13 Agustus 2016

Pagi ini kami bangun dan langsung bersiap-siap melanjutkan perjalanan, perjalanan dilanjutkan pukul 8.45, kami berjalanan melewati vegetasi ilalang yang cukup tinggi, selanjutnya melewati dua buah sungai dengan menggunakan webbing, setelah melewati 2 sungai kami memutuskan untuk membuka doom dan menjadikan tempat tersebut untuk camp 3 malam ini, setelah camp 3 dibuat dan selesai makan siang, Ega dan monang, melanjutkan perjalanan tanpa menggunakan carrier menuju puncak, agar bisa berjalanan lebih cepat, kami sepakat akan berjalanan hingga pukul 17.30 sampai ataupun tidak sampai akan turun dan menyudahi sampai disitu saja perjalanan kami ini, hal ini disebabkan persediaan logistik kami yang hanya disiapkan untuk 3 hari saja, sehingga akan sangat beresiko jika kami melanjutkan perjalanan atau menambah hari.

Hingga pukul 17.30 puncak tidak juga didapat, dengan penuh rasa kecewa kami pun memutuskan untuk berhenti di tempat tersebut lalu mendokumentasikan seadanya selanjutnya turun ke camp 3, dan kemudian makan malam, briefing, evaluasi lalu beristirahat.

Minggu, 14 Agustus 2016

Bangun dan Sarapan, kemudian mulai Berjalan turun, selama perjalanan turun kami mengalami beberapa kendala dalam mencari jalur yang telah kami buat sewaktu melwatinya kemarin, namun dengan teknik Navigasi Darat yang telah dipelajari kami baru sampai di camp 1 sekitar pukul 2 siang, selanjutnya perjalanan turun dilanjutkan dengan mengikuti sungai yang merupakan bekas jalur lahar ke bawah, sampai akhirnya sampai di titik awal pendakian, kami terkaget karena Ayu dan Koret yang seharusnya berada di lokasi tidak ada, kami langsung menghubunginya, rupanya Koret dan Ayu berada di sisi lain sangiang api, yaitu di pedesaan tempat warga Sangiang tinggal dan membuat kapal. Setelah dihubungi, Koret datang dan menjemput kami menuju desa tempat mereka menunggu kami di bawah. Perjalanan dari titik awal pendakian kami menuju desa memakan waktu sekitar kurang lebih 1 jam, dengan menggunakan perahu menyisiri pantai pulau Sangiang Api.

Setelah sampai di desa, kami bertemu dengan beberapa warga disana, kami disambut hangat, begitupula dengan Ayu dan Koret beberapa hari yang lalu, belum  berapa lama kami menikmati hangatnya sambutan warga Sangiang Api, kami sudah dijemput oleh perahu yang telah dipesan oleh Mas Irfan, setelah berpamitan dan berfoto-foto dengan warga Sangiang Api, kami menyebrang menuju Desa Sangiang Darat, pada saat penyebrangan diatas perahu Monang mengalami mabok laut berat yang menyebabkan dirinya muntah-muntah dalam kurun waktu yang cukup lama, selain itu Ayu juga kambuh asmanya karena terkena asap mesin kapal, keadaan diatas kapal cukup mencekam saat itu, sampai akhirnya kami sampai di Sanginag Darat dan diselamat oleh para warga, kali ini Ayu mendapatkan julukan baru dari warga Sangiang Darat. Jika di Sumbercandik Ayu mendapat nama Sabeun, disini dia mendapatkan sebuah nama Halo Sangiang yang maknanya sama seperti kata sebelumnya, yaitu kesurupan. Setelah cukup lama ditangani oleh banyak tangan termasuk perawat sekitar, akhirnya Ayu sehat kembali. Selanjutnya kami pulang kerumah Mas Irfan untuk beristirahat sedang Ayu dirumah Mas Wiro untuk beristirahat juga.

Senin, 15 Agustus 2016

Setelah bangun, kami langsung menuju rumah Mas Wiro untuk menjemput Ayu, sekaligus membeli oleh-oleh berupa kain khas Wera, selanjutnya kami berangkat menuju Terminal Wera untuk selanjutnya menuju Terminal Bima dengan menggunakan bus, lalu menuju pelabuhan dengan menggunakan ojek, saat perjalanan menuju perlabuhan Ega berpisah dari team karena harus membeli tiket kapal terlebih dahulu. Setelah selesai membeli tiket, Ega langsung bergabung bersama team lalu langsung naik ke atas kapal, untuk melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Benoa di Bali.

Diatas kapal kegiatan kami hampir sama seperti sebelumnya hanya beristirahat dan beristirahat, kali ini Koret yang mencicipi nikmatnya bioskop diatas kapal. Pelayaran dari Bima ke Bali menempuh waktu selama 20 jam.

Selasa, 16 Agustus 2016

Kami sampai di Pelabuhan Benoa pukul 11.00, tidak disangka ternyata ada razia oleh pihak polisi, Ega kedapatan membawa parang yang memang sudah dibawa sejak berangkat kemarin, setelah melewat satu dan lain proses, akhirnya kami sampai pada satu keputusan untuk menyerahkan parang kepada pihak polisi. Setelah selesai berurusan dengan polisi, kami langsung berangkat menuju Terminal Ubung dengan menggunakan angkot yang ada, setelah sampai di Ubung kami langsung dapat bus yang lebih baik dibanding bus kami datang kemarin, namun dengan harga yang sama. Benar rupanya kecurigaan kami, kami didesak untuk membayar 2x lipat harga dari yang telah di setujui sebelumnya, namun kami menolak dan akhirnya tetap harus menambah bayaran, tapi tidak sampai 2x lipat dari harga yang sudah disetujui sebelumnya. Kami berangkat menuju Pelabuhan Gilimanuk selanjutnya menyebrang ke Ketapang dengan tetap berada di bus. Setelah sampai di ketapang, kami langsung berjalan kaki menuju stasiun banyuwangi baru untuk beristirahat sekaligus menunggu rangkaian kereta kami yang akan datang esok pagi.

Rabu, 17 Agustus 2016

Pagi telah tiba, rangkaian kereta kami pun begitu, kami bertemu senior SATU BUMI yang bernama Jarody Hestu atau lebih akrab disapa Mbah, di Stasiun Banyuwangi baru, beliau baru saja selesai menjadi guide pendakian di gunung Rinjani. Selanjutnya kami menaiki rangkaian kereta lalu berangkat pulang menuju Jogjakarta mengobati segala luka dan rindu yang sudah ada sejak awal kami berangkat. Sambil menunggu kereta sampai, kami melakukan evaluasi besar bersama. Sampailah kami di Jogja, kami dijemput oleh teman-teman SATU BUMI, kemudian makan-makan sebagai bentuk penyambutan SATU BUMI terhadap kami. Disuguhi berbagai jenis makanan dan minuman yang cukup banyak untuk membuat badan kami kembali sehat.

Leave a Reply

Your email address will not be published.