Catatan Perjalanan Swadaya XV “PENYUSURAN PANTAI DI SEPANJANG PANTAI SADENG, GUNUNG KIDUL HINGGA PANTAI KLAYAR, PACITAN DAN PENINJAUAN POTENSI WISATA SERUNI, PACITAN”

Kegiatan Kemapalaan

3 Agustus 2022 (Hari ke-1)

Kami semua telah berkumpul sejak pagi hari sekitar jam 8 untuk mempersiapkan segala logistik, konsumsi, dan barang bawaan lain untuk kegiatan Swadaya. Namun, dikarenakan beberapa hal seperti kaos yang baru bisa diambil siang dan kegiatan pengenalan BSO Kesatria di FT mengakibatkan persiapan sedikit molor.

Upacara pelepasan dilaksanakan pukul 15.45 WIB dengan kondisi cuaca cerah. Kami berangkat berenam, tanpa Azis dan Fath sebagai pendamping kedua dikarenakan Azis terdapat keperluan terkait KRS perkuliahan. Sebelum berangkat, kami makan siang bersama di Sekretariat SATU BUMI dengan para senior. Kemudian, nasi bungkus yang masih tersisa menjadi perbekalan kami di perjalanan. Pada saat itu, Azis dan Fath direncanakan akan menyusul pada hari kedua setelah kegiatan KRS-nya selesai di titik camp kedua, yaitu Pantai Sembukan. Kami mulai memasukkan tas carrier kami, termasuk tas Azis dan Fath ke dalam mobil milik Gemilang lalu melakukan upacara pemberangkatan di depan Sekre SATU BUMI. 

Pada pemberangkatan, tim dibagi menjadi dua, ada yang naik mobil (Tiolita, Atthur, Berliana, Rizqi) dan ada yang naik motor (Riza, Gemilang). Kami berangkat cukup sore saat itu dengan perasaan lega dan gembira. Namun, beberapa menit setelah berangkat, tiba-tiba Azis menelpon karena ada makanan padang yang tersisa tertinggal di sekre untuk kita bungkus. Lantas kami kembali ke sekre untuk mengambil makanan yang tertinggal itu. Sekre saat itu dipenuhi tawa saat kami datang mengambil barang yang tertinggal. 

Jalanan Jogja saat itu juga sangat ramai, mengakibatkan perjalanan sedikit lama. Kemudian kami berhenti di POM bensin dekat Ambarukmo Plaza untuk mengisi bensin motor dan pada saat itu juga kami diberi tahu oleh Azis bahwa alat navigasi yang seharusnya dibawa Riza dan beberapa bahan konsumsi Tiolita tertinggal juga di sekre. Karena waktu yang terbatas dan jalanan yang sangat macet, kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan dan berencana bahwa barang-barang tersebut dapat dibawa oleh Azis saat menyusul besok. Hal itu kami pertimbangkan karena lokasi penyusuran hari pertama memiliki jalur yang sudah terpetakan saat tryout, juga masih dapat menggunakan HP sebagai peta. Begitupun untuk konsumsi yang tertinggal, karena masih bisa dimasak pada hari kedua sehingga diputuskan untuk melanjutkan perjalanan. 

Di tengah perjalanan, sekitar daerah Piyungan, Gunung Kidul,  motor Rizqi tiba-tiba mengalami pecah ban sehingga kami harus berhenti dahulu dan menambal ban tersebut. Sayangnya, jarak motor dengan tempat tambal ban cukup jauh. Setelah berdiskusi, terpaksa Riza mendorong motor tersebut sampai tempat tambal ban diikuti dengan peserta lain yang menggunakan mobil. Kebetulan saat itu sudah masuk waktu magrib, sehingga kami sholat magrib di mushola dekat tempat tambal ban tersebut terlebih dahulu sambil menunggu proses perbaikan ban. Setelah selesai, kami melanjutkan perjalanan dan sampai di Pantai Sadeng tepat pada pukul 20.00 WIB. 

Setelah itu, kami langsung konfirmasi ke petugas SAR dan kami dipersilakan oleh petugas SAR untuk segera beristirahat di Pos SAR tersebut. Kami segera mengeluarkan barang-barang kami dari mobil dan menatanya di Pos SAR. Sekitar pukul 20.30 WIB, kami bersih-bersih dan lanjut sholat isya. Setelah sholat isya, kami melanjutkan dengan makan makanan padang yang diberi dari senior dan melakukan evaluasi lalu tidur. 

Namun, saat itu terdapat acara tradisi perayaan Petik Laut di Pantai Sadeng, sehingga membuat beberapa peserta Swadaya (Atthur, Gemilang, Rizqi) merasa penasaran. Akhirnya, mereka menyempatkan untuk melihat acara tersebut terlebih dahulu sebelum tidur. 

4 Agustus 2022 (Hari ke-2)

Pada hari kedua, kami bangun pagi langsung sholat subuh dan tim masak yang terdiri dari Berliana, Tiolita, dan Riza segera menyiapkan sarapan. Di sisi lain, Atthur yang memiliki rasa penasaran cukup tinggi dan kebetulan juga merupakan tim dokumentasi berinisiatif untuk berkeliling melihat proses pemancingan ikan di Pantai Sadeng seorang diri saat langit masih gelap. Saat itu pula, sekitar pukul 06.00 WIB pagi, Rizqi dan Gemilang pergi untuk mengantar motor ke rumah Mas Ali di Pacitan dan meninggalkannya disana. Setelah selesai, mereka langsung kembali dan sarapan serta packing bersama peserta yang lain. 

Fath dan Azis direncanakan menyusul hari ini, sehingga carrier mereka kami tinggal di Pos SAR tersebut dengan harapan nantinya mereka dapat mengambil carrier tersebut dan menyusul kami. Setelah semuanya selesai packing, kami segera memulai perjalanan yang sebelumnya didahului briefing oleh Riza serta pemanasan bersama. 

Tepat pukul 09.50 WIB kami mulai berjalan menuju Pantai Sembukan. Kami melewati jalan yang cukup luas dan dapat dilewati oleh sepeda motor. Kiri kanan jalan yang kami lewati berupa ladang warga yang banyak ditanami kacang dan pohon kelapa. Pada saat itu kami juga bertemu dengan warga lokal yang mengarahkan jalan menuju Pantai Sembukan. Cuaca hari itu sangat cerah dan panas. Namun, kami masih semangat karena itu merupakan perjalanan awal kami walaupun bawaan yang ada di carrier kami sangat berat.

