ABSTRAK
Pariwisata, terutama wisata bahari merupakan salah satu sektor yang saat ini ramai diminati oleh masyarakat Indonesia. Di Indonesia, terdapat banyak potensi wisata bahari yang masih harus dikembangkan hingga dapat dijadikan suatu objek wisata. Setiap potensi wisata tersebut pasti memiliki kearifan dan keunikannya masing-masing. Namun, apabila potensi tersebut tidak diolah dan dikembangkan dengan baik, maka hal tersebut akan menjadi kendala terciptanya suatu objek wisata. Di Dusun Ngobyogan, Desa Kalak, Donorojo, Pacitan terdapat banyak potensi yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan eksistensinya, terutama dalam hal wisata bahari. Salah satu potensi yang terdapat di Dusun Ngobyogan yaitu adanya Pantai Seruni yang masih sangat alami dan menarik. Penelitian ini membahas mengenai potensi wisata Pantai Seruni dan pengelolaannya dalam pengembangan daya tarik wisata yang berbasis alam. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif melalui wawancara terhadap penduduk sekitar, perangkat dusun, dan perangkat desa serta observasi langsung. Berdasarkan studi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Pantai Seruni memiliki potensi yang sangat besar. Masyarakat Dusun Ngobyogan telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan eksistensi Pantai Seruni dengan memperbaiki jalan menuju pantai tersebut. Namun hal tersebut masih belum cukup. Diperlukan tindakan langsung dari pemerintah untuk pengembangan Pantai Seruni.
Kata kunci : bahari, dikembangkan, potensi
ABSTRACT
Tourism, especially marine tourism is one sector that is currently in great demand by the people of Indonesia. In Indonesia, there is a lot of marine torism potential that still needs to be developed so that it can become a tourist attraction. Each tourism potential must have the wisdom and uniqueness of each. Even so, if a potential is not properly processed and developed, then this will become an obstacle to the creation of a tourist attraction. In Ngobyogan Hamlet, Kalak Village, Donorojo, Pacitan there is a lot of potential that can be developed and increased in existence, especially in terms of marine tourism. One of the potential in Ngobyogan Hamlet is Seruni Beach which is still very natural and attractive. This study discusses the tourism potential of Seruni Beach and its management in developing nature-based tourist attractions. This research was conducted using a qualitative method through interviews with local residents, hamlet officials, and village officials as well as direct observation. Based on the studies that have been done, it can be seen that Seruni Beach has enormous potential. The people of Ngobyogan Hamlet have made several efforts to increase the existence of Seruni Beach by repairing the road to the beach. However, this is still not enough. Direct action from the government is still needed for the development of Seruni Beach.
Keywords : marine, developed, potential
PENDAHULUAN
Pacitan merupakan salah satu wilayah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur dan berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, Trenggalek, dan Wonogiri. Pacitan ini memiliki banyak potensi daya tarik wisata. Pacitan juga terkenal dengan wilayah yang memiliki banyak goa serta pantai indah dan semakin terkenal karena keberadaan Pantai Klayar. Kemudian, di Kabupaten Pacitan terdapat salah satu wilayah bernama Ngobyogan yang memiliki banyak daya tarik berupa wisata Pantai. Namun, perkembangan pariwisata daerah tersebut tidak sebanding dengan banyaknya potensi daya tarik wisatanya karena salah satu indikator berkembangnya suatu daerah wisata dilihat dari banyaknya wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung.
Berdasarkan data dari Kepala Dinas Disbudparpora Pacitan, dikatakan bahwa sepanjang tahun 2022 terdapat 24 destinasi wisata Pacitan yang dikunjungi oleh 1.566.186 wisatawan dan Pantai Klayar masih menjadi destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan, yaitu sebanyak 312.426 wisatawan. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pacitan memang telah over 174% dibanding tahun 2021. Namun, jumlah tersebut masih terhitung lebih kecil dari jumlah wisatawan yang berkunjung pada masa sebelum pandemi Covid-19. Wisatawan itupun hanya berkunjung pada wisata-wisata yang sudah sangat terkenal. Padahal di Dusun Ngobyogan masih banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi. Peningkatan angka kunjungan wisatawan tersebut menandakan bahwa ketertarikan masyarakat terhadap objek wisata di Pacitan semakin tinggi.