Pukul 11.10 WIB kami sampai di persimpangan jalan menuju spot mancing sehingga kami melakukan eksplorasi terlebih dahulu. Gemilang, Riza, dan Atthur mendapat bagian melakukan eksplorasi daerah tersebut dan yang lain beristirahat sambil memasak makanan guna makan siang. Hampir satu jam melakukan eksplorasi, tim eksplorasi mencatat titik koordinat, dan kondisi spot yang didapat guna keperluan dalam pembuatan peta. Setelah dirasa data yang diambil sudah cukup, tim eksplorasi memutuskan untuk kembali ke tempat kumpul untuk makan siang. Kami makan siang hingga pukul 12.25 WIB dan melanjutkan perjalanan. 

Sampailah kami di pertigaan jalan menuju spot berikutnya pada pukul 12.50 WIB dan istirahat lagi. Kali ini giliran Tiolita, Atthur, dan Rizqi yang melakukan eksplorasi. Perjalanan untuk menuju pantai ini lumayan jauh. Setelah sampai di pantai tersebut, kami melihat ada tempat peristirahatan hampir mirip rumah dengan ukuran kecil. Di pantai tersebut terdapat tangga yang menuju ke arah laut. Kami pun menuruni anak tangga tersebut, dan langsung disuguhi pemandangan ombak besar menghantam karang yang sangat indah. Kami bahkan melakukan beberapa dokumentasi di pantai tersebut karena pantai dan track-nya yang sangat indah dikelilingi tanaman hijau.  

Kami melakukan eksplorasi hingga pukul 14.00 WIB. Di perjalanan kembali ke tempat kumpul, tim eksplorasi bertemu dengan Riza dan Gemilang yang sedang memanjat pohon kelapa. Kami mengambil beberapa buah kelapa di jalan karena teringat obrolan dengan salah satu warga yang kami temui di Pantai Sadeng, yakni ketika melakukan tryout, kami diizinkan untuk mengambil beberapa kelapa di sepanjang jalan menuju Pantai Krokoh. Meski demikian, seharusnya kami tetap meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik kebun jika ada. 

Setelah cukup lama beristirahat sambil minum air kelapa, kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Krokoh pukul 14.20 WIB. Jalan menuju Pantai Krokoh sangat lebar, bahkan dapat dilewati dengan mobil. Namun, elevasi dari pemukiman ke arah pantai cukup besar juga. Disitu kami berjalan di turunan yang sangat curam dan itu cukup menguras tenaga kami. Kami sampai di Pantai Krokoh pukul 14.40 WIB dalam keadaan yang sangat lelah, sehingga memutuskan untuk istirahat dan sholat terlebih dahulu. Selagi istirahat, kami bergurau dan mengambil beberapa dokumentasi di Pantai Krokoh. Disitu juga Atthur dan Riza membuat video guyonan tutorial wudhu di laut. Hal itu disebabkan karena Pantai Krokoh belum memiliki toilet yang memadai yang memiliki penyediaan air yang baik.

Sekitar pukul 15.30 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Klotok. Kami harus melewati tebing-tebing yang tinggi dan sempit. Pada tebing-tebing terakhir, perjalanan terasa sangat sulit karena kami benar-benar harus menaiki dan menuruni tebingnya dengan bawaan carrier yang masih sangat berat. Jalannya hampir tidak terlihat karena tertutupi tumbuhan semak-semak yang tinggi. Oleh karena itu, kami harus membuka jalan yang penuh dengan tumbuhan semak-semak, beberapa berduri tajam. Hingga suatu waktu terdengar teriakan Gemilang dari belakang karena terjatuh dan luka. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sebentar sambil mengobati luka pada kakinya. 

Setelah melewati rintangan itu, kami melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini jalannya sudah tidak begitu sulit karena sudah beraspal untuk menuju ke Pantai Klotok.  Dan sampailah kami di pantai Klotok pada pukul 17.50 WIB. Pantai Klotok ini sangat luas, tetapi penuh dengan batuan di pantainya. Kami beristirahat sejenak melepas tas carrier dan mengambil beberapa dokumentasi disana. Pada saat itu matahari sudah tenggelam. Untungnya, disitu terdapat salah satu warga lokal. Kami bertanya terkait informasi lokasi Pantai Sembukan. Ternyata lokasi tidak jauh, tinggal satu tanjakan lagi. Kemudian kami segera melanjutkan perjalanan ke Pantai Sembukan. 

Tepat pada pukul 18.10 WIB, kami sampai di Pantai Sembukan. Saat itu, rencananya kami ingin langsung mendirikan tenda di lokasi terbuka sekitar tempat berziarah. Namun, salah satu warga yang menguasai tempat itu menginstruksikan kami untuk mendirikan tenda di dekat lokasi warung sekitar pantai tersebut karena beberapa alasan. Salah satunya karena angin yang kencang menerpa sekitar pantai tersebut. Setelah itu, kami langsung mendirikan tenda sembari mulai memasak agar cepat beristirahat. 

Kemudian, kami teringat kalau sesuai rencana maka Azis dan Fath akan menyusul ke Pantai Sembukan. Namun, sampai kami selesai mendirikan tenda, Azis dan Fath masih belum terlihat. Akhirnya, setelah mendirikan tenda, Rizqi dan Atthur mencari sinyal ke daerah tinggi di dekat Pantai Sembukan, yakni Bukit Butak. Setelah mendapat sinyal, Rizqi dan Atthur menghubungi Azis untuk menanyakan keberadaanya. Namun, jawaban Azis cukup mengejutkan mereka berdua. Ternyata Azis masih berada di Jogja karena mendapat kabar bahwa Fath tiba-tiba sakit dan tidak dapat mendampingi. Atthur pun memberitahu rundown besok hari dan mengkonfirmasi pertemuan di Pantai Kalimirah. 

Setelah itu, Atthur dan Rizqi kembali ke tenda. Kami pun menyantap makan malam bersama sembari berdiskusi dengan penguasa setempat terkait kondisi Pantai Sembukan. Malam itu, kami juga sempat didatangi beberapa anggota polsek yang sedang patroli. Mereka menanyakan soal kegiatan apa yang sedang kami lakukan dan soal perizinan kegiatan hingga larut malam. Oleh karena itu, kami hanya melakukan evaluasi sebentar saja. Adapun briefing, akan dilanjutkan di esok pagi. Kemudian, akhirnya kami pun beranjak tidur mengingat kegiatan besok masih panjang.

5 Agustus 2022 (Hari ke-3)

Pada hari ketiga kami bangun pukul 05.00 WIB, untuk melaksanakan sholat subuh serta masak untuk sarapan kami, tim masak terdiri dari Tiolita, Atthur, dan Berliana. Sebagian yang lain membereskan tenda yang sudah digunakan. Setelah itu, kami sarapan dan packing logistik hingga pukul 07.40 WIB. Cuaca hari ketiga cukup cerah dan panas. Pagi hari itu, kegiatan diawali dengan briefing terkait penyusuran dan eksplorasi yang akan dilakukan selanjutnya. 

Setelah itu, pada pukul 08.01 WIB, kami bersiap melakukan pemanasan untuk melakukan eksplorasi daerah sekitar Pantai Sembukan. Pada saat itu kami melakukan dua kali eksplorasi. Eksplorasi pertama dilakukan di sekitar Pantai Sembukan yang terdiri dari dua tim, Tiolita dengan Riza dan Atthur dengan Rizqi. Pada daerah yang dieksplor oleh Tiolita dan Riza, ditemukan spot goa gaib yang dinamai Goa Bajul. Goa tersebut tidak terlihat sama sekali. Hanya berupa batu-batuan. Selain itu, Tiolita dan Riza menemukan prasasti yang menarik, namun kami tidak mengerti tulisannya. Sedangkan Atthur dan Rizqi menemui jalan yang menuju ke puncakan di atas Pantai Sembukan. Setelah itu, tim eksplorasi pun kembali.

Kemudian, eksplorasi kedua dilakukan oleh Atthur, Gemilang, dan Tiolita  menuju ke puncak Bukit Butak. Ternyata, di jalan menuju puncak terdapat beberapa warga yang sedang memancing. Mereka pun melihat proses pemancingan ikan secara manual tersebut dan melanjutkan eksplorasi menuju puncak. Namun, karena Lita kelelahan untuk menaiki jalan berupa tangga, akhirnya ia berhenti dan menunggu Atthur dan Gemilang melakukan eksplorasi. Di puncakan tersebut, ditemukan tempat keramat yang disucikan. Tempat tersebut terasa sangat mistis dan mengerikan. Diperkirakan tempat tersebut merupakan tempat untuk melakukan ritual-ritual suci atau tempat berdoa. Setelah selesai, tim eksplor pun kembali karena anggota Swadaya yang lain sudah menunggu lama. Pada pukul 09.05 WIB, tim kami beranjak pergi dari Pantai Sembukan.  

Pada pukul 09.30 WIB dilakukan eksplorasi kembali ke sumber air telaga. Berdasarkan informasi warga lokal, terdapat sumber air yang menarik sehingga layak untuk dieksplorasi. Tim eksplor terdiri dari Riza, Rizqi, dan Tiolita. Setelah melakukan eksplorasi yang cukup dalam, kami hanya terus menemukan perkebunan warga lokal, tidak dengan sumber air yang katanya ada. Setelah kami tanyakan kepada warga setempat, sebenarnya memang ada telaga, namun lokasinya cukup jauh, sehingga karena eksplorasi terbatas oleh waktu dan komunikasi dari HT sudah terputus. Akhirnya, kami memutuskan untuk kembali ke titik kumpul. 

Di sisi lain ketika Riza, Rizqi, dan Tiolita melakukan eksplorasi. Atthur, Gemilang, dan Pendamping (Berliana) mengambil beberapa kelapa di sekitar tempat peristirahatan. Tentunya, mereka sudah izin terhadap warga lokal yang lewat. Meskipun, mereka bukan pemiliknya. Setelah tim eksplorasi kembali, mereka disuguhi kelapa yang sangat memuaskan dahaga. Setelah terpuaskan dahaga masing-masing, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Kalimirah. Kemudian, di sepanjang jalan bertemu dengan warga lokal yang sedang berkebun. Kami mendapat informasi bahwa terdapat telaga yang menjadi sumber air warga setempat. Kami cukup yakin dan percaya bahwa jalan yang kami ambil sudah benar. Hal itu karena bersumber dari warga setempatnya sendiri. Tentunya, perjalanan kami dibekali dengan kemampuan orientasi medan serta membaca peta melalui HP. Hal itu terjadi karena alat navigasi yang tertinggal masih belum dibawakan oleh Azis yang belum menyusul. 

Kami berjalan mengikuti jalan setapak yang ada menuju ke arah timur. Kami meyakini bahwa jalan yang ditempuh benar (berdasar pada aplikasi outdooractive). Di jalan, kami sempat bingung jalan mana yang harus ditempuh. Untungnya terdapat warga setempat di ladang dan menawari untuk mengantar kami ke Telaga Tangkil melalui jalan setapak ladang yang lebih cepat. Pada pukul 11.45 WIB tepat kami sampai di telaga tersebut.  Kami beristirahat sekaligus makan siang, dengan menu yang tidak diragukan lagi, yakni mie instan. 

Sembari menunggu tim masak (Atthur, Tiolita, Rizqi) memasak, sebagian lainnya melakukan eksplorasi di sekitar Telaga Tangkil. Riza dan Gemilang menjadi tim eksplorasi. Saat melakukan eksplorasi, Riza terkejut dan ketakutan karena sempat melihat ular putih di sekitar kebun. Di sekitar kebun itu terdapat beberapa warga yang sedang memanen singkong. Kemudian, dengan rasa sosialisasi yang tinggi, Gemilang akhirnya bertanya kepada salah satu warga tersebut terkait jalan menuju Pantai Kalimirah. Setelah didapat informasi tersebut, akhirnya Riza dan Gemilang kembali ke titik peristirahatan. Kami akhirnya menyantap mie instan dengan lahap. 

Tak berlama-lama, pada pukul 13.05 WIB, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Kalimirah. Kami sampai di Pantai Kalimirah pada pukul 14.21 WIB. Saat itu cuaca masih cerah dan terang. Berdasarkan rencana awal, kami akan bermalam di Pantai Kalimirah. Namun, karena dirasa masih terlalu awal akhirnya kami berdiskusi apakah akan melanjutkan perjalanan atau tidak. Disitu kami mempertimbangkan juga mengenai keberadaan Azis. Dengan pertimbangan tersebut, jika kami melanjutkan penyusuran, lantas bagaimana dengan Azis? 

Kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan tetapi melalui jalan yang sekiranya menjadi jalan yang dapat dilewati dengan motor untuk menuju ke Pantai Kalimirah. Tentunya hal ini kami lakukan karena opsi berkomunikasi dengan Azis melalui HP sudah tidak dapat diharapkan (tidak ada sinyal di Pantai Kalimirah). Sesuai peta, diketahui bahwa kami akan melewati pemukiman warga. Beberapa menit kemudian, kami bertemu dengan dua warga lokal yang sedang mencari pakan ternak. Berdasarkan informasi yang didapat, lokasi pemukiman yang mungkin terdapat sinyal dekat dari Pantai Kalimirah. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan menelusuri jalan motor.

Ternyata pemukiman warga sangat jauh dari Pantai Kalimirah. Kami berkali-kali istirahat karena sangat kelelahan dengan trek yang panjang, naik turun pula. Ternyata kami salah menanggapi terkait lokasi pemukiman tersebut. Memang lokasi pemukiman itu dekat, jika menggunakan motor. Setelah beristirahat berkali-kali, kami hendak meminta buah kelapa milik warga setempat. Di saat itu pula, tepat pada pukul 16.45 WIB, kami dikejutkan dengan kedatangan Azis, dan Mutiara sebagai pengganti Fath. Mereka berboncengan naik motor. Belum sempat turun dari motor, Azis menyampaikan kabar yang mengagetkan. Azis berkata, “Lit, aku mau kasih tahu kabar dari mas Andre”. 

Azis berkata dengan santainya, “Kau belum bisa KRS. Simaster-mu gak bisa dibuka. Mana kebanyakan kelas sudah terisi penuh”. Tiolita yang kaget pun langsung bertanya kenapa, tetapi Azis pun tidak tahu. Hal itu membuat Tiolita menangis. Riza, sebagai Koordinator Lapangan pun menjadi sangat panik dan kebingungan. Sempat terjadi miskomunikasi di sore itu karena Riza sebagai Korlap belum membriefing anggota lain. Riza bergegas dengan cepat meminjam motor Mutiara dan mengantar Tiolita ke pemukiman warga dengan harapan mendapatkan sinyal untuk mengisi KRS. 

Riza kira itu tidak akan memakan waktu lama, namun ternyata sangat lama. Sayangnya, akibat dari kepanikan Riza, hal itu malah menjadi beban karena meninggalkan carrier-nya bersama anggota yang lain. Sehingga Azis yang baru datang terpaksa menggendong dua carrier sekaligus karena harus melanjutkan perjalanan sebelum gelap. Keadaan saat itu sangat penuh emosi bagi setiap anggota ditambah karena kelelahan dalam perjalanan. Hingga Riza pun yang merasa cukup lama meninggalkan anggota lain berinisiatif untuk meninggalkan Tiolita di dekat salah satu rumah warga untuk menjemput anggota lain dengan motor. Anggota pertama yang Riza jemput adalah Gemilang. Gemilang pun menemani Tiolita sampai salah satu warga menawari Tiolita dan Gemilang untuk singgah minum teh ke rumahnya. 

Kami pun mengobrol dengan warga terkait kegiatan yang sedang kami lakukan sampai akhirnya kami ditawari motor untuk menjemput anggota lain. Gemilang pun meminjam motor salah satu warga untuk membantu Riza menjemput anggota yang lain. Satu persatu anggota pun berkumpul. Bahkan Berliana dan Atthur ternyata sempat bertemu dengan Kepala Dusun setempat dan dibekali beberapa buah kelapa. Warga Paranggupito sangat baik. 

Kami dibantu dalam menyediakan tempat untuk memasak bahkan dibantu dalam memasaknya. Rumah yang kami singgahi menjadi sangat ramai karena kedatangan kami yang mengundang rasa penasaran. Kami pun dipersilakan makan malam dan disediakan tempat singgah untuk beristirahat. Setelah makan, kami pun berjalan menuju rumah singgah yang disediakan dan dipersilakan untuk tidur di kasur empuk milik mereka. Setelah membersihkan badan, kami pun melakukan evaluasi dan beristirahat karena sangat lelah. 

6 Agustus 2022 (Hari ke-4)

Pada hari keempat, 04.00 WIB Tiolita dan Berliana dibantu dengan Istri Kepala Dusun Bogor membeli beberapa bahan masakan yang dibutuhkan. Setelah melakukan sholat subuh, kami pun mulai memasak dibantu keluarga Pak Kasun. Bahkan mereka menjamu kami dengan semua masakan yang mereka buat dan meminta kami untuk menyimpan bahan makanan yang dibeli untuk perjalanan kami selanjutnya. 

Pagi itu kami lalui dengan penuh kegembiraan atas kehangatan warga Paranggupito. Kami pun bersiap untuk kembali melanjutkan perjalanan kami sekaligus briefing. Tak lupa kami mengabadikan momen persinggahan kami di rumah kepala dusun tersebut. Momen tersebut terasa sangat mengharukan meskipun hanya semalam. Pukul 08.35 WIB kami melakukan pemanasan untuk melanjutkan perjalanan menuju Pantai Nampu. Kami dibekali beberapa pisang dan kelapa dari kebun warga sebagai perbekalan. Mutiara sebagai pendamping pengganti pergi terlebih dahulu dengan motor yang rencananya kami akan bertemu lagi di Pantai Nampu. Kami mulai perjalanan dengan jalan pedesaan untuk sampai ke Pantai Nampu. Perjalanan kami menempuh waktu hingga pukul 12.20 WIB. 

Setelah meletakkan carrier dan beristirahat sejenak, tim eksplorasi yang terdiri dari Azis, Gemilang, dan Tiolita mulai melakukan eksplorasi terkait pantai nampu sekaligus ishoma. Tim eksplorasi menemukan pantai indah di sebelah Pantai Nampu yang belum diketahui namanya dan juga pendopo tua tersembunyi yang sudah tidak digunakan lagi. Setelah merasa cukup dengan eksplorasi yang dilakukan, akhirnya tim eksplor pun kembali ke tempat berkumpul dan pada pukul 15.33 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Buyutan. 