Berbagai upaya pengembangan wisata telah dilakukan. Bahkan masyarakat setempat juga turut serta dalam upaya pengembangan tersebut. Namun, upaya tersebut dirasa belum cukup karena keterbatasan biaya sehingga belum membuahkan hasil. Pemerintah setempat masih terlalu fokus untuk mengembangkan wisata yang sudah terkenal. Padahal masih banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan dan menjadi daya tarik wisata tersendiri. Terutama potensi wisata di Dusun Ngobyogan sendiri yang tidak hanya berupa potensi fisik pantainya, tetapi terdapat potensi kuliner dan budaya. Dari observasi langsung penulis dan data wawancara dari masyarakat setempat dapat diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Dusun Ngobyogan untuk mengembangkan potensi wisatanya. Penelitian ini kami lakukan di Kawasan Wisata Pantai Piser dan Pantai Seruni Dusun Ngobyogan.
Jika dilihat dari potensi fisik yang dimiliki, Pantai Seruni terlihat sangat indah dan menawan. Pemandangan pantai dari ladang milik warga di atas Pantai Seruni juga sangat menarik. Terlihat luasnya pasir di Pantai Seruni dengan tebing-tebing yang indah. Di sekitar Pantai Seruni juga masyarakatnya memproduksi gula nira, yang mana prosesnya sangat menarik untuk dijadikan wisata edukasi. Namun, masih sangat disayangkan bahwa kawasan wisata ini masih belum dikembangkan dan sangat tersembunyi di antara ladang warga. Jalan menuju Pantai Seruni sendiri masih belum memadai untuk dilewati kendaraan, bahkan kendaraan roda dua. Kemudian, di Pantai Seruni pun masih belum terdapat penarik tiket masuk ke objek wisata. Sarana prasarana seperti toilet, tempat parkir, dan lain-lainmasih belum diadakan. Hingga saat ini fasilitas yang ada hanya musholla dan itupun berada jauh dari Pantai Seruni dan masih ditutup. Hal tersebut yang membuat wisatawan tidak bertahan lama berada disana.
Berdasarkan fakta dan permasalahan yang ada di Kawasan Pantai Seruni tersebut, penulis merasa tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apa saja potensi yang dimiliki oleh Pantai Seruni dan apakah aspek yang menjadi kendala dalam pengembangan wisata di Dusun Ngobyogan, terutama Pantai Seruni.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apa saja potensi daya tarik Pantai Seruni dan apa saja aspek yang menjadi kendala dalam pengembangan Pantai Seruni, maka pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan dalam bentuk kualitatif. Penelitian ini melibatkan pengumpulan dan analisis data yang didapatkan. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan dua Teknik yaitu wawancara dan observasi langsung. Teknik wawancara dilakukan terhadap empat narasumber untuk analisis aspek apa saja yang menjadi penghalang dalam pengembangan Wisata Pantai Seruni. Selanjutnya, observasi dilakukan oleh dua kelompok observator untuk melihat secara langsung keadaan kawasan wisata Pantai Seruni dan mengamati beberapa potensi fisiknya. Selanjutnya peneliti melakukan telaah dokumen untuk memperoleh data sekunder.
Adapun jumlah narasumber dalam wawancara ini yaitu empat orang yang terdiri dari masyarakat Dusun Ngobyogan dengan mata pencaharian sebagai nelayan, Kepala Desa Kalak, Kepala Dusun Ngobyogan, dan warga yang bekerja sebagai nelayan dan juga petani. Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis data kualitatif berupa content analysis dan teknik analisis dekkriptif kualitatif. Teknik content analysis yaitu suatu metode yang mengubah suatu teks, subjek pada media tulis, foto, video, atau audio menjadi data kualitatif. Sedangkan Teknik analisis deskriptif kualitatif merupakan Teknik analisis yang mentransformasikan data mentah ke dalam bentuk data yang mudah dimengerti dan diinterpretasikan, serta menyusun, memanipulasi, dan menyajikan data mentah menjadi suatu informasi yang jelas (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000:178).
Teknik ini digunakan untuk menganalisis hasil wawancara terhadap narasumber yang telah dilakukan yang kemudian dideskripsikan untuk mengetahui beberapa kendala dalam pengembangan Pantai Seruni sebagai objek wisata.
GAMBARAN UMUM
Desa Kalak adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Desa Kalak merupakan salah satu dari 12 desa di wilayah kecamatan Donorojo yang terletak 18 KM ke arah utara dari kota Kecamatan. Desa Kalak memiliki luas wilayah seluas 939,045 hektar. Wilayah penelitian ini berada di Kawasan Wisata Pantai Seruni yang ada di Dusun Ngobyogan, Desa Kalak. Dari segi letak administrasi, wilayah penelitian berada di Dusun Ngobyogan, lebih spesifiknya dari Pantai Piser sampai Pantai Seruni.
Pertanian merupakan aktivitas perekonomian masyarakat yang mendominasi mata pencaharian diikuti dengan nelayan di sekitar Pantai Seruni. Hal ini dapat dilihat dari data Balai Desa Kalak bahwa sektor pertanian di Dusun Ngobyogan memiliki komposisi sebesar 40,6% dari keseluruhan mata pencaharian masyarakat.
Potensi Pariwisata Dusun Ngobyogan
Dusun Ngobyogan memiliki potensi wisata yang sangat besar, terutama potensi wisata pantainya. Potensi fisik wisata Pantainya juga terlihat sangat memukau dan menjadi daya Tarik tersendiri. Berbeda dari pantai-pantai yang lain, Pantai Seruni memiliki potensi untuk dinikmati oleh pecinta kegiatan outdoor seperti hiking, caving, atau panjat tebing.
Potensi Pariwisata Dusun Ngobyogan
Dusun Ngobyogan memiliki daya tarik wisata yang lain selain pantainya. Dusun Ngobyogan dikenal sebagai pemproduksi gula nira. Bahkan gula niranya sudah terkenal sampai menembus pasar ekspor. Proses pembuatan gula nira tersebut dapat dijadikan wisata edukasi bagi pengunjung. Sehingga pengunjung dapat mengetahui proses pembuatan gula nira tersebut.
Gambar 1. Pengambilan nira dari pohon kelapa
Gambar 2. Pengolahan gula nira
Gambar 3. Pantai Seruni dari ladang atas
Gambar 4. Tebing di Pantai Seruni
Gambar 5. Pantai Seruni dari dekat
Gambar 6. Jalur hiking
Gambar 7. Pantai Piser
KAJIAN TEORI
Pengembangan Pariwisata
Berdasarkan Undang-Undang RI No 10 Tahun 2009 diketahui bahwa pariwisata merupakan aktivitas melakukan perjalanan, baik yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang bertujuan untuk rekreasi, mempelajari keunikan yang ditawarkan oleh suatu objek, atau sekedar untuk mengembangkan diri. Atau dapat diketahui bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Sinaga, 2010:12). Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata, mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata. Pengembangan suatu daerah wisata bertujuan untuk menawarkan produk wisata dan pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola.
Kendala-Kendala Dalam Pengembangan Pariwisata
Dalam pengembangan pariwisata, terdapat permasalahan-permasalahan ataupun kendala yang dihadapi pemerintah dalam pengembangan Kawasan wisata di Indonesia (Nandi, 2008), antara lain:
- Keterbatasan dukungan sarana dan prasarana yang menunjang;
- Terbatasnya biaya atau anggaran pembangunan sektor wisata;
- Belum tersedianya SDM yang mampu melihat peluang maupun tantangan dari sektor kepariwisataan;
- Belum terbinanya koordinasi antara Lembaga-lembaga pemerintah daerah setempat dengan stakeholder bidang pariwisata;
- Belum ada program pemasaran maupun promosi pariwisata yang efektif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Konsep Pengembangan Kawasan Wisata Pantai
Menurut Dahuri et al (2004), pariwisata pesisir merupakan kegiatan rekreasi yang dilakukan di sekitar pantai. Wisata pesisir diasosiasikan dengan ā3Sā (sun, sea, dan sand) yang menyediakan keindahan dan kenyamanan alami dari kombinasi cahaya matahari, laut, dan pantai berpasir bersih (Dahuri, 2003).