Namun, trek yang kami lewati cukup sulit karena berupa bukit tanah dan bebatuan yang rapuh dan mudah longsor. Membutuhkan waktu lama bagi kami melewati bukit tersebut, terutama Azis karena ia takut ketinggian dan pada saat itu, tanpa disadari kacamatanya terjatuh. Tim Swadaya pun harus membantu Azis mencari kacamata Azis yang jatuh terlebih dahulu. Setelah melewati bukit tersebut, ternyata trek menuju Pantai Selanjutnya, yakni Pantai Kijingan sungguh indah, berupa pijakan beralas batu. Kita tiba di Pantai Kijingan pada pukul 16.40 WIB. Tiolita yang merasa masih fit melakukan eksplorasi sendiri di Pantai Kijingan. Sedangkan anggota lain beristirahat sambil mengambil dokumentasi. Setelah berjalan sekitar 20 menit, Tiolita pun kembali dan memberikan informasi bahwa di sebelah Pantai Kijingan terdapat jalur yang dapat dilewati, namun berupa jalan pinggiran tebing. Namun karena dirasa sudah terlalu gelap sore hari itu, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan di esok hari agar lebih aman. Selain itu, kondisi beberapa Anggota Swadaya yang dirasa sudah cukup kelelahan menjadi alasan untuk mendirikan tenda di Pantai Kijingan. Sebagian mendirikan tenda, dan sebagian lainnya memasak untuk makan malam. 

Saat gelap, terlihat kapal-kapal nelayan yang berada di laut dan itu sangat indah. Pada pukul 19.50 WIB, dilakukan eval dan briefing untuk melakukan perjalan di esok hari. Sayangnya cuaca malam itu sedikit gerimis. Karena tenda yang kami bawa hanya dua buah dan peserta Swadaya tidak merata antara pria dan wanita, akhirnya Rizqi dan Gemilang mengalah untuk tidur di luar tenda beratap flysheet. Sehingga saat tengah malam hujan menjadi sangat deras dan mereka pun basah terkena air hujan. Rizqi pun tidur di dalam tenda wanita yang ditempati Tiolita dan Berliana. Sedangkan Gemilang masuk ke tenda pria. Di malam itu entah mengapa Tiolita tidak dapat tidur dengan nyenyak bahkan sering terbangun di tengah malam karena mendengar suara langkah seseorang di luar tenda serta mencium bau-bau singkong bakar. Namun, karena melihat teman yang lain tidur dengan nyenyak, Tiolita pun menghiraukan hal tersebut. 

7 Agustus 2022 (Hari ke-5)

Pada hari ke-5 pukul 04.00 WIB para peserta bangun pagi, sholat, dan langsung menyiapkan sarapan serta membereskan tenda. Pada saat pukul 07.00 WIB pagi itu juga kami bertemu dengan salah satu anggota purna SATUBUMI yaitu Kang Fawwaz yang berjalan kaki menyusuri pinggir pantai dari Banyutibo menuju Kijingan ke tempat kami mendirikan tenda. Saat ia datang kami belum menyadari bahwa itu adalah senior kami. Saat ia menyapa barulah kami mengenalinya. 

Setelah kedatangan Kang Fawwaz, tibalah para senior yang lain yaitu Yusri Yahya, Nadine, Rina Adinda, Benyamin dan juga Mutiara di area camp kami. Kami merasa sangat lega saat bertemu mereka. Sambil berbincang, kami juga membereskan tenda dan logistik lain. Lalu pada pukul 08.22 WIB dimulai briefing untuk melanjutkan perjalanan ke Pantai Banyutibo. Kami menuju Pantai Banyutibo melalui jalan pinggir tebing yang sempat dilalui Lita kemarin, diikuti oleh para senior. 

Tidak butuh waktu lama, kami pun tiba di Pantai Banyutibo pukul 09.08 WIB disambut para senior lain yang telah menunggu semalaman di Pantai Banyutibo dikarenakan kesalahan teknis. Kami beristirahat dan menceritakan pengalaman apa saja selama beberapa hari selama kegiatan Swadaya sambil disuguhi es kelapa muda dan semangka segar yang dibawakan untuk kami. Kemudian, setelah cukup istirahat kami melanjutkan perjalanan kami ke Pantai Buyutan. Karena air laut sedang pasang, tidak memungkinkan bagi kami untuk melewati jalur tepi pantai. Sehingga kami melewati jalur yang agak jauh dari pinggir pantai agar lebih aman. Jalan yang kami lewati memang agak menanjak dan masuk-masuk ke hutan, tetapi sangat aman untuk dilewati. 

Pada pukul 11.02 WIB kami pun tiba di Pantai Buyutan dan melakukan ishoma sekaligus melakukan eksplorasi pada Pantai Buyutan hingga pukul 13.32 WIB. Pantai Buyutan ini sangat luas dan cukup terkenal. Pantainya sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung dan sudah sangat ramai dikunjungi wisatawan. Tiolita, Gemilang, dan Riza yang melakukan eksplorasi, sempat diberitahu bahwa terdapat goa di atas Pantai Buyutan tersebut. Namun, saat ditelusuri, tim eksplorasi tidak menemukan adanya goa. Meski demikian, terdapat beberapa pantai hidden gems ditemukan saat menelusuri jalan yang katanya terdapat goa. 

Setelah itu, tim eksplorasi pun memutuskan untuk kembali karena sudah saatnya untuk menyantap makan siang dan melanjutkan perjalanan yang masih panjang. Kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Seruni setelah ishoma di Pantai Buyutan. Perjalanan menuju Pantai Seruni dari Pantai Buyutan sungguh menarik. Di perjalanan, kami bertemu dengan segerombolan kerbau yang sedang bebas di ladang warga. Kami melewati kerbau-kerbau tersebut dan mulai masuk ke jalan setapak di tepi pantai menuju Pantai Seruni. Lalu tibalah kami di Pantai Seruni pada pukul 14.45 WIB. 

Sambil beristirahat, kami juga mengambil beberapa dokumentasi menggunakan cetakan banner Swadaya yang kami bawa sebagai apresiasi tim karena berhasil sampai titik Pantai Seruni. Tak berlama-lama, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Piser dan tiba di Pantai Piser pada pukul 14.45 WIB. Namun, kami tidak melakukan eksplorasi karena pantai tersebut akan dieksplorasi pada saat kegiatan Sosmas dan melihat waktu yang terbatas sampai titik akhir perjalanan. 