Konsep pengembangan Kawasan wisata Pantai mengacu pada empat konsep dasar (Sastrayuda, 2010), yaitu:
- Konsep Philosophy of Planning
Dalam membangun Kawasan wisata, perencanaan yang berkaitan dengan ketersediaan lahan di sekitar pantai diperlukan untuk mencegah kerusakan lingkungan dengan pendekatan tata guna lahan dan peruntukan lahan serta pemilik lahan.
- Konsep Philosophy of Leisure
Pantai yang lingkungannya masih asri akan memberikan kesejukan dan kenyamanan bagi siapapun yang menyenangi ketenangan di alam dan pengkayaan ekosistem pantai.
- Konsep Philosophy of Recreation
Kawasan wisata pantai yang memiliki keindahan alam, kenyamanan, dan lingkungan yang sesuai akan menjadi modal untuk perkembangan tempat wisata sebagai media rekreasi di alam bebas.
- Konsep Philosophy of Marketing
Pemasaran wisata pantai dilakukan dengan tujuan ekonomi dan juga sosial dimana tujuan ekonominya akan memberikan dampak positif untuk pengembangan kawasan wisata pantai tersebut.
Konsep Pengembangan Kawasan Agrowisata
Agrowista atau wisata pertanian didefinisikan sebagai rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau sektor pertanian mulai dari awal produksi hingga diperoleh produk pertanian dalam berbagai sistem dan skala dengan tujuan memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian (Nurisjah, 2001).
ANALISIS
Analisis Potensi Daya Tarik Wisata Pantai Seruni dan Dusun Ngobyogan
Pengembangan Pantai Seruni
Berdasarkan analisis dengan metode content analysis dan analisis deskriptif kualitatif, dapat diketahui beberapa potensi fisik dan non fisik Pantai Seruni dan Dusun Ngobyogan. Potensi fisik merupakan potensi yang dapat dilihat secara langsung keunggulannya. Berdasarkan data, didapatkan bahwa Pantai Seruni masih sangat alami dan memiliki kelebihan yang menjadi daya tarik wisatanya berupa batu besar alami, goa alami, pesisir pantai, dan tebing alami yang indah. Di sekitar Pantai Seruni terdapat batu-batu besar yang indah. Batu-batu tersebut dapat digunakan oleh pengunjung untuk mengambil gambar yang menarik. Batu-batu tersebut juga membantu pengunjung yang ingin mengunjungi goa alami yang ada di Pantai Seruni. Namun, goa alami tersebut hanya dapat dikunjungi saat air sedang surut karena letaknya yang berada di kawasan air pantai. Kemudian, Pantai Seruni juga memiliki pesisir pantai yang luas dan butiran pasirnya berwarna putih kecoklatan. Butiran pasir tersebut menambah nilai estetika Pantai Seruni ditambah dengan ombak pantai yang sangat indah. Di sekeliling Pantai Seruni juga terdapat tebing-tebing tinggi yang sebagian berupa batuan kapur. Tebing-tebing tersebut masih sangat alami dan dapat dijadikan sarana untuk aktivitas panjat tebing. Selain dapat dijadikan sarana panjat tebing, jalan menuju Pantai Seruni dari arah Pantai Piser juga dapat dijadikan sarana untuk hiking, melihat tracknya yang masih naik turun dan cukup menarik. Aktivitas-aktivitas tersebut sangat cocok untuk wisatawan yang tertarik atau memiliki hobi di alam.
Jika mengunjungi Pantai Seruni, wisatawan juga akan disuguhi keindahan pantai-pantai yang lain, seperti Pantai Karang Bolong dan Pantai Piser karena pantai-pantai tersebut berada di sebelah Pantai Seruni dan terlihat dari pesisir Pantai Seruni. Di dekat Pantai Seruni juga terdapat lokasi yang bernama Watu Gemulung. Watu gemulung merupakan tebing di dekat Pantai Piser dan Pantai Seruni yang cukup tinggi. Lokasi tersebut biasanya digunakan pemancing untuk menangkap ikan karena lokasinya yang dianggap strategis dan cukup tinggi sehingga aman dari hempasan ombak.
Pengembangan Kawasan wisata Pantai Seruni mengacu pada empat konsep, yang ditunjukkan dalam tabel berikut (Sastrayuda, 2010):
Konsep Dasar | Tindakan Pengembangan |
Konsep Philosophy of Planning | Sebelum melakukan pembangunan apapun di Pantai Seruni, perlu disediakan lahan di sekitar Pantai Seruni yang difungsikan sebagai lahan parkir ataupun lahan untuk pembangunan amenitas. Hal ini juga berguna untuk menghindari permasalahan lingkungan dan masalah pemberdayaan masyarakat. |
Konsep Philosophy of Leisure | Pengembangan wisata Pantai Seruni harus tetap memerhatikan nilai keasrian dan kesejukan alamnya, sehingga tidak akan mengganggu fungsi objek wisata sebagai tempat untuk bersantai dan tempat yang nyaman bagi pengunjung. |
Konsep Phylosophy of Recreation | Kawasan wisata Pantai Seruni yang memiliki keindahan alam, kesejukan, dan kesesuaian lingkungan cocok untuk dikembangkan dengan beberapa amenitas agar menjadi tempat yang lebih nyaman untuk melakukan kegiatan rekreasi. Dalam pengelolaannya, setiap individu wisatawan maupun pengelola kawasan wisata Pantai Seruni harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kawasan wisata agar kawasan wisata Pantai Seruni dapat berkembang secara keberlanjutan. |
Konsep Phylosophy of Marketing | Pantai Seruni yang sudah dikembangkan sarana dan prasarana selanjutnya masuk ke tahap pemasaran untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke Pantai Seruni.Pemasaran untuk mengajak wisatawan yang berkunjung menjaga kelestarian alam di sekitar pantai dengan penuh kesadaran. |
Pengembangan Agrowisata
Potensi non-fisik merupakan potensi yang tidak dapat dilihat secara langsung, seperti potensi sosial-budaya masyarakat. Potensi non fisik yang ada di Dusun Ngobyogan dari segi mata pencaharian yaitu mayoritas penduduknya merupakan seorang petani. Kemudian, penduduk setempat juga berkegiatan memproduksi gula nira yang bahannya berasal dari kebun mereka sendiri. Pengolahannya juga dilakukan di tempat tinggal penduduk setempat. Kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai ide untuk sarana agrowisata.
Wisatawan akan disuguhi agrowisata berupa atraksi pengolahan gula nira tersebut, dari panen, dan pengolahan hingga produk jadi. Berdasarkan keterangan salah satu narasumber yang merupakan seorang petani, narasumber tersebut bekerja sama dengan pemilik kebun kelapa di sekitar Pantai Piser untuk memanen nira kelapanya, yang setengah hasil panenan tersebut diberikan kepada pemilik kebun. Untuk pengambilan air nira, biasanya pohon aren disadap dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari, sesuai dengan pendapat Siregar (2016) bahwa fase produktif dapat mencapai titik optimal pada pagi dan sore hari. Menurut narasumber, tidak ada yang membedakan hasil nira untuk pohon yang masih muda maupun sudah tua atau tinggi. Namun, yang membedakan jumlah hasil panen air nira tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan musim, dimana pada musim kemarau dan suaca dingin akan menghasilkan banyak nira. Hal ini sedikit berbeda dengan pendapat dari Kencana et al (2012) bahwa semakin tua umur pohon aren, maka produktivitasnya akan semakin menurun. Yang menarik dari proses pengolahan gula nira ini yaitu air nira yang telah dipanen kemudian diletakkan ke dalam wadah yang selalu bersih. Biasanya digunakan rendaman pecahan kayu nangka dan kapur sirih satu sendok makan tiap wadah. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri agar air nira tidak langsung terfermentasi atau basi. Kemudian, alat pemotong manggar kelapanya harus benar-benar tajam dan tidak boleh digunakan untuk hal lain. Hasil pemotongan manggarnya pun harus benar-benar halus. Nira yang telah dipanen tersebut kemudian diolah menjadi gula nira yang tempat penglahannya berada tepat di sisi belakang rumah.