Di Pantai Piser terjadi diskusi dimana diputuskan bahwa Tiolita dan Rizqi langsung pergi menuju ke rumah Mas Ali. Hal ini dilakukan untuk menjemput teman-teman yang lain ketika sudah tiba di Pantai Klayar dengan motor yang ditinggalkan di rumah Mas Ali. Kemudian, anggota yang lain melanjutkan perjalanan hingga Pantai Klayar. Pada pukul 17.05 WIB, kami semua tiba di Pantai Klayar dengan selamat dan merayakan keberhasilan kami dengan sesi dokumentasi serta berenang dan minum es teh segar. Cukup lama kami bermain air disana, hingga tibalah waktu magrib sehingga kami harus pulang menuju rumah Mas Ali. Awalnya, kami berniat untuk mendirikan tenda di Karang Bolong yang terkenal karena keindahan cakrawalanya. Namun, karena dirasa sudah lelah, akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di rumah Mas Ali. Kami menaiki motor berboncengan untuk kembali ke Rumah Mas Ali dengan motor yang dibawa Rizqi dan Tiolita.

Kegiatan Sosial Masyarakat

7 Agustus 2022 (Hari ke-5)

Kami kembali ke rumah Mas Ali pada pukul 18:30, setelah bermain di Pantai Klayar. Kami kembali menggunakan 2 buah motor yang telah ditinggal di rumah mas Ali dan juga motor Mas Ali. Setelah sampai di rumah Mas Ali, kami secara bergantian mandi lalu memulai evaluasi untuk kegiatan hari terakhir kemapalaan. Setelah itu, karena kami lelah dan ingin merayakan keberhasilan kegiatan mapala, Tiolita dan Riza pergi mencari makan di sekitar Pasar Kalak. Sedangkan Gemilang dan Rizqi kembali ke Pantai Sadeng untuk mengambil mobil yang ditinggal. 

Pada saat membeli makan,Tiolita dan Riza menyempatkan untuk melihat acara KKN dari UGM yang sedang diadakan di Lapangan Desa Kalak. Setelah itu, kami juga membeli camilan dan secara tidak sengaja bertemu dengan Gemilang dan Rizqi yang sedang berhenti karena bensin mereka habis. Kemudian, Gemilang mengisi bensin mobilnya dan melanjutkan perjalanan kembali ke rumah Mas Ali bersama-sama. Sesampainya di rumah Mas Ali, beberapa anggota kelelahan dan memutuskan untuk makan malam lalu tidur. Namun, sebelum tidur, kami bertemu dengan Mas Ali dan diperkenalkan dengan adik Mas Ali yang menyambut kedatangan kami dan membantu kami selama berkegiatan disana.

8 Agustus 2022 (Hari ke-6)

Pada hari kedua di rumah Mas Ali kami bangun pada pukul 05:00 WIB untuk melaksanakan ibadah sholat subuh, setelah sholat, Atthur dan Tiolita melakukan bersih-bersih di rumah mas Ali seperti menyapu, dan mengepel hingga pukul 06:00 WIB. pada pukul 06:05 WIB Lita dan Riza pergi kepasar untuk membeli kebutuhan konsumsi kami. Sebenarnya, di dekat rumah Mas Ali terdapat Pasar Desa Kalak, tetapi pasar tersebut hanya buka setiap hari Pahing di Kalender Jawa. Hal tersebut membuat Tiolita dan Riza harus membeli konsumsi di Pasar Pacitan yang jaraknya sangat jauh dari rumah Mas Ali. Lalu pada pukul 08.00 WIB tim masak yang terdiri dari Azis, Rizqi, Berliana, Gemilang, dan Atthur menyiapkan sarapan yang dibantu oleh Istri Mas Ali yaitu Mbak Annisa. 

Setelah selesai menyiapkan sarapan, kami dan keluarga Mas Ali mulai menyantap sarapan yang telah dihidangkan di pukul 08:00 WIB. Selesai sarapan kami mulai melakukan briefing mengenai kegiatan di hari ini seperti membuat tim masak untuk di siang hari dan tim survei yang beranggotakan Azis, Tiolita, Riza, dan Atthur. Pada pukul 09:00 WIB, tim survei mulai melakukan perjalanan menuju Pantai Piser. Lokasi Pantai Piser dengan rumah Mas Ali cukup jauh yaitu sekitar 3 KM. Setelah sampai di Pantai Piser, tim survei mulai melakukan observasi untuk kebutuhan pembuatan artikel. 

Ditengah observasi turunlah hujan yang cukup deras sehingga menghambat kami dalam melakukan observasi. Untungnya kami membawa ponco masing-masing. Namun, Riza yang melihat hantaman ombak Pantai Piser pada saat laut pasang, terlihat sumringah. Diambil-lah beberapa video lucu. Sedangkan Azis dan Atthur juga senang dengan pemandangan Pantai Piser yang cukup luas sehingga mereka mengambil beberapa foto sambil berpose seolah-olah terbang. Pantai Piser ini memiliki tebing-tebing tinggi berbatu dan terasa seperti pantai pribadi, tersembunyi pantainya. 

Pantai ini juga memiliki goa di sebelahnya. Jika hujan, tidak disarankan untuk mengunjungi Pantai Piser dikarenakan pantai tersebut satu jalur dengan aliran sungai yang akan menimbulkan adanya probabilitas kiriman air bah yang berasal dari dataran tinggi sekitaran Pantai Piser. Setelah selesai observasi Pantai Piser,  tim survei mulai melakukan perjalanan kembali ke rumah Mas Ali. Pukul 11:30 WIB tim survei sudah kembali di rumah Mas Ali dan tim masak juga sudah menyediakan makan siang untuk semua anggota yang berada di rumah Mas Ali. Tim masak terdiri dari Berliana, Rizqi, Gemilang, dan Mbak Annisa.

Setelah selesai makan siang, kami mulai bersih-bersih, sholat, lalu istirahat hingga pukul 15:00 WIB. kami beranjak dari istirahat dan sholat, dan tiba-tiba adik mas Ali mengajak anggota Swadaya untuk bermain bola. Gemilang dan Atthur pun pergi mengikuti ajakan tersebut untuk bermain bola di lapangan balai desa bersama anggota karang taruna desa, dan sisanya menyiapkan hidangan untuk makan malam bersama. Pada pukul 18:00 WIB, kami melakukan bersih-bersih badan dan melaksanakan sholat, hingga pukul 19:00 WIB, Gemilang dan Atthur kembali ke rumah Mas Ali setelah selesai bermain bola. 

Setelah itu, kami mulai makan malam bersama dengan keluarga Mas Ali, dan kami pun kedatangan adiknya Mas Ali ke rumah dan mengobrol santai. Tujuan kedatangan adik Mas Ali yaitu ingin meminta bantuan untuk membantu dalam kegiatan Agustusan di Dusun Ngobyogan. Namun, kami masih memikirkan hal tersebut karena waktu kami yang sangat terbatas disusul dengan kegiatan perkuliahan. Malam itu, kami juga diajak bermain karambol bersama hingga pukul 22:00 WIB. Permainan tersebut sangat seru, apalagi saat Azis dan Atthur beradu kelihaian dalam bermain karambol. Kemudian, karena sudah larut malam, adiknya Mas Ali pun kembali ke rumahnya dan kami mulai melakukan evaluasi serta briefing untuk acara esok hari. Setelah selesai kami pun bersiap-siap untuk istirahat pada pukul 22:30 WIB.

9 Agustus 2022 (Hari ke-7)

Kami bangun pada pukul 05:00 WIB, kemudian dilanjut dengan sholat dan menyiapkan sarapan. Tim masak terdiri dari Azis, Gemilang, Tiolita, dan Riza. Tentunya, masak-memasak diketuai oleh Mbak Annisa selaku kapten dari tim masak kami. Sedangkan sisanya beberes rumah Mas Ali hingga selesai semua. Pada pukul 07:00 WIB, kami mulai menyantap sarapan bersama keluarga Mas Ali. Setelah selesai sarapan, Azis selaku pencuci piring yang handal mencuci piring yang telah dipakai pada saat sarapan. Setelah itu kami mulai briefing pada pukul 08.00 WIB. Kami mulai melakukan briefing kegiatan untuk menentukan tim observasi dan tim masak, setelah selesai briefing. Tim observasi terdiri dari Azis, Tiolita, Gemilang, Berliana, dan Atthur. Sisanya, Riza dan Rizqi menjadi tim masak karena pada saat itu mereka sedang melaksanakan KRS, sehingga perlu tempat yang mendapat sinyal internet. 

Pada pukul 09:00 WIB, tim observasi mulai melakukan perjalanan menuju Pantai Seruni yang letaknya lebih jauh dari Pantai Piser jika diukur dari rumah Mas Ali, sehingga tim observasi membawa snack dan air untuk perbekalan di jalan untuk observasi ke Pantai Seruni. Setelah tiba di Pantai Seruni, tim observasi mulai melakukan observasi terhadap pantai seperti banyaknya bebatuan yang menyebabkan Atthur terluka di saat berfoto jumping shoot. Ternyata, di sebelah Pantai Seruni terdapat gua yang menarik, tetapi tidak bisa dilewati karena menjadi jalur ombak masuk. 

Adapun Pantai Seruni sendiri memiliki pasir yang kehitaman seperti pantai parangtritis, lalu bibir pantai yang langsung menjorok ke dalam laut sehingga agak sulit untuk berenang di Pantai Seruni yang menyebabkan Berliana berteriak kesal karena tidak bisa berenang. Ketika pengambilan data di rasa sudah cukup, tim observasi mulai melakukan perjalanan kembali menuju ke rumah Mas Ali. Pukul 12:00 WIB, tim observasi sudah kembali dari Pantai Seruni dan disambut dengan hidangan makan siang yang dibuat oleh Rizqi, Riza, dan Mbak Annisa. Setelah menyelesaikan makan siang, tak lupa Azis mencuci piring bersama dengan Gemilang. 

Setelah itu kami sholat dzuhur dan istirahat hingga pukul 15:00 WIB. Kami beranjak dari istirahat kami dan melaksanakan sholat ashar, lalu kami bermain dengan anak-anaknya Mas Ali dan Mbak Annisa, yaitu Cila, Adin, dan Abizar hingga pukul 18:00 WIB. Setelah itu, kami sholat maghrib dan mandi secara bergantian. Malam hari pukul 19.00 WIB, kami melaksanakan sholat isya. Setelah melakukan sholat isya, tim wawancara yang terdiri dari Rizqi, Atthur, Tiolita, dan Gemilang mulai melakukan perjalanan menuju ke kediaman Kepala Dusun Ngobyoban untuk dimintai informasi perihal Dusun Ngobyogan. Ketika dirasa sudah cukup, tim wawancara berpamitan dan pulang menuju ke rumah Mas Ali.

Sesampainya disana, kami kedatangan tamu (senior, anggota purna) yaitu Riza Taufik, Benyamin, dan Mas Punto. Di saat itu juga kami menyambut mereka dengan bakar-bakar ikan, sekaligus apresiasi diri karena sudah bertahan sejauh ini. Setelah bakar-bakar selesai, kami makan bersama-sama dengan metode Bancakan dan kami semua menikmati perayaan kecil-kecilan tersebut. Setelah selesai makan bersama, tak lupa kami membereskan sisa makanan tadi. Setelah selesai, Mas Punto pamit pulang, tidak bisa menginap karena anaknya sedang sakit. Pada pukul 22.00 WIB, kami melanjutkan agenda dengan evaluasi mengenai kegiatan hari ini dan briefing untuk esok hari kemudian kami istirahat pada pukul 22:30 WIB.

10 Agustus 2022 (Hari ke-8)

Pada pukul 05.00 WIB kami bangun dan melaksanakan sholat subuh. Selesai sholat, tim masak yang terdiri dari Gemilang, Azis, Berliana, Tiolita, Rizqi, dan Mbak Annisa mulai memasak untuk menyiapkan sarapan di pagi hari. Sisanya, Riza dan Atthur membersihkan rumah Mas Ali. Setelah semua selesai,  kami mulai sarapan bersama keluarga Mas Ali pada pukul 07:00 WIB. Setelah itu kami mulai membersihkan sisa sarapan, kemudian kami melakukan briefing untuk wawancara ke rumah Pak Wito, selaku salah satu narasumber yang dapat dipercaya.