Berdasarkan pengamatan langsung, proses pengolahannya dimulai dengan penyaringan air nira agar air nira menjadi lebih bersih. Air nira yang telah disaring akan direbus dalam wajan besar dan dengan api sedang. Dalam proses perebusan, cairan gula harus sering diaduk agar tidak hangus dan mencegah rasa pahit pada gula. Lama pemasakan sekitar 4-5 jam, tergantung bentuk tungku dan besarnya. Ketika mendidih, nira yang sedang dipanaskan akan mengeluarkan buih. Untuk mencegah meluapnya buih, perlu ditaburkan dua butir daging buah kemiri yang telah dihaluskan pada wajan atau menggunakan dua sendok minyak kelapa. Buih yang keluar saat cairan nira mendidih harus dibuang. Pembuangan buih tersebut berguna agar saat dicetak cairan dapat mengeras dan tidak menghitam. Setelah cairan gula berwarna kecoklatan, cairan gula perlu dicek apakah sudah siap untuk dicetak. Dengan mengambil sedikit cairan dan membiarkannya pada suhu lingkungan dan diamati apakah dapat mengeras atau tidak. Jika dapat mengeras, artinya cairan gula dapat dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan mengeras.
Wisata agrowisata produksi gula nira dapat dilakukan dengan pengamatan proses produksi gula nira secara langsung sambal mendengarkan penjelasan dari tim produksi. Kegiatan agrowisata tersebut dapat menambah pengetahuan umum tentang pembuatan gula nira, terutama bagi generasi muda.
Analisis Aspek-Aspek yang Menjadi Kendala Dalam Pengembangan Pariwisata Pada Kawasan Wisata Pantai Seruni
Pantai Seruni merupakan pantai yang memiliki keindahan alam yang sangat menawan. Namun sayangnya, Pantai Seruni ini masih tersembunyi keberadaannya diantara ladang milik warga. Pantai Seruni ini dalam proses pengembangannya masih memiliki beberapa kendala, yaitu pada usaha pengembanganya agar pantai tersebut dikenal masyarakat. Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber, diketahui terdapat empat aspek yang menjadi kendala dalam pengembangan Pantai Seruni. Aspek tersebut yaitu keterbatasan dukungan sarana dan prasarana yang menunjang; terbatasnya biaya atau anggaran pembangunan sektor wisata; belum terbinanya koordinasi antara Lembaga-lembaga pemerintah daerah setempat dengan stakeholder bidang pariwisata; dan belum ada program pemasaran maupun promosi pariwisata yang efektif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Pantai Seruni memang memiliki keindahan alam yang sangat memukau. Tetapi, karena pengolahannya yang kurang baik, dampaknya Pantai Seruni ini masih sepi pengunjung. Keterbatasan sarana dan prasarana yang diberikan di pantai ini menjadi salah satu faktor mengapa Pantai Seruni masih sepi pengunjung. Amenitas yang tersedia di Pantai Seruni hanya beberapa papan penunjuk arah ke pantai dan sebuah musholla yang letaknya di dekat Pantai Piser. Berdasarkan keterangan dari salah satu narasumber, keterbatasan sarana dan prasarana tersebut merupakan akibat dari keterbatasan biaya atau anggaran pembangunan sektor wisata yang diberikan oleh pemerintah. Bahkan, jalan menuju Pantai Seruni masih belum layak untuk dilewati oleh kendaraan, terutama kendaraan roda dua. Jalan menuju pantai masih berupa jalan setapak kecil. Masyarakat setempat sudah berupaya untuk membuat jalan menuju pantai yang lebih layak, tetapi hal tersebut berhenti di tengah jalan karena keterbatasan dana.