Pada pukul 08.00 WIB, kami melakukan aktivitas seperti biasa, briefing mengenai pembagian jobsdesk. Sebagian melakukan wawancara bersama narasumber, sebagian lainnya menjaga rumah serta menyiapkan makan siang.  Pada pukul 09.00 WIB, tim wawancara mulai mewawancarai Pak Wito. Kemudian, anggota lain merasa tidak memiliki kegiatan sehingga ditawari oleh Riza Taufik untuk pergi ke Pantai Watu Karung. Tentunya hal itu kami diskusikan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Pada pukul 13.00 WIB, tim wawancara sudah kembali ke rumah Mas Ali dan disuguhi makan siang oleh Mbak Annisa. Kemudian, menyusul tim yang lain kembali dari Pantai Watu Karung. Mereka semua sholat kemudian istirahat.

Pada pukul 15.00 WIB kami mulai menyiapkan hidangan untuk makan malam. Pada pukul 19.00 WIB, kami mulai menyantap hidangan makan malam bersama-sama, lalu kami mulai melakukan eval dan briefing pada pukul 22.00 WIB, kemudian setelah itu tidur. Kemudian, ternyata Mas Punto datang ke Rumah Mas Ali untuk mengajak melakukan rock fishing di Karang Bolong. Kami sempat ditawarkan untuk ikut, namun ternyata cuaca tidak mengizinkan, akhirnya kami melanjut istirahat untuk menyiapkan tenaga di hari esok.

11 Agustus 2022 (Hari ke-9)

Pada pukul 03.00 WIB, Benyamin dan Riza Taufik pulang ke Jogja karena memiliki urusan sendiri. Pukul 05.00 WIB kami beranjak dari istirahat dan melaksanakan sholat subuh secara bergantian, setelah itu tim masak mulai memasak untuk sarapan yang dikomandokan oleh Mbak Anissa dan sisa yang tidak memasak beberes rumah Mas Ali hingga pukul 08:00 WIB kami sarapan bersama-sama setelah sarapan juga seperti biasa, Azis selaku pencuci piring yang handal mencuci semua piring kotor bekas sarapan, lalu setelah itu kami mulai briefing hal apa saja yang akan dilakukan hari ini, setelah briefing kami bersama keluarga Mas Ali pergi ke pantai Karang Bolong. 

Perjalanan ke pantai Karang Bolong hampir sama dengan perjalanan kami ke pantai Seruni sehingga kami membawa snack dan air minum, ketika di tengah perjalanan kami bertemu dengan Mas Punto yang selesai dari aktivitas memancingnya dan mendapatkan 3 ekor ikan, lalu kami berbincang sebentar. Setelah itu Mas Punto kembali ke rumah Mas Ali sedangkan kami melanjutkan perjalanan kami ke pantai Karang Bolong. Ketika kami hampir sampai di pantai Karang Bolong tiba-tiba sandal Gemilang terputus dikarenakan kaki Gemilang yang masuk ke kubangan lumpur sehingga Gemilang harus berjalan tanpa menggunakan alas kaki, sesampainya di pantai Karang Bolong kami bersenang-senang dan melepas semua kelelahan selama SWADAYA dengan melihat pemandangan yang menakjubkan di pantai Karang Bolong. 

Dirasa cukup bermain-main di pantai Karang Bolong ketika kami ingin beranjak pulang ke rumah Mas Ali kami bertemu kembali dengan Mas Punto dan foto bersama lah kami di pantai Karang Bolong, Lalu Mas Punto memberikan penawaran untuk membersihkan sampah di sekitaran sungai, akan tetapi kami sudah lelah dengan seluruh kegiatan yang telah dialami, sehingga kami menolak penawaran Mas Punto. kemudian kami beranjak kembali ke rumah Mas Ali untuk makan siang, sholat zuhur, sekaligus istirahat hingga Pukul 15:00 WIB. Setelah itu kami beranjak dari istirahat, sholat ashar, lalu bersiap-siap untuk bermain terakhir kali bersama keluarga Mas Ali di pantai Klayar. Kami bermain bola bersama anak-anak Mas Ali, bersenang-senang di karenakan hari terakhir kami di dusun Ngobyogan hingga kami lelah akibat bermain bersama. 

Disaat pukul 17:00 WIB kami kembali ke rumah Mas Ali untuk, mandi secara bergantian, sholat maghrib, lalu istirahat sejenak hingga pukul 19:00 WIB tim wawancara yang terdiri dari Tiolita, Rizqi, Atthur, dan Gemilang melakukan wawancara terakhir kepada ketua karang taruna dusun Ngobyogan dan sisanya menyiapkan makan malam seperti Azis, Berliana, dan Riza. Hingga pukul 21:30 WIB tim wawancara kembali dari mewawancarai ketua karang taruna, lalu kami melakukan makan bersama-sama, setelah selesai makan kami mendiskusikan perihal pertimbangan akan penawaran dari ketua karang taruna dusun tersebut yaitu tetap disini untuk membantu mempersiapkan acara dalam rangka hari kemerdekaan Indonesia, akan tetapi karena kami sudah sangat lelah dan harus mengikuti timeline jadi kami tidak dapat memenuhi permintaan dari ketua karang taruna. Setelah pengambilan keputusan bersama kami beranjak untuk beristirahat pada pukul 23:00 WIB.

12 Agustus 2022 (Hari ke-10)

Pukul 05:00 WIB kami mulai beranjak dari istirahat, dan tibalah hari terakhir kami berada di rumah Mas Ali. Kami melakukan kegiatan memasak untuk terakhir kalinya bersama dengan Mbak Annisa untuk terakhir kalinya. Seluruh anggota turut berpartisipasi dalam masak untuk sarapan tersebut lalu kami mengobrol dengan keluarga Mas Ali hingga pukul 09.00 WIB kami mulai berpamitan kepada Keluarga Mas Ali dan juga Kepala Desa. Tidak lupa kami mendokumentasikan momen perpisahan itu. Terdengar isak tangis sedih beberapa anggota swadaya karena sangat terbantu oleh Keluarga Mas Ali. Setelah momen mengharukan itu, kami meneruskan perjalanan menuju Jogja. Pada pukul 11.30 WIB kami melakukan ishoma, kemudian kami melanjutkan perjalanan hingga pukul 16.00 WIB kami sampai di Sekre Satu Bumi dengan disambut dan melakukan perayaan atas suksesnya acara SWADAYA XV.

Leave a Reply

Your email address will not be published.