Berdasarkan keterangan dari Kepala Dusun Ngobyogan, sudah ada beberapa pembicaraan mengenai pengembangan jalan menuju Pantai Seruni dengan salah satu stakeholder bidang wisata. Namun, hal tersebut masih diskusi dan belum ada tindak lanjut terhadap hal tersebut. Terdapat beberapa permasalahan juga terhadap jual beli ladang milik warga di sekitar Pantai Seruni. Yang mana jika ladang tersebut dijual, maka pengembangan Pantai Seruni sebagai suatu objek wisata juga akan terkendala karena keterbatasan lahan. Kemudian, suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat setempat, yaitu pembuatan nira sebenarnya sangat menarik untuk dijadikan salah satu wisata agrowisata. Namun, masyarakat setempat belum menyadari adanya peluang akan hal tersebut. Masih belum ada program yang dilakukan untuk mempromosikan pariwisata yang efektif, baik untuk wisata Pantai Seruni dan juga pembuatan nira.
Berdasarkan pendapat salah satu narasumber yang berprofesi sebagai nelayan, masyarakat terlalu terpaku dengan kehadiran Pantai Klayar. Sehingga warga dianggap malas untuk mengembangkan Pantai Seruni sedangkan mereka dapat melakukan aktivitas di Pantai Klayar. Beberapa pemuda juga belum melakukan pergerakan untuk mengupayakan pengembangan Pantai Seruni. Selama ini masyarakat belum mengetahui apa sebenarnya manfaat pengembangan pariwisata Pantai Seruni tersebut. Masyarakat belum menyadari bahwa mereka harus berperan aktif untuk menggiring pengembangan pariwisata di Dusun Ngobyogan. Dalam hal ini, pemerintah perlu menyadari bahwa mereka harus lebih berperan aktif untuk mengembangkan pariwisata di daerah tersebut.
KESIMPULAN
Potensi keindahan alam serta kekayaan dan keunikan agrokultur Dusun Ngobyogan merupakan potensi dan modal yang sangat cukup untuk dikembangkan dalam industri pariwisata. Namun, realita di lapangan masih banyak ditemukan beberapa kelemahan dan persoalan yang menjadi kendala dalam pengembangannya. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, pariwisata di Dusun Ngobyogan kurang berkembang karena beberapa aspek. Aspek pertama yaitu karena masyarakat setempat belum menyadari pentingnya pengembangan wisata di daerah mereka untuk memajukan daerah setempat.
Kemudian, peran pemerintah tidak mampu menjadi penggerak pengembangan pariwisata di Dusun Ngobyogan. Kurangnya ambisi serta keseriusan pemerintah dalam menata dan mengembangkan potensi wisata, yang dapat dlihat di kawasan wisata Pantai Seruni. Jangankan untuk membangun sarana prasarana baru yang layak, pembangunan akses ke pantai saja masih belum dilakukan. Kemudian, konsep perencanaan pembangunan yang jelas juga menjadi salah satu aspek kendala pengembangan pariwisata di Dusun Ngobyogan. Rencana masih menjadi obrolan belaka dan tidak ada tindak lanjut terhadap obrolan tersebut. Tentu pengembangan pariwisata di Dusun Ngobyogan tidak akan pernah berjalan jika konsep perencanaannya saja belum matang.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Sinaga, Richard, 1997. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Dian Utama
Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut, Aset Pembangunan Berkelanjutan.
Dahuri Rokhmin, dkk. 2004. Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Nurisjah S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro (Agrotourism). Buletin Taman dan Lanskap Indonesia 2001. 4(2): 20-23.
Kusmayadi dan Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Sinaga & Supriono. 2010. Potensi dan Pengembangan Objek Wisata. Medan: Kertas Karya
Nandi. 2008. Pariwisata dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jurnal GEA Jurusan Pendidikan Geografi, Vol.8.No.1 April
Kencana, F. C., Sukiyono, K., dan Sumantri, B. (2012). Analisis pola dan resiko usaha gula aren di Kabupaten Rejang Lebong. AGRISEP, 11, (1), 1ā11.
Siregar, A. Z.( 2016). Inventarisasi serangga penyerbuk, hama dan penyakit dominan pada aren. Jurnal Pertanian Tropik, 3, (2), 170ā176.
Sastrayuda, Gumelar S, (2010). Konsep Pengembangan Kawasan Agrowisata. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure. http://file.upi.edu.gumelar_s.go.id [25 Agustus 2019